Tampilkan postingan dengan label with family. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label with family. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 November 2018

,
Bismillahirrahmanirrahim


Kemarin, tak sengaja melihat postingan instagram salah satu teman. Ia membahas tentang surat untuk ibu. Ia pun menuliskan beberapa penggal bait di caption-nya. Hampir saja butir-butir air dari kelopak mata jatuh ke pipi, namun diri ini mencoba membendungnya dengan sekuat tenaga.

Sejak 2007 lalu, Ibu menghembuskan nafas terakhirya di dunia. Ia tak lagi dapat saya peluk bahkan tak dapat lagi bersenda gurau dengannya. Meski selama ini saya sangat dekat dengan ayah bahkan rasanya tak ingin lepas darinya sedari kecil, namun kebersamaan ibu lebih intents.

Beranjak SMP, kami sering menghabiskan waktu bersama selepas pulang sekolah. Masih teringat jelas, sore hari di mana kami sering berkumpul bersama tetangga dan keluarga dekat lainnya yang se-kampung. Ibu selalu mewanti-wanti tentang pergaulan. Ketika kami berkumpul, tak jarang mereka membicarakan tentang cara bergaul seseorang atau sikap seseorang. Bisa dikatakan mereka “bergosip”.

Ibu adalah sosok yang cukup tegas. Utamanya dalam hal pengeluaran. Tak jarang keinginan untuk belanja tak dapat dipenuhi karena beliau sangat memperhitungkan keuangan kami. Perlu saya akui bahwa kami bukanlah orang dengan kekayaan berlimpah. Butuh kerja keras untuk menghidupi dirinya beserta keluarga.

Ayah adalah seorang petani, sedangkan ibu hanyalah seorang ibu rumah tangga yang bertugas mengurus anak-anaknya. Walaupun begitu, ibu tetap berusaha membantu ayah dengan menjual “cangkang” ketupat kepada penjual coto. Cangkang ini nantinya yang akan diisi oleh beras dan kemudian dimasak dan jadilah ketupat yang dapat dinikmati bersama coto maupun bakso di pasar.

Di awal bisnis sepertinya ibu cukup berhasil meraup uang dan mencukupi kebutuhan keluarga. Ayah juga masih kuat untuk mencari uang dengan bekerja di pabrik pembuat rokok secara tradisional. Waktu pun berlalu dan saya lahir.

Di usia 6 tahun, saya melihat bahwa ibu tak sehat. Beliau sering batuk-batuk dan kadang sakit. Seiring bertambah usia, batuknya semakin parah. Sudah banyak obat dokter yang diminumnya. Sepertinya sudah beberapa kali berganti obat dokter, namun batuknya malah bertambah parah saja.

Sejak SMP, ibu tak lagi dapat bekerja banyak. Kami anak-anaknya pun harus membantu beliau untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menjalankan bisnisnya. Uang jajan kami pun kadang ditentukan dari banyaknya ketupat yang dapat kami buat.

Saat SMA, beliau tak lagi se-produktif dulu. Untuk ke pasar saja kadang kala beliau harus ditemani karena tak mampu membawa barang berat-berat. Tubuhnya lama kelamaan mengurus dan suaranya mulai parau. Malam hari kadang rasanya beliau tak bisa tidur dikarenakan batuk-batuk tiada henti.

Walaupun ibu mengalami pergulatan hidup semacam itu, namun di mata ini, beliau adalah sosok yang sangat kuat. Ia masih bisa bekerja dan masih dapat memberikan kasih saying kepada anak-anaknya. Meski memang kami jarang berbincang-bincang lama. Namun, setiap kata yang beliau ucapkan selalu untuk kebaikan kami semata.

Terima kasih ibu.
Maafkan anakmu  yang tak mampu menjagamu sepanjang waktu.
Maafkan anakmu yang tak mampu bersamamu sepanjang waktu
Rasa sesal tak jua mampu kuhapuskan
Karena diri yang tak bersamamu di detik-detik terakhirmu
Diri ini tak berada disampingmu, memelukmu
Kuingin memelukmu tapi tak bisa lagi
Ketika kulihat tubuh kaku itu
Terbungkus rapih dalam balutan kain putih
Pikiran ini kosong
Tak tahu harus bagaimana
Air mata yang tak mampu kuluapkan di depan umum
Kuterdiam! Tak bisa berkata-kata
Satu kata saja, satu pertanyaan saja
Orang-orang itu akan mengajukannya
Di saat itulah mata ini mengeluarkan cairan beningnya
Ibu, Terima kasih atas jasamu
Semoga engkau senantiasa dalam Lindungan-Nya di alam sana
Semoga Allah melapangkan kuburmu
Semoga kita mendapatkan syafaat Rasulullah swt.
Semoga kita dipersatukan di Jannah-Nya. Aamiin

Alhamdulillahirabbil`alamin

Makassar-Antang,

28 November 2018, 10:34PM!






Kamis, 02 Maret 2017

,
Bismillahirrahmanirrahim

Malam itu saya berdiri di depan sebuah rumah makan. Di kiri saya adalah pintu masuk sekaligus pintu keluar rumah makan tersebut. Kala itu saya menengok ke arah kanan. Mata saya terus mencari-cari sosok orang-orang yang akan saya temui. Seketika saya menengok ke arah kiri. Terlihat beberapa orang yang masuk. Kemudian ada lagi yang keluar. Kadang dua hingga tiga orang masuk bersamaan selanjutnya satu hingga serombongan orang keluar dari pintu. Pertanda tempat ini cukup ramai pengunjung.

Dahi ini makin lama makin mengkerut. Saya pun mulai menggerak-gerakkan badan dan kaki sambil menekan tombol call dilayar HP. Mata ini terus melihat ke arah kanan masih mencari-cari orang-orang tersebut. Dalam hati pun saya berkata “Duh.. kenapa lama sekali?”. Sesekali saya menghela nafas panjang, mengsilangkan kaki, dan menelfon kembali jika tak di angkat.
Dari kejauhan saya sudah menemukan sosok yang dicari-cari. Mereka menuju tempat parkir yang jaraknya sekitar lima meter ke kanan dari tempat saya berdiri. Saya pun membalik badan dan menunggu mereka di depan pintu. Huftt… Dahi ini kembali berkerut.

“Kenapa biar di parkiran lama?” kata saya dalam hati. Saya benar-benar dongkol harus menunggu sekitar 30 menit. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kakak saya kali ini. Ingin rasanya saya berteriak “LAMAAAANYA…” tapi apa daya saya hanya seorang adik yang mencoba menyenangkan hati kakaknya malam itu. Saya kembali menekan tombol call di HP. Kali ini kakak mengangkatnya.
“Hallo. Kakak dimana maki?” kata saya dengan logat khas Makassar.
“Di parkiran” ucapnya.

“Saya di depan pintu mi nah. Ke sini maki” kata saya lagi lalu menutup telfon.
Hmm.. tapi akhirnya saya bilang juga “Kenapa lama sekali?” ketika salah seorang kakak saya sudah menghapiri di depan pintu. Dia hanya berkata “Putra (nama kemenakan saya) singga berwudhu dulu di parkiran” sambil tersenyum. Hati saya pun luluh ketika mendengar ucapan itu.

Akhirnya, saya dan empat orang lainnya yang terdiri dari dua kakak dan dua kemenakan saya berkumpul di depan pintu. Kami pun masuk melalui pintu dan langsung belok ke kiri. Lalu berjalan lurus sekitar empat meter. Kami melewati beberapa deretan kursi di sebelah kanan dan kiri.

Ketika melewati sederetan kursi di lantai satu. Terdengar suara-suara tawa. Sesekali terdengar suara percakapan orang-orang yang berkumpul di kursi-kursi itu namun hanya terdengar samar. Setelah melewati sederetan kursi, kami pun belok kiri menuju tangga sekitar dua meter. Setelah itu belok kanan menaiki tangga pertama. Lalu belok kanan lagi menaiki tangga kedua. Taraa.. sampailah kita di lantai dua.

Sesampainya di lantai dua, kami berusaha mencari tempat terbaik untuk duduk bersama. Sementara itu, kemenakan saya lari kesana-kemari memutari deretan sofa hijau yang tertata rapih di bagian tengah. Sementara ada beberapa kursi juga di sebelah kiri dan kanan yang berjarak sekitar satu meter dari kursi hijau itu. Deretan sofa itu berjumlah sekitar enam meja persegi panjang dengan 2 sofa panjang di bagian panjang meja dan dua sofa pendek di masing-masing meja yang di tata layaknya meja makan. Ukurannya sesuai dengan panjang dan lebar meja.

Kami pun memutuskan untuk memilih sofa urutan keempat. Tidak ada yang special dari pemilihan ini. Langsung saja saya duduk di tempat itu dan kakak saya hanya mengikutinya. Kemenakan saya masih saja tak bisa tenang. Sesekali ia menuju duduk di sofa panjang di depan saya atau duduk di sofa meja lain.

Oh iya, sebelumnya saya berkata bahwa malam ini saya ingin menyenangkan hati kakak-kakak saya. Jadi, saya dan kakak-kakak saya Alhamdulillah memiliki kebiasaan saling berbagi satu sama lain dalam hal rejeki. Jika salah seorang diantara kami memiliki rejeki lebih maka kami pun akan saling berbagi. Entah itu makan bersama di rumah atau di luar, ke pantai, bermain bersama di pusat permainan bersama kemenakan-kemenakan saya, atau sekedar berkumpun bersama dirumah sambil nonton dan makan makanan ringan. Bagi kami, bukan masalah berapa banyak yang dapat kami bagi namun lebih kepada keinginan untuk berbagi. Jadi sebenarnya dimanapun tempat berkumpul kami takkan pernah menjadi masalah. Berkumpul bersama sambil berbincang-bincang tentang kehidupan sehari-hari adalah salah satu rahmat tiada tara dari-Nya.

Akhir pekan kali ini pun menjadi salah satu momen berbagi kami. Selang 20 menit kemudian kakak saya yang ketiga pun datang bersama sang suami. Setelah mereka duduk, kami pun memesan makanan. Raut mukanya agak cerah dan dia nampak bahagia malam itu. Ternyata mereka berdua baru saja mengunjungi gerai HP. Sebuah smartphone baru kini berada di tangannya.

“Cieee.. Ciee.. HP Baru” ucap kakak saya yang duduk di sofa kecil samping kanan saya. Saya juga ikut-ikutan mengucapkan hal yang sama untuk menggoda kakak ketiga saya yang duduk di samping kiri saya. Ia pun menyerahkan HP baru kepada saya.

Seperti biasa, ketika ada HP baru kami akan langsung mencoba kamera yang ada. Saya dan kakak –kakak berfoto bersama. Tak lupa juga untuk selfie-selfie bersama. Sementara kemenakan saya masih saja berlarian kesana kemari. Kadang kami mencarinya sesekali.

Selang lima belas menit, makanan pun datang. Aroma makanan membuat perut saya berbunyi. Kami pun langsung melahap hidangan pizza yang sudah berada di atas meja ditemani dengan alunan lagu. Alunan lagu itu berasal dari lantai satu bercampur dengan suara-suara cekikikan sesekali dari enam orang yang duduk di kursi sebelah kiri kami.

Canda dan tawa malam itu pun sangat saya nikmati. Untung saja kelakuan berebut makanan tidak keluar. Kadang jika ada makanan kami akan saling berebut. Hehehe.. begitulah sedikit kisah dari saya dan sebagian kecil kelakuan jika berkumpul.

Saya sangat bersyukur atas kesempatan berbagi malam itu. Walau hanya sebagian keluarga yang berkumpul, paling tidak kekosongan dan kerinduan hati ini perlahan terisi kembali. Senyum kembali mengembang dan pikiran dapat kembali bekerja dengan lapang. Terima kasih atas nikmat yang tiada tara ini. Semoga kita bisa menikmati saat seperti ini dilain waktu. Intinya! Selalu bersyukur atas apa yang Allah swt. berikan karena Dia mencintai orang-orang yang bersyukur.
Satu lagi, jangan lupa berbagi rejeki khususnya kepada keluarga. Karena keluarga salah satu harta yang sangat berharga selain teman yang baik. Smile 

Alhamdulillahirabbil`alamin
Makassar-BTP, 2 Maret 2017

Kamis, 21 Januari 2016

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Lama tak ke sana, rindu berkunjung ke rumah kakak. Siang itu sangat ingin ke sana. AKhirnya saya pun memutuskan berkunjung. Kami kesana malam-malam. Sebelum ke sana, saya dan kakakku yang satunya singgan di sebuah toko atk. Saya ingin membeli bahan-bahan untuk tambahan crafting pekan ini.

“Hallo, Assalamualaikum Kak, ada di rumah? Saya sama kak arlin mau ke rumahnya” ucapku di telfon kepada kak elin. Kami berdua berinisiatif untuk menelfon terlebih dahulu. Takutnya beliau belum ada di rumah dan kami pun harus menunggu.
“Hallo, lagi di luar. ….. ” ucapnya. Kakak tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan. Tempat itu masih lumayan jauh dari rumahnya.

“Ke sini saja. Ini baru mau makan” ia melanjutkan.
“Oke deh. Saya sama kak arlin ke sana ya. Belum makan juga. Ini baru mau makan hehehe. Ya sudah kalau gitu. Assalamualaikum” ucapku lalu menutup telfon. Kami pun langsung cuss ke tempat yang dimaksud.

Kamis, 31 Desember 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Telfon kakak berdering. Panggilan dari tante. Saya sudah setengah tidur dari tadi berbaring diatas kasur empuk.
”Hallo, Assalamualaikum. Saya sudah di depan kosan” ucap sepupuku di telfon. Waktu itu kamar sunyi, percakapan di telfonpun bisa terdengar.
Saya menyadari kakak membuka pintu. Mata ini sudah tak sanggup melek. Tak lama pintu terbuka kembali.
”Astaga tidurki (red: dia tidur)” ucap sepupuku. Saya mendengarnya dengan jelas kali ini  dan saya pun membuka mata. Aaahhhh… masih ngantuk sekali. Kala membuka mata terlihat senyum di wajah sepupuku itu. Saya pun membalas senyumannya dengan raut muka yang masih mengantuk.

Ahh.. tiba-tiba saja malam itu terserah lapar. Ada titipan buras, tempe, dan ayam dari tante yang baru saja datang bersama sepupuku. Tante menginap di rumah anaknya yang tak jauh dengan tempat tinggaku. Yeahh.. kami bertiga pun makan bersama. UUEEENAKKKK sekaliiii.. Ya Allahh.. terima kasih atas nikmat-Mu. Sumpah! Saya seakan-akan baru kali ini makan enak. Rasanya tak mau berhenti. Namun ayamnya keburu habis. Ouhhh… Alhamdulillah…

***

Ke esokan harinya, telfon kembali berdering.
”Assalamualaikum” ucapku di tefon.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Kini saya pun memutuskan untuk resign dari tempatku bekerja. Per tanggal 15 desember, saya pun resmi menjalankan tugas akhir di kantor. Beberapa hari sebelumnya saya sudah menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh staff dan teacher. Mohon maaf atas semua kesalahan dan terima kasih atas bantuan serta kerjasamanya selama ini. Sungguh, tempat kerjaku adalah tempat yang nyaman untuk bekerja. Hanya saja, saya memiliki banyak rencana dan harus melakukan beberapa perubahan hidup. Keputusanku sudah bulat.

Karena resign, saya memutuskan untuk pindah tempat tinggal. Akhirnya saya memilih tinggal di rumah kakak di Antang, Makassar. Ini adalah salah satu jalan dimana saya bisa berhijrah untuk perubahan yang insya Allah lebih baik. Acara pindahan pun akhirnya tiba. Hmm… agak kurang tepat sih bila di bilang acara. Soalnya tak ada syukuran dan yang lainnya. Hanya memindahkan barang-barang saja.

Minggu, 22 November 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Ini adalah cerita tentang kak beradik yang hidup bersama. Sebut saja namanya Ana dan Arlin. Hari demi hari mereka lalui bersama. Ini bermula semenjak mereka berdua mulai bekerja di area yang berdekatan. Ana adalah seorang wanita yang periang, namun sebenarnya sangat introvert. Ia menggunakan seenap kemampuan dirinya untuk bisa berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan Arlin seorang wanita yang sangat senang berbagi terutama pada adiknya.

Suatu hari ketika Arlin pulang dari kantor. Ia menjumpai Ana sedang duduk di sebuah meja kerja di kantornya. Mengapa mereka bisa bertemu seperti itu? Karena mereka berdua tinggal di kost yang disediakan di kantor. Arlin menemani Ana yang takut tinggal sendirian di kamar. Jika Arlin pulang, ia akan pulang ke kantor Ana. Karena disanalah mereka berdua menghabiskan hari-hari bersama saat ini. Lanjut ke pertemuan tadi.

Selasa, 11 Agustus 2015

,

Malam ini, Saya menginap di rumah kakak. Rumahnya terletak di daerah antang kota Makassar. Capek rasanya di bonceng selama kurang lebih 45 menit. Sesampainya di rumah kakak, Saya pun segera memasuki kamar dan berbaring.

Saya pun membuka HP dan membaca beberapa postingan di line. Belakangan ini Saya suka membaca postingan-postingan. Banyak hal dan pengetahuan bermanfaat disana. Rasanya Tak ingin melewatkannya walaupun Tak semua bisa Saya baca satu persatu.

Kakak baru saja tiba. Sebelumnya, kami hanya disambut oleh anak-anak beliau. Kakak membawa makanan. Sayang cuman cukup untuk 1 orang. Ia tidak tahu kalau kami datang. Akhirnya kemenakanku pun keluar membeli nasi kuning dan membawanya pulang. Kami pun makan bersama.

Minggu, 02 Agustus 2015

,

Wah, hari jum'at! Kali ini Saya begitu bersemangat. Mengapa? Hari ini adalah hari pertama belajar menjahit. Setelah sekian lama akhirnya hari ini datang juga.

Saya sangat tertarik untuk belajar ini. Sangat ingin membuat bajuku sendiri dan keluarga. Ini adalah salah satu skill yang sangat cocok untuk ibu-ibu, istri-istri ataupun yang masih menyandang predikat calon. Mengapa? Yaa.. Karena ini akan jadi salah satu nilai tambah dan pekerjaan di waktu luang. Waktu luang pun menjadi lebih bermanfaat dan terisi kegiatan positif.

Apalagi ibu-ibu yang full-time sebagai ibu rumah tangga. Bisa jadi, ini juga merupakan peluang bisnis di rumah. Dari pada nyari kerjaan kantoran yang terlalu banyak menyita waktu. Mending kita membuka usaha rumahan dimana bisa tetap dekat dengan sang buah hati kelak atau masih mampu mengerjakan pekerjaan rumah sebagai seorang istri. Yup! Inilah pemikiranku sebelum diri ini menjajaki masa dimana harus menyandang predikat sebagai seorang istri. Hehehe.. :D

Jumat, 17 Juli 2015

,

Layaknya hari raya adalah waktu yang tepat untuk bersilaturrahim. Jika ada yang tak melakukan itu, maka itu baru aneh namanya. Silaturahim memang ibadah rutin yang selalu dilakukan hari ini. Satu persatu rumah keluarga dan tetangga di kunjungi.

Hari ini saya hanya bisa mengunjungi 3 rumah. Yang pasti menikmati hidangan di rumah orang lain rasanya terasa lezat dibandingkan di rumah sendiri. Oleh karenanya, jika lapar, saya akan langsung berkunjung ke rumah tetangga atau saudara. hehehhe..

Malam menjelang. Kami menuju ke sengkang. Disana kami akan mengunjungi keluarga kakak ipar tertua, suami dari kakak tertuaku. Sengkang adalah salah satu daerah di sulawesi selatan. Bisa dibilang kota yang mirip dengan makasaar dan juga kota fashion. Menurutku.

Dalam perjalanan, saya menikmati angin malam yang dingin. 1 mobil dengan duduk berdempet-dempetan dan bertumpuk-tumpuk. Saya duduk di tengah-tengah. Saya juga menikmati bintang bertaburan di langit. Jika di kampung halaman bisa menyaksikan.bintang lebih banyak. Hal ini disebabkan proyeksi cahaya ke langit lebih sedikit dibandingkan di kota yang bertaburan cahaya. oleh karena itu, bintang lebih terlihat banyak di sini. Saya sangat menyukainya.

Tak terasa pikiran ini melamun jauh. Saya tengah membayangkan banyak hal. Terkadang saya senyum sendiri. Orang-orang tak melihatnya karena gelap.

Pikiran ini pun sampai kepada permasalahan hidup. Saya seakan-akan berhadapan dengan temanku dan akan memberinya nasehat. Ia seakan-akan curhat di depanku. Saya mendengarkan dan memikirkan apa yang harus ku katakan.

Pada akhirnya, saya pun mendapatkan.pelajaran hidup.
"if you take it easy, you can enjoy it more. as same as life, if you take it easy, you can enjoy your life more. Your life it's depend on your feeling" -evhy, 170715-

Saya memikirkan bahwa permasalah hidup yang kita hadapi kadang kala tergantung cara kita menyikapinya dan membuat perasaan yang seperti apa terhadapnya. Saya pun kemudian ingin mengatakan padanya bahwa diri ini pernah memiliki perasaan yang sama. Perasaan gelisah, perasaan hamba, dan menyalahkan tuhan terhadap kegagalan atau pun nasib yang menimpa hidup ini. Sesungguhnya permasalahan kita pernah sama walau berbeda situasi dan kondisi. Permasalahannya sebenarnya berada pada perasaan yang tengah dirasa. Bila saya mampu mengatasi perasaan itu, berarti dia pun bisa. Bila rasa yang dirasakan adalah sama berarti masalah kita sama. Bila masalah sama berarti solusinya bisa sama. Saya pernah mengalami hal itu dan kini masa itu telah berlalu..Alhamdulillah.. kini saya mampu mengatasi dan menemukan obat ping mujarab untuk itu.

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah menerima. Ya.. menerima! Menerima diri kita, menerima hidup kita, menerima nasib dan permasalahan yang kita hadapi. Feeling greatfull for every single things in our life. Itulah proses menuju syukur. Ketika kita bisa menerima kita akan sadar siapa diri ini sebenarnya. kita akan tahu bahwa hidup ini ada dalam gengaman pencipta-Nya. Kita akan sadar akan dosa-dosa yang selama ini kita lakukan. Kita akan sadar akan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Lalu kita pun akan bertaubat dan berserah diri pada-Nya. Rasakan sensasinya sendiri. Karena sensasinya dahsyatnya hanya bisa dirasakan sendiri tak bisa diwakilkan.
Inilah pelajaran sepanjang jalan. Alhamdulillah... kini kami pun telah sampai di tempat tujuan. Tak lupa memberi salam lalu memasuki rumah. Tak lupa pula meraih tangan tuan rumah, bersalaman sambil mencium tangan. Itulah tradisi keluarga kami jika bersalaman denga keluarga yang lebih tua berdasarkan silah-silah kekeluargaan. Di meja sudah terlihat makanan. Mataku sudah tertuju sama martabak yang ada di sana. Ohhh.. itu terlihat lezat. Saya pun mengambil kursi dan duduk tepat di samping meja tersebut.

Tak lama ada ijin untuk memakan makanan itu. Saya pun langsung mahapnya. Emmmm... Yuuummmmyyyy... Alhamdulillah.. enak tenan rek.. Selang beberapa menit ketika martabak hampir habis (saya cuman makan 2 lhoo yaa.. yang lain pada makan juga. Buka saya yang habisin.. *pembaca:ngga ada yg nanya mbak), makanan lain pun bermunculan. Sop kondro, burasa, palopo', dan tumbu-tumbu menghiasi meja makan di ruang tamu. Di meja sebelahnya yang lebih rendah juga terdapat kue kering di toples. Ada juga air minum di sana. Alhamdulillah... Terima kasih Ya Allah..

Alhamdulillahirabbil'alamin.

Makassar, 17 Juli 2015

Rabu, 15 Juli 2015

,

today, just got 2 free books from.my sister. aaahhh.. so so happy.. thanks for support me to increase my knowledge. love you so much.. as always.. because of Allah swt. aamiin..

Jumat, 10 Juli 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Entah mengapa hari ini perut mules-mules terus. Sudah dua kali saya bolak balik ke toilet. Kena mencret nih jadinya. Walau begitu, saya tetap harus bekerja. Untungnya bukan menceret akut, jadi tak terlalu parah sakitnya. Kontraksi otot perut untuk ke WC juga tak terlalu intens. Alhamdulillah.. pekerjaan pun tetap dapat dilanjutkan.

OH iya, hari ini ternyata acara buka puasa bersama kakak di hotel tempatnya bekerja. Kami keluarga karyawan mendapat undangan untuk buka puasa bersama di sana. ALhamdulillah.. bisa makan enak hari ini. Jam pulang pun tiba, kakak juga sudah siapa untuk berangkat. Walau sebenarnya waktu buka puasa tinggal beberapa menit lagi, niat kami untuk kesana tak surut.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Sore ini kakak berencana untuk buka puasa bersama di tempat kerjanya yang lama. Setelah sekitar 3 tahun menghabiskan waktunya bekerja di sana kini ia di terima sebagai PNS di salah satu Balai besar laboratorium di makassar. Ia ingin berkunjung dan bersilaturrahim disana. Tak lupa ia menyempatkan diri membeli buka puasa. Sungguh mulia niat kakakku ini. Beliau mentraktir teman-teman lamanya yang masih bekerja disana. Masya Allah…

Awalnya beliau tak mengajakku. Ini karena saya selesai bekerja jam 5.45 sore. Ia takkan sempat jika menungguku. Ia pun menyerahkan selembar uang biru. Saya heran juga buat apa.
”Itu untuk buka puasa di bawah” ucapnya pasaku ketika memberikan uang itu. Kami sedang bercakap di dalam kamar di lantai 2.
“Oh.. oke. Memang mau kemana?” tanyaku.
”Mau ke Toddopuli” ucapnya. Oh… ucapku dalam hati.

Minggu, 07 Juni 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Ceritanya, pagi hari saya membeli 3 jenis kue. Ketiganya adalah panada, kue sus, dan satu lagi kue manis. Entah namanya apa, kurang tahu. Pagi-pagi sudah berkutat dengan laptop. Deadline hari ini. Banyak hal yang harus diselesaikan. Yeahhh semangat!!!

Aduh.. punggungku.. ucapku. Punggungku selalu tegang jikala diri ini duduk berlama-lama di depan laptop. Sesekali saya meninggalkan kursi hanya untuk meregangkan punggung yang tegang ini. Saya pun melanjutkan lagi tugasku. Hari ini, otakku terasa berputar-putar untuk memikirkan measurement of success dari setip job description para member di projekku. Saya harus berpikir hingga ke hal dasar. Itulah tugasku sebagai pemimpin, agar nantinya saya bisa mentraking dengan baik performance mereka.

Huffftttt... Lapar...

Minggu, 17 Mei 2015

,

Bismillahirrahmnirrahim.

Sore ini saya dan kakak berencana mengunjungi rumah saudara. Kami baru saja bercakap-cakap dengan ayah via telfon. Ayah menyuruh kami ke sana untuk menghadiri acara sepupu kami. Ayah memang sosok yang sangat peduli dengan silaturahim. Jika ada undangan, ia akan mengusahakan untuk datang. Bahkan jika ia tahu temannya akan mengadakan suatu acara atau pesta, beliau akan sangat senang untuk hadir disana.

Kali ini ayah tak sempat hadir. Ia menelfon semua anaknya untuk datang mewakili beliau. Beliau tak sempat ke Makassar. Ia punya banyak urusan. Kami pun anak-anaknya saling menelfon dan berencana untuk pergi. saya dan kakak tak tahu tempatnya. Oleh sebab itu, kami mengunjungi rumah kakakku yang satunya. Kami pun menuju ke Antang. Beliau tinggal tak jauh dari rumah sepupu kami itu.

Rabu, 29 April 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

“Mau ikut pulang sama pung Adam?” ucap ayah padaku ketika membangunkanku. Pagi-pagi sekali, ayah sudah membangunkanku. (bukan pagi sekali sih, orang jam 9 hahahaha). Hari ini saya berencana untuk pulang. Jika memang ada tumpangan gratis, why not? (biasa.. the tebengerss.. hehehe).
“Kalau mau, cepat-cepat ganti baju. Kalau sudah pulang dari pasar mereka langsung pulang ke makassar” ucap ayah.
”Oh iya” ucapku. Dengan segera saya bangun dan langsung mengganti pakaian. Langsung saja saya dan ayah ke rumah om dimana mobil itu berada. Disana saya menunggu hingga tanteku, istri pung Adam, pulang dari pasar.

“Aih.. sempit mobil naik mobil sewa saja nanti” ucap omku, Petta Odding.
“Iya. Tidak apa-apa. Nanti saya sama wahyu saja” ucapku lega. Sebenarnya agak tak tega juga ikut dengan mereka. Itu akan sangat-sangat akward. saya kurang begitu dekat dengan mereka. Tapi jika pun harus nebeng, ya waktunya untuk mengakrabkan diri. It’s also good.
”oh iya. Ada wahyu. Nanti sama wahyu saja” lanjut tante Timang, tanteku. Saya pun tak jadi pulang pagi itu. Orang-orang akan pergi ke Lejja, tempat permandian air panas. Kami akan liburan hari ini. Alhamdulillah.. karena tak jadi nebeng di om, bisa ikutan deh.

Tak lama Wahyu datang. Entah ia dari mana.
”Wahyu samaki nanti pulang” Ucapku.
”Aih.. tidak bilang. samaka temanku” ucapnya.
”Ih.. kemarin sudah saya bilang, sama maki pulang” ucapku. kami pun beradu argument sebentar sambil tertawa.
”Mana kau pilih? Teman atau keluarga?” sepupuku ikut ngeletuk.
“Yaa.. pilih mana?” saya ikut menambahkan. Suasana jadi cair dan kami tertawa. Masih ada alternatif lain. Keputusan pun diambil, saya pulang bersama kakak-kakakku esok hari. Kami akan berangkat jam 4 subuh. Tante dan sepupuku harus langsung diantar ke bandara. Mereka harus check in sekitar pukul 10 pagi. Oleh karenanya kami harus berangkat subuh agar bisa sampai tepat pada waktunya. Perjalanan kami memakan waktu kurang lebih 5 jam untuk bisa sampai ke kota makassar, ke Bandara.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Hari ini adalah pernikahan kak Anti. Setelah sekian lama, Alhamdulillah.. kini ia pun dipertemukan dengan sang jodoh dari Allah swt. Sungguh bahagia melihat seseorang menikah. Suatu saat nanti, Insya Allah, Allah swt. akan mengirimkan pula seseorang yang terbaik dari-Nya untukku. Amin.

Hal yang paling membahagiakan pula adalah kala kita bisa berkumpul dengan keluarga. Tak hanya keluarga intiku yang bisa berkumpul, saya juga berkesempatan untuk bertemu dengan keluargaku dari jauh. Tante dan sepupuku yang tinggal di balik papan datang. Sepupuku yang tinggal di jayapura juga datang. Indahnya acara ini karena bisa membuat kami bertemu langsung. Bisa membuat kami merapatkan tali silaturahim kembali. Alhmadulillah…

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Perjalanan menuju ke BTP memakan waktu sekitar 30 menit, I guess. Hopefully like that. Kakak sedang menungguku. Saya baru saja pulang dari acara Arisan angkatanku. Hari ini kami akan pulang kampung. Aku harus buru-buru agar kami bisa mendapatkan mobil untuk pulang dan bisa sampai lebih cepat di kampung. Untuk sampai di kampung, diperlukan kurang lebih 4-5 jam perjalanan.

Sekitar pukul 1.30 siang, saya memasuki pintu gerbang Balai besar laboratorium kesehatan Makassar. Disanalah saya menjemput kakak.
“Mau apa?” tanya seseorang yang berpapasan denganku kala memasuki pintu gerbang.
”Mau jemput” ucapku.
”Oh.. disana, dari tadi dia menunggu” ucapnya sambil menunjukkan arahnya.
”Oh iya, terima kasih” ucapku. Saya menuju kearah yang di tunjukkan. Disana kakak tengah duduk di sebuah kursi tunggu. Ia memegang HP. Mungkin main game sambil mendengar music agar tak bosan menunggu.

Senin, 13 April 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Pagi-pagi aku masih saja mager alias malas gerak. Aku masih bergelut di tempat tidur empuk. rasanya tak mau pindah. Tapi aku harus melawan malas ini. Hari ini adalah hari bersih-bersih. Aku harus mencuci. Cucian sudah sangat menumpuk.

Dengan berat aku memaksa diri ini bangun. Aku mengumpulkan semua pakaian kotor. Auu.. auuu… se ember besar. Hiksss… Semangat!!
Setelah merendam pakaianku. Aku kembali ke tempat tidur. Hanya mengecheck HP, line, dan BBM. Ceritanya mau dapat updatan tiap hari. Entah itu status ataupun apalah.. Aku melakukannya hingga tertidur kembali.

Pukul 11 aku bangun kembali lalu mencuci dan di rendam lagi dengan molto. Pukul 12 siang barulah aku menjemurnya. Hufffttt.. banyak juga. Dengan semangatnya aku memeras pakaian dan menjemurnya di bagaian belakang. Di lantai 2 tempatku tinggal kami menjemur di teras bagian belakang. Disana adalah tempat tanpa atap, jadi pakaian akan kena matahari langsung.

Minggu, 05 April 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

ketemu ija chanKemarin liburan, hari ini masuk kerja lagi. Walau begitu harus tetap semangat. Pekerjaan hari ini tak cukup banyak aku kerjakan. Aku hanya duduk dan membaca. Aku juga mendownload beberapa file yang kubutuhkan dari slideshare. Keep learning deh pokoknya.

Aku membuka facebook. AKu melihat postingan dari temanku yang men-tag namaku. AKu pun membukanya. Ketawa diri ini dibuatnya. AKu pun ikut mengomentari.
“Evhy, check linemu.” ucap temanku ketika membalas komentarku di facebook.
”Oke.Tunggu” tulisku.

Aku menyalakan wi-fi HP. Lalu diriku membuka line. Ada chat dari ija-chan. Alhamdulillah... hari ini diajakin jalan sama beliau. Mau makan bareng sebelum dia balik lagi ke tempat kerja esok hari. Asyiiikkkkk... ketemu lagi deh sama ija chan ^^

Kamis, 02 April 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Pagi ini memulai hari dengan tertidur pulas di atas kasur empuk. Rasanya tak mau bikin apa-apa. Maunya di tempat tidur saja. Aku terus menikmati tidurku hingga pukul 9 pagi. “Ahhh… Padahal hari ini awal bulan. Masa’ memulainya dengan tidur” ucapku dalam hati kala terbangun dari tidur.

Tubuh ini rasanya masih betah di kasur. Tak ingin beranjak dari sini. Namun, aku harus bangkit. Tak boleh seperti ini. Harus melawan rasa malas ini. Perlahan-lahan aku pun bangkit dari tidurku. selangkah demi selangkah aku menuju kamar mandi. Walau tertatih akibat kantuk yang tersisa, namun harus segera menuju kesana.