Sabtu, 06 Desember 2014

Hujan, Bakso, & Kakak

Bismillahirrahmanirrahim.

Hujan KakakAku menginap di tempat kemarin malam. Pagi ini baru saja terbangun pukul 9.00 setelah sholat subuh. Tak tahu apa yang harus kulakukan. Pada akhirnya aku mengupload semua tulisan-tulisan yang masih tersimpan di draf. Alhamdulillah.. semua berjalan lancar.

Siang menjelang, aku harus beranjak dari tempat ini. Sebentar lagi para siswa akan berdatangan. Akupun berpindah tempat ke lantai atas dengan segera. Sebenarnya sedari tadi aku ingin kesana, tapi tak bisa. Aku juga pusing harus mandi dimana. Soalnya kamar diatas sedang dicat. Nah, mumpung lagi jum’atan, bapak-bapak tukang cat sedang tak ditempat. Kesempatan emas buat ke kamar untuk mandi. Yaehh…

Usai mandi, aku pun kembali ke bawah, ke lantai dasar.  Tiba-tiba saja lapar. Siang-siang kelaparan plus hujan, paling enak makan bakso. Alhamdulillah, permintaan itu dikabulkan oleh Allah swt. Tukang bakso yang bisa nongkrong di depan JILC itu datang. Yaeh.. alhamdulillah, makan bakso.

Alhamdulillah.. Kenyang^^.

Waktunya untuk berangkat. Hmm.. aku melihat ke arah jalan raya. Rupanya masih hujan. Aku pun duduk-duduk sambil bermain game kesukaan. Entah mengapa akhir-akhir ini suka banget main onet. Kalau sudah main, seakan duniaku teralihkan. Seakan hanya ada onet dan aku di dunia ini (hahahaha.. lebay mode on).

Sekitar pukul 2.30 siang, hujan sedikit reda. Tak apalah menerobos gerimis. Aku pun berangkat menuju ke kampus. Hari ini ada less bahasa korea. Aku harus datang kali ini, karena kemarin ngga sempat datang. Aku melajukan motor dengan kejepatan standard dan santai. Maklum di musim hujan biasanya jalanan licin. Apalagi hujan sudah mengguyur makassar sejak pukul 1 tadi.

Aku melihat ke arah langit seketika. Awan hitam nampak menutupinya. Sepertinya akan hujan deras, ucapku dalam hati. Lama kelamaan gerimis berubah menjadi hujan. Aku pun singgah untuk berteduh karena tak punya jas hujan. Sebenarnya aku punya, namun aku hanya membawa atasannya saja. Celana jas hujanku robek. Kakak sudah pernah memberiku uang untuk membeli jas hujan, namun aku masih belum sempat membeli yang baru.

Pada akhirnya beginilah jadinya. Satu pelajaran lagi bahwa sediakan payung sebelum hujan. Bagi pengendara motor tentu sediakan jas hujan sebelum hujan. Tapi dasar kurang perhatian dan suka menunda-nunda, akhirnya kena batunya sendiri. Aku terjebak hujan. Hujannya semakin lama semakin deras. Hujan kali ini juga ditemani suara guntuh dan cahaya kilat berkali-kali.

Aku tak kuasa menerobos hujan. Apalagi kondisi jalan yang banjir di depan apotik tempatku bertengger. Ya, aku bertedu di depan apotik samping bank BRI batua Raya. Aku tak sendiri. Aku ditemani oleh para pengguna motor lainnya yang juga ikut berteduh. Walau kami tak pernah bicara sekali pun.

Di tempatku berdiri, aku banyak menyaksikan orang-orang yang masih lalu lalang di tengah hujan. Kejadian demi kejadian terjadi. Ada pengendara motor yang nekat menerobos hujan. Ada yang motornya mogok di jalan. Sampai-sampai seorang ibu yang motornya tiba-tiba mogok harus mendorong motornya. Anak yang ia bawa pun ikut merasakan indahnya kehujanan. Alhamdulillah, untungnya ngga ada yang sampai jatuh.

Adzan terdengar samar-samar. Aku harus segera menghubungi guru less bahasa koreaku. Aku tak bisa masuk hari ini lagi karena terjebak hujan. Aku terus menunggu dan menunggu. Aku pun terserang penyakit bosan. HP juga sudah lowbat. Untungnya masih bisa buat sms dan main onet, hehehe.

Lama-lama, bosan juga. Jika menunggu hujan ini sepertinya akan sampai malam. Jika menerobos hujan, ke kampus atau pulang ya? ucapku dalam hati. Aku pun berpikr. Pada akhirnya kuputuskan untuk kembali ke tempat kakak. Karena kalau ke kampus ngga akan bisa masuk kelas gara-gara basah kuyup. Ada baiknya aku kembali saja ke tempat kakak, jadi bisa ganti pakaian. Aku memasang atasan jas hujanku. Ini hanya untuk melindungi laptop yang ada di tas agar tak basah.

Aku pun melaju dengan perlahan-lahan. Rokku sudah basah. Kaos kaki sudah aku lepas dari tadi. Itu karena Aku sudah merasakan sedikit gatal-gatal pada daerah kaki. Aku menerobos hujan. Tak apalah yang penting nanti bisa sholat. Alhamdulillah.. sampai dengan selamat ^^ walau basah sih :)

Ketika sampai di JILC orang-orang yang mengenalku menertawakanku. Aku memanggil kakak untuk menyimpan helm. Kutanggalkan jas hujan dan menggantungnya di motor. Aku pun melangkahkan kaki masuk dan menuju ke lantai atas. Kakak berkata bahwa kamar sudah selesai di cat. Jadi sudah bisa masuk ke kamar untuk ganti baju.

Sebelum naik, Aku meminjam kain pel dan skop sampah untuk membersihkan kamar. Kamar di lantai 3 itu baru saja di cat. Kamarnya sangat berdebu. aku tak tahan. Tak lupa aku membeli cemilan sebagai pengganti rasa capek. hihihi

Yeah.. waktunya bersih-bersih. Let’s gooooooo

Pertama-tama aku menyekop sampah yang sudah bertumpuk di tengah-tengah kamar. Baik juga bapak yang sudah ngecat, pikirku. Paling tidak, beliau sudah berbaik hati mengumpulkan debu-debu yang berserakan. Aku tinggal menyapu kembali untuk membersihkan sisa-sisa yang lainnya.

ehmm.. debunya. Tak tahan akan debu, aku pun mengenakan masker. Debunya sungguh banyak sekali. Kamar ini se-akan-akan baru ditinggali lagi. Layaknya orang yang baru pindahan, lantainya kotor termat sangat. Ngga enak untuk di injak. Setelah disapu, aku pun mengepel lantai. Untungnya cuman membersihkan satu kamar, jadinya ngga terlalu capek-capek amat.

Hanya saja, hujan tadi seakan menguras tenagaku. Entah mengapa aku merasa mengantuk. Tapi harus menunggu magrib. Sebentar lagi magrib menjelang. Aku pun bermain onet kembali hingga magrib tiba.

Usai sholat, aku menyalakan laptop. Tapi Rasa kantuk dan malas masih terasa. Aku berbaring sambil bermain onet lagi. kakak menelfon, Ia ingin di jemput dan pulang bersama. Ia berkata bahwa tak ada yang bisa menjemputnya.

“Masih hujan di sini. Belum bisa pergi. Tadi sudah basah-basahan. Tunggu maki” ucapku.
”oh.. iya” ucapnya dengan nada yang agak kecewa.

Suara hujan deras terdengan mendera. Aku pun menunggu hujan reda. Hujan nampaknya sudah reda, aku berbaring sebentar. Aku merebahkan tubuh yang terasa berat dan capek.

Tiba-tiba aku terbangun. Kakak menelfon..
”Ayo cari makan” ucapnya di telfon. Ia menelfon dari tadi.
Rupanya aku ketiduran. Astagfirullah.. sekarang sudah jam 9 lewat. Aku menelfon kakakku yang mau di jemput. Rupanya beliau sudah di rumah. Dia hanya berbicara singkat di telfon lalu menutup telfon.

Aku agak sensitif dengan kakakku yang satu ini. AKu tak pernah ingin membuatnya marah. Apalagi marah padaku. Itu akan membuatku sangat sedih dan sakit. Sikapnya tadi seakan marah padaku. Hatiku tergoyak, air mata mulai berada di penghujung mata. Sedikit lagi ia bertambah, maka ia akan tumpah.

Aku tak tahan membendung rasa ini. Air mata pun tak terbendung jua. Aku berbaring sambil berpikir. Aku mengucapkan astagfirullah.. terus menerus. Aku hars mengontor perasaanku dan hanya Allah swt. yang mampu mengontrolnya agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Aku berdoa “Semoga Allah swt. mengabulkan permohonanku untuk lulus ke KOREA untuk S2 tahun depan. Amin ya Rabbal Alamin.” Aku berdoa, agar aku bisa ke sana. Agar aku tak merepotkan kakak-kakak di sini lagi. Agar aku bisa mandiri dan mengurus diri. Agar aku takkan menyakiti mereka lagi. Walau hidup jauh dari mereka bukanlah jaminan agar itu tak terjadi. Paling tidak, itu salah satu cara agar aku bisa melepas sedikit beban hidup mereka.

Aku pun berbaring dengan perasaan yang amat sedih. Air mata ini juga terus mengalir. Ini berlangsung sekitar 20-30 menit. Oh ya Allah, aku harus segera bangkit. Kepalaku mulai terasa sakit. Aku harus bangkit untuk berwudhu. Takutnya tak bisa sholat nanti, lalu terlupakan dan tak sholat.

Aku pun turun ke lantai dasar untuk sholat. Kakak sudah menunggu di sana. Malam ini juga akan tidur di bawah seperti malam sebelumnya. Aku juga suka di bawah karena bisa ber-wifi-an ria hihihi (modus mode on). Setelah sholat, kami berdua keluar untuk mencari makan. Kami menikmati coto hangat malam ini. Cotonya lumayan enak. Aku sampai tak tega meyisakan airnya. Kali ini aku menghabiskan coto satu mangkuk dan 2 ketupat. Eh, ngga sama mangkuknya ya. hihihi

Usai makan, kami kembali ke tempat kami berteduh dan bernaung untuk malam ini. Aku mulai membuka laptop. Awalnya sangat malas rasanya, apalagi sakit kepala yang masih terasa hingga sekarang. Malas ini harus dilawan. Karena kalau tidak, dia bisa menjalar dan menjamur hingga berhari-hari lamanya. Jadi, aku pun memaksakan diri untuk menulis. Pada akhirnya, jadilah tulisan ini. Yeahhhhh…

Alhamdulillahirabbil`alamin ^^

Makassar-JILC, 5 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)

Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)