Rabu, 21 Januari 2015

Jatuh bodo-bodo’

Bismillahirrahmanirrahim.

Malam ini terasa menyenangkan dan menenangkan. Aku baru saja menyelesaikan kelas pertamaku. Walau harus molor hingga jam 9 malam, tapi tak apa. Siswanya masih menikmati belajar. Ia pun tak apa melanjutkan pelajaran malam itu.

Kala selesai, aku langsung bergegas pulang. Ayah pasti akan ngomel lagi. Aku akan sampai di rumah lewat dari pukul 10 malam. Perjanjian sebelumnya tidak boleh sampai di rumah lewat dari jam 10.

“Maaf ayah. Kali ini harus melanggar lagi. Aku usahakan pulang secepatnya besok-besok. Amin” ucapku dalam hati.

Aku pun melaju kencang walau masih dalam kecepatan standart. Bagaimana pun juga kita harus hati-hati di jalan. Sesekali aku pelan, kadang pula aku melaju dengan kencang sekencang-kencangnya. Apalagi kala aku memasuki kawasan tanjung. Di kawasan ini tak padat kendaran kala malam. Bahkan sepi, jadi bisa berbalap-balapan ria.

Kini aku memasuki kawasan barombong. Aku masih melaju kencang. Tiba-tiba di depanku jalanan berlubang. Aku pun mencoba mengerem sedikit-sedikit motorku.
“Ehh.. ehhh.. ehhh…” ucapku. Bug!

aku terjatuh. Bannya slip dan Aku tak dapat mengontrol keseimbangan. Akhirnya jatuhpun tak terhindarkan. 2 orang bapak-bapak datang untuk menolong. Aku yang sudah berdiri hanya bisa tertawa sendiri. Aku melihat motorku masih tergeletak sesaat setelah aku berdiri.

Bapak-bapak baik hati itu pun membantu mengangkat motor.
“Tidak apa-apa dek?” tanyanya padaku.
”Tidak apa-apa pak” ucapku sambil geleng kepala. Aku senyum-senyum sendiri melihat kejadian ini. Sungguh teledornya diriku.
”Lain kali kalau di jalanan berpasir jangan pake rem tangan. Pakenya rem kaki. Karena bannya akan slip dan jatuh” ucap salah seorang diantara dua bapak itu.
”Oh iya pak” ucapku. Bapak itu pun meminggirkan motorku. Aku mengikutinya.
“Terima kasih pak” ucapku dan menganggukkan kepala 1 kali tanda berpamitan.

Dengan sedikit rasa sakit di bagian lutut, aku melanjutkan kembali perjalananku. Sedikit lagi aku akan sampai di rumah. Aku pun melaju dengan perlahan. Perlahan tapi pasti #tsah (hehehehe). Aku pun mencoba menggunakan rem kaki walau tak terbiasa.

Sekitar 2 tahun sudah aku mengendarai motor, aku baru tahu akibat yang bisa ditimbulkan rem tangan. Pantas saja ketika belajar dulu, semua orang menyarankan dan mengaarkan rem kaki. Mereka bahkan tidak menyarankan menggunakan rem tangan. Itu karena bisa menyebabkan kita jatuh. Itu kata mereka. Aku tak terlalu mendengarkan. Selama ini aku terlalu enjoy menggunakan rem tangan kala mengendarai motor. Aku merasa lebih enak menggunakannya dan tak ada masalah selama ini.

Orang makassar bilang “jatuh bodo-bodo’ (read: jatuh bodoh)”. Itu karena kita jatuh karena kesalahan sendiri yang tak melihat baik-baik jalanan di depan. Akhirnya membuat kita mengerem dan jatuh. Hahaha… Kebodohan muncul karena ketidaktahuan. Ketidaktahuan muncul karena tidak adanya rasa ingin tahu. Tidak ada rasa ingin tahu muncul akibat kurangnya otak ini untuk berpikir. Beginlah jadinya. Ambil saja hikmahnya.

Jatuh kali ini Allah swt. ingin memberikan hikmahNya padaku. Allah swt. ingin menunjukkan padaku bahaya dari rem tangan. Allah swt. memperingatkanku sebelum terjadi hal yang lebih berbahaya lagi. Alhamdulillah.. terima kasih Ya Allah. Aku tahu bahwa ini semua adalah Rahmat-Mu. Sungguh Maha Pemurah dan Maha Pengasih DiriMu. Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa. Yang ada hanya luka lecet dan sakit-sakit di badan. Itu wajar.

Ingatlah! Orang berakal adalah orang yang mampu mengemabil hikmah dari setiap kejadian. Kejadian itu kemudian membuatnya bersyukur karena hikmah yang ia peroleh dari berpikir akan Rahmat-Nya. LOVE ALLAH Hati merah

Alhamdulillahirabbil`alamin ^^

Makassar, 20 januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)

Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)