Rabu, 14 Januari 2015

Maafkan Aku Ayah

Bismillahirrahmnairrahim.

Aku menangis. Aku tengah membaca file..
Tiba-tiba saja ayah menelfon.
“Itu berkasnya tidak ada yang bisa uruskan. Tidak ada yang tahu” ucapnya di telfon.
Aku pun tiba-tiba kesal. “Kenapa bisa? Kitamo saja yang urus” ucapku dengan nada sedikit kesal dan hampir menangis.
”Tidak bisaka saya, tidak saya tahu. Adaka disawah ini” ucap ayah.
”Ihh.. kitamo pergi. Kemarin kita bilang di Lolloe itu tempatnya” ucapku lagi masih dengan nada yang sama.
”Tidak ku mengerti saya. Apa di taukkanki kita” ucap ayah lagi.
”Pergi maki. Kalau sampai disana telfonma. Apa susahnya?”ucapku lagi.
”Begitukahh.. %^&*()))”entah apa lagi lanjutannya. Aku sudah tak mendengarnya.

Segera kututup telfon itu. Aku sangat kesal. Kesal bukan cuman karena dokumen itu tak bsa di translate. Tak ada yang mampu menolongku. ada apa sih? Kenapa begini aja ribet? Apa susahnya ke kantornya buat bilang mau di translate? ahhh.. kesel. Rasanya baru saja, setan mengompori diriku.

Aku menangis tersungkur diatas selimut yang melapisi tembok. Aku tersungkur sambil menangis. Pikiranku mulai kacau. Segera ku ucapkan istigfar sebanyak-banyaknya.

“Astagfirullah.. astagfirullah.. astagfirullah.. Ya Allah, ampunilah hambaMu ini. Astagfirullah..” Aku mencoba menenangkan pikiranku dengan tidur. Aku masih tak bisa tidur. Aku menangis. Kenapa sih aku begini? Kenapa harus sekesal ini? Kenapa? Kenapa? Kenapa? 왜? 왜? 왜?

“Ayah, Maaf ya. Ya Allah, ampunilah hambaMu ini. Rasa-rasanya baru saja aku memarahi ayah. Rasanya aku baru saja jadi anak durhaka. Ya Allah.. hamba mohon.. berikanlah kontrl emosi yang baik. Agar hambaMu ini tak perlu kesal dalam segala hal yang tak berjalan lancar. Berilah kesabaran untuk segala sesuatu yang kurang berkenan dan tak lancar. Berilah rasa syukur atas segalanya. Amin” –doaku dalam hati-

Aku pun tertidur. aku bangun kembali pukul 1.24 siang. Oh.. aku cuman tertidur 30 menitan. Waktunya sholat. Aku mencoba merelakan segalanya. Aku berusaha menenangkan diri.

Usai sholat aku pun mencoba berpikir lagi. Aku mendapat kabar dari sepupuku di Kampung. Ia meminta maaf karena tak bisa membantuku kali ini. Ia tak tahu dimana tempatnya. Tapi Ia berjanji, jika aku pulang maka Ia akan mengantarku kemanapun. Alhamdulillah…

Ya Allah, ampunilah diriku yang telah berprasangka yang tidak baik padanya. Padahal sesungguhnya dia sangat ingin membantu. Kali ini bukan bidangnya, sehingga ia butuh bantuan. Namun, Ia tak tahu siapa yang bisa membantunya.

Kini perasaanku kembali tenang. Aku sudah pasrah dengan dokumen itu. Cara terakhir adalah dengan menterjemahkannya. Semoga aku tetap bisa mendapatkan dokumen asli dari catatan sipil. Mungkin pekan depan aku bisa pulang dan mengurusnya sendiri. Aku harus berjuang.

SEMANGAAAAAAATTT!!!!

Alhamdulillahirabbil`alamin^^

Makassar, 13 Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)

Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)