Bismillahirrahmanirrahim.
Aku mengantar kakak ke rumah sakit. Ia juga terkena serangan muntah. Kemenakanku pun juga begitu. Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit kami naik taxi. AC di taxi sangat dingin. Perasaanku mulai tak enak. Sekujur tubuhku dingin. Aku kedinginan.
Sampai di rumah sakit, kami langsung menuju UGD. Kakak dan anaknya terlihat lemas. Ia pun langsung dibaringkan di ruang UGD. Lama kelamaan aku menjadi mual. Perut ini terasa sakit. Rasanya ingin muntah.
Tak tahan, aku pun masuk ke kamar mandi. Aku langsung mengeluarkan isi dalam perutku. Ahhhhh.. leganya.
Tubuhku terasa lega, namun perut ini masih sakit. Aku kelaparan. Ayah baru saja membeli air minum. Aku tengah merebahkan badanku di pinggir kasur. Kakiku masih menyentuh tembok. Bosan dengan kondisi itu, aku mengikuti ayah yang kini pergi ke depan pintu masuk utama. Jika keluar dari ruang UGD, terus belok kanan. Lurus terus dan kita sudah sampai di depan meja administrasi.
Aku duduk di dekat ayah. Ayah memperhatikan kemenakanku yang tengah lari-larian. Walau mukanya terlihat lemah namun ia tetap bisa berlarian kesana-kemari.
“Ada makanan?” ucapku pada ayah yang kini berada di dekatku.
Ayah mengeluarkan sebuah roti pia. Aku pun mengambilnya dan duduk sambil menikmati makanan itu.
Perutku terasa sedikit mendingan. Aku tak merasa mual lagi.
Tak lama, kami kembali ke ruang UGD. Dokter sudah datang untuk memeriksa. Ia memeriksa ibu dan anak itu. Aku hanya memperhatikannya saja sambil berdiri di dekat dokter itu.
Usai memeriksa, dokter itu pergi. Aku kembali berbaring di kasur. Tubuhku sedikit lemah. Dokter kembali lagi. Ia memberitakan bahwa kemenakanku, putra, harus di rawat inap. Kakak tak perlu. Kemenakanku akan di infus. Kami pun menunggu proses administrasi selesai dan menunggu pemeriksaan selanjutnya.
Dua orang perawat masuk ke ruangan UGD.
”Tolong di naik dan pegang adeknya” ucap perawat cewek. Dengan hati-hati aku naik dan memegangi putra.
“Pegang yang erat ya” ucapnya lagi. Ia pun lalu menyuntikkan jarum untuk infus. "
”Aaaaaaa” Putra mengeluarkan teriakannya. Ia mengangis sambil berteriak. Rasanya tak tega melihatnya. Apalagi cara mereka memasukkan jarum. Ngeri juga liatnya.
“Yang sabar ya dede” ucapku dalam hati.
Setelah pemasangan infus selesai, kami pun menuju kamar ruang inap. Aku hanya mengikuti kemana perawat itu membawa kami. Perasaanku mulai tak enak lagi. Rasanya mau muntah lagi.
Aku sangat gelisah. Aku mulai mengeluh ingin pulang. Untungnya kakak mengatakan bahwa kami boleh pulang. Betapa senangnya hati ini. Mukaku mungkin terlihat pucat. Badanku lemah, rasanya tak sanggup untuk berjalan. Tapi tetap saja aku harus berjalan hingga kami mendapatkan taxi.
Angin tak terlalu kencang. Hujan rintik-rintik. AKu menunggu taxi di pinggir jalan di depan pantai. Rumah sakit itu terletak di depan pantai Losari, Makassar. Tak lama taxi kuning pun datang.
Dalam perjalanan, perutku mulai sakit tak karuan. Rasanya ingin keluar. SEdikit lagi.. sedikit lagi.. Aku tak tahan. Untung ada kantongan di dekatku, dengan segera aku mengeluarkan isinya. Aku pun memuntahkan isi perutku.
oh… huhhhh.. Alhamdulillah. Astagfirullah.
Aku menyandarkan tubuhku sambil memegangi kantongan tadi. Pak sopir sangat cepat tanggap. Ia pun menurunkan jendela. AKu bisa menikmati udara alami. walaupun sama-sama dingin, tetap saja udara alami lebih enak daripada udara yang keluar dari AC mobil.
Tubuhku sangat lemah.
Alhamdulillah.. kami pun sampai di rumah. AKu segera membuang kantongan berisi muntahan. Melangkahkan kaki masuk kerumah dan membaringkan diri di kasur. Perutku terasa mual lagi. Aku pun mencoba bangun. Tiba-tiba saja aku muntah.
Setiap kali aku bangun, aku pasti muntah. Muntah ini sangat menyakitkan. Isi perutku rasanya keluar semua. Tenggorokan terasa pahit. SEmua yang tumpah hanyalah air. Air yang kuminum setelah muntah. Begitu sterusnya hingga beberapa kali. Bahkan sampai hari esok.
Yang membuatnya makin sakit kala muntah adalah aku belum bisa makan apa-apa. Perutku belum terisi. Kala muntahpun hanya air dan ia pun menarik lambung ini serasa mau keluar.
Ohhh.. Ya Allah.. Astagfirullah. Aku merebahkan tubuh lagi. Alh aku amdulillah masih bisa melaksanakan Sholat walau harus duduk. Alhamdulillah.. dengan penuh syukur.. semoga sakit ini menjadi penggugur dosa YA ALLAH.. ucapku dalam doa.
Alhamdulillahirabbil`alamin.
Makassar, 2 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)
Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)