Kamis, 31 Desember 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Setelah menikmati pagi bersama di pantai seruni. Kami pun menuju ke destinasi selanjutnya. Tanjung Bira, yeaaahhhh… Tanjung bira berasa di daerah Bulukumba setelah bantaeng. Dari kota bulukumba, masih membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk bisa sampai ke sana.

Perjalanan ini lebih saya habiskan untuk istirahat. Saya tertidur di mobil sepanjang perjalanan. So, maaf deh.. tak bisa menjelaskan bagaimana bulukumba. Saya baru bangun ketika sudah dekat tanjung bira. Pas bangun saya melihat pelabuhan bulukumba. Katanya, pelabuhan itu yang digunakan untuk menyeberang ke daerah Selayar.

Sekitar 30 menit, kami pun memasuki kawasan Tanjung Bira. Untuk masuk, harus membayar tiket dulu. Tiket untuk anak-anak 5000 rupiah, dewasa 15.000,- sedangkan wisatawan asing harus membayar sekitar 40.000,-. Alhamdulillah… tiket masuk kali ini dibayarkan. Asiikkkkkk… Terima kasih bapak dan ibu bos. Dari sini petualangan lautpun akan dimulai.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Siang itu, kami berkumpul di rumah salah seorang teacher dari TIEC cabang Talasalapang. Kami baru saja menikmati makan siang bersama. Kini bersiap-siap untuk memulai liburan seru kita. Kali ini, kita akan berkunjung ke daerang Bantaeng.

Daerah ini terkenal dengan kebersihan, kota hijau, dan kerapiahan tata ruangnya. Bupatinya pun adalah salah satu bupati teladan se-indonesia. Bupati yang sangat berprestasi dan aksinya tak perlu diraguakan lagi. Tak hanya sekedar janji namun memberi bukti nyata yang dapat dinikmati oleh seluruh warga maupun pendatang.

Perjalanan pun dimulai pukul 1.45 siang. Sebelum menuju bantaeng, kami terlebih dahulu mengantar mam nurul alias dede ke toko kue. Ia ingin membeli oleh-oleh untuk ibu host family-nya ketika ia KKN di daerah bantaeng.
“Mam de, belikan kami juga. hehehe.. Saya mau brownis rasa pandan. hehehe” candaku padanya.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Pagi itu saya datang dengan membawa tas ransel. Hari ini kami berencana untuk pergi ke rumah salah satu teacher di TIEC. Namanya mam dede, atau biasa di sapa nurul di rumahnya. Tas ranselku sudah berisi baju ganti. Selain ke rumah nurul, kami juga akan berangkat ke Bantaeng dan Tanjung Bira. Liburan akhir tahun bareng TIECitizen ceritanya.

“Mam, tidak jadi pergi” ucap gugun kala melihatku masuk ke ruang teaching.
“Oh.. nda jadi? Hmm.. tidak apa-apa sih” ucapku dengan perasaan sedikit kecewa. Tapi tak kecewa-kecewa amat. Karena sesungguhnya saya memiliki rencana lain jika memang tak jadi liburan kali ini.
“So, jadi apa tidak?” ucapku lagi.
”Hmm.. tanya dulu mam yuni. Mam anty tidak bisa perg. Jadi mam yuni bilang buat di cancel” ucap gugun lagi. Gugun adalah salah satu staff di TIEC Talasalapang.
”Oh.. kenapa anty tidak jadi pergi?” tanyaku. Setahuku kemarin ia jadi kok perginya.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Hari ini tanggal 22 desember 2015. Hari ini diperingati sebagai hari ibu. Orang-orang seperti serentak memasang foto ibu di DPnya. Ya.. Allah.. rindu sama ibu. Apa kabar ya ibu disana? Apa kabar ibu di alam kubur?

Ibu.. saya teringat padamu. Setiap kali mengingatmu mata ini automatis berkaca-kaca. Ingin rasanya diri ini bertemu, memelukmu, tapi tak bisa lagi. Saya teringat masa-masa kita bersama. Saya pernah membuatmu menangis. Tapi saya selalu lupa kapan engkau tersenyum karenaku. Pernahkah? Ibu… Rindu ini menyapa hati.

Kala orang-orang sanggup memasang foto ibunya, saya pun tak sanggup melakukan itu. Engkau meninggal kala usiaku beranjak 17 tahun. Namun, tak satu pun fotomu yang kupunya. Tak pernah kita berfoto bersama. Satu-satunya fotomu yang kami miliki adalah fotomu bersama kak Linda. Itu pun tak tahu dimana rimbanya. Maaf kan kami ibu. Maafkan kami anakmu yang tak mampu mengabadikan wajahmu dalam foto. Namun, wajahmu, jiwamu, ragamu, senantiasa abadi dalam diri kami. Engkau abadi dalam doa kami ibu..

Ya Allah… lapangkanlah kuburannya, berilah ia nikmat kubur, dan terangilah kuburannya dengan cahaya-Mu. Lindungilah ia dari segala siksa kubur. Aamiin..

I          L O V E        Y O U          M Y        M O M

Alhamdulillahirabbil`alamin

Makassar, 22 Dec 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Sebentar lagi bersiap untuk pindahan. Setelah kemarin sudah mengumpulkan barang-barang dan membawnaya ke rumah kakak di Antang. Kini mengumpulkan barang-barang yang masih tersisa. Setelah di kumpulkan, ternyata masih lumayan banyak. Masih ada sekitar 1 kantong besar, kantong sepatu yang ketinggalan, dan 2 tas ransel yang masing-masing penuh. Wah, banyak juga yah.

Yang membuat repot sebenranya bukan masalah banyaknya. Tapi dengan apa kami membawanya. Kemarin kami memabawanya dengan kendaraan roda empat alias mobil. Kini harus membawanya dengan motor. Tak apalah. Ini sudah sering terjadi. Sering sekali saya dan kakaku yang satu ini, Linda, membawa banyak barang menggunakan motor. So, Enjoy aja.

Usai sholat magrib, tiba saatnya kami harus pergi. Saya dan kakak membawa barang-barang turun ke lantai 1 dan membawanya langsung ke motor. Kakak sudah mendahuluiku ke motor. Saya membawa 1 tas ransel dan kantong besar. Lumayan berat tapi saya bisa kok.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Telfon kakak berdering. Panggilan dari tante. Saya sudah setengah tidur dari tadi berbaring diatas kasur empuk.
”Hallo, Assalamualaikum. Saya sudah di depan kosan” ucap sepupuku di telfon. Waktu itu kamar sunyi, percakapan di telfonpun bisa terdengar.
Saya menyadari kakak membuka pintu. Mata ini sudah tak sanggup melek. Tak lama pintu terbuka kembali.
”Astaga tidurki (red: dia tidur)” ucap sepupuku. Saya mendengarnya dengan jelas kali ini  dan saya pun membuka mata. Aaahhhh… masih ngantuk sekali. Kala membuka mata terlihat senyum di wajah sepupuku itu. Saya pun membalas senyumannya dengan raut muka yang masih mengantuk.

Ahh.. tiba-tiba saja malam itu terserah lapar. Ada titipan buras, tempe, dan ayam dari tante yang baru saja datang bersama sepupuku. Tante menginap di rumah anaknya yang tak jauh dengan tempat tinggaku. Yeahh.. kami bertiga pun makan bersama. UUEEENAKKKK sekaliiii.. Ya Allahh.. terima kasih atas nikmat-Mu. Sumpah! Saya seakan-akan baru kali ini makan enak. Rasanya tak mau berhenti. Namun ayamnya keburu habis. Ouhhh… Alhamdulillah…

***

Ke esokan harinya, telfon kembali berdering.
”Assalamualaikum” ucapku di tefon.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Kini saya pun memutuskan untuk resign dari tempatku bekerja. Per tanggal 15 desember, saya pun resmi menjalankan tugas akhir di kantor. Beberapa hari sebelumnya saya sudah menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh staff dan teacher. Mohon maaf atas semua kesalahan dan terima kasih atas bantuan serta kerjasamanya selama ini. Sungguh, tempat kerjaku adalah tempat yang nyaman untuk bekerja. Hanya saja, saya memiliki banyak rencana dan harus melakukan beberapa perubahan hidup. Keputusanku sudah bulat.

Karena resign, saya memutuskan untuk pindah tempat tinggal. Akhirnya saya memilih tinggal di rumah kakak di Antang, Makassar. Ini adalah salah satu jalan dimana saya bisa berhijrah untuk perubahan yang insya Allah lebih baik. Acara pindahan pun akhirnya tiba. Hmm… agak kurang tepat sih bila di bilang acara. Soalnya tak ada syukuran dan yang lainnya. Hanya memindahkan barang-barang saja.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Hujan begitu derasnya. Saya dan kawan-kawan masih terjebak dikantor. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kami masih setia disini menunggu.

Kami belum juga menyantap makan malam. Lapar pun menyerang. Sebenarnya kami ingin pergi makan sedari tadi. Keadaan yang memaksa kami untuk menundanya sementara. Namun pada akhirnya, lapar ini tak dapat ditunda. Hujan masih saja turun. Kali ini tak begitu deras.

Untung ada payung dikantor. Denganya kami pun menerobos hujan. 1 payung berdua. Itu temanya malam ini. Yahh.. lumayan romantislah jika diromantis-romantiskan. hahahaha.. (alay deh.. padahal biasa aja).

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Mata ini sungguh sembab. Saya belum juga tertidur setelah semalam suntuk menjaga orang sakit. Bisa dibilang saya belum tidur. Hingga saat ini, pagi menjelang. Akhirnya tiba juga kantuk ini terasa. Cerah atau tidak pagi ini, saya pun tak tahu. Dirumah sakit, hanya menikmati cahaya lampu. Kini waktunya untuk merebahkan tubuh sejenak.

Dengan sigap saya mengambil sebuah sarung. Sarung ini saya gelar di lantai dekat kasur pasien. Ahhh… Alhamdulillah.. mari meluruskan badan sejenak.
“Bangun-bangun.. masa jam segini masih tidur” ucap seorang laki-laki yang baru saja masuk ke kamar pasien. Agak sedikit dongkol. Laki-laki itu mungkin berumur sekitar 40 tahunan. Ia adalah seorang dokter yang sedang dinas pagi ini. Ya Allah.. baru juga tubuh ini di rebahkan di suru bangun lagi. Saya tahu sih maksud si dokter ini tentu baik. Karena tak baik seseorang tidur di pagi hari. Seperti kata pepatah “Nanti rejekinya di patok ayam”. “Tapi apa boleh dikata pak. Ini saya baru tidur” ucapku dalam hati.

Senin, 21 Desember 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Mataku melihat sekeliling
orang-orang terbaring di tempat tidurnya
Raut wajah derita
Terasa hingga ke dada

Sungguh tak tega rasanya
Melihat ini hatiku menangis
Tapi juga penuh bahagia
Syukur aku tak disana

Kamis, 17 Desember 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

IMG_20151217_091755Saya tengah berada di rumah sakit. Kala itu menunggu jemputanku untuk pulang ke rumah. Semalaman saya menjaga anak sepupuku yang masuk rumah sakit. Ia kena musibah kecelakaan bermotor. Kala menunggu, saya mengunjungi seorang pasien. Ia adalah anak-anak berusia 4 tahun.

Ia sangat cerewet. Saya pun menghampiri bansalnya.
“Hallo…” ucapku lalu di ikuti senyuman. Ia hanya tersenyum.
“Siapa namanya?” ucapku lagi. Ia cuman balik tersenyum.
”Muhammad Rajab” ucap sang nenek yang duduk di dekatku.
“Ohh.. Rajab..” saya tersenyum kembali. Saya melihat-lihat kearahnya.
“Sakit apa nek?” tanyaku.

,

Bismillahirrahmanirrahim.

Subuh itu saya masih terjaga. Semalaman ini menjaga anak sepupuku yang kecelakaan. Ia jatuh dari motor akibat terserempet sebuah mobil. Hanya itu yang kutau. Maklum, saya kurang kepo. Saya hanya ingin membantu saja tanpa harus mengorek-ngorek informasi lebih dalam.

“Pergi tidur dulu..” ucap tante-tante yang menghampiriku. “Tidur disana nda apa-apa” ucapnya.
”IYa..” ucapku sambil memberikan senyuman lebar. Setelah senyumanku itu. Ia pun berlalu pergi. Seperti kesal terhadapku karena saya belum juga ingain tidur. Padahal menurutnya, tak apa tidur sebentar. Terima kasih sudah sangat perhatian padaku. Saya tak tahu bagaimana penampilanku waktu itu. Yang jelas, saya masih harus menunggu hingga datang penggantiku. Kala itu hanya diriku yang bisa menjaganya semalam suntuk. Oleh karenanya, saya tetap harus semangat menjaga.

Rabu, 16 Desember 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

“Kak, ayok ikut pengajian” ucapku pada kakak yang masih berleye-leye di tempat tidur. Saya tengah bersiap-siap untuk berangkat. Kakak hanya tersenyum. Senyumnya menyiratkan bahwa ia tak mau, seakan anti dengan kata itu.
”Dirimu saja” ucapnya.
”Ayolah…” Ucapku lagi dengan nada memelas. “Kalau begitu antar aku saja” lanjutku.
”Kamu sajalah” ucapnya lagi. Saya terus memintanya namun ia tetap besikukuh dengan jawabannya. Lama kelamaan saya sedikit dongkol. Akhirnya nada bicaraku berubah dari memelas menjadi sedikit memaksa.
”Ayolah kak. Saya ngajaknya untuk kebaikan kok. Masa nda mau. Saya kan ngga ngajak buat maksiat” ucapku dengan kedongkolan.
”Terus kalau saya ke sana saya bikin apa?” tanyanya.

Senin, 14 Desember 2015

,

Bismillahirrahmanirrahim.

di waktu pagiPagi yang mendung. Awan hitam nampak menyelimuti langit. Sisa-sisa hujan tadi malam masih membekas dipinggiran jalan. Kelabu pagi, hmmm…. Rasanya ia mengerti hati ini. Saya melihat ke atas.. kutemukan setitik cahaya membuat pagi ini tetap bersinar walau tak secerah pagi-pagi sebelumnya.

seems today is the last day in my current Job. Beberapa hari ini saya berusaha menghabiskan waktu da hari-hari bersama teman-teman kantor. Entah mengapa rasanya saya akan pergi jauh. Tapi tetap saja sebenarnya saya tak tahu apa yang akan saya lakukan. BUkan tak tahu, tak pasti lebih tepatnya. Banyak hal yang menantiku ke depan, banyak jalan yang dapat ditempuh. Apapun itu, saya selalu berkata pada diri “Jangan menyerah”. Hidup ini akan selalu di penuhi cobaan. Bahkan senang pun terkadangan adalah cobaan, sehingga tak boleh berlebihan. Yang berlebihan itu sungguh tak baik.