Bismillahirrahmanirrahim.
Pagi menjelang siang, aku sedang berbaring menunggu adzan dzhuhur. Waktu menunjukkan pukul 11.30am. Oh iya, hari itu adalah moment bersejarah bagi indonesia. Pemilihan umum Presiden RI 2014-2019 yang akan menentukan masa depan Indonesia 5 tahun mendatang. Sangat ingin pergi, menggunakan hak suaraku hari itu. Namun apa daya, aku kekurangan informasi dan tak lagi di kampung di mana undangan pemiluku berada disana. Sedih rasanya tak mampu berpartisipasi. Tapi hari itu aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Moment itu aku abadikan dalam tulisan ini.
“Vi, hari ini sibuk?” tiba-tiba sebuah text message masuk. Dari seorang teman yang baru beberapa hari yang lalu aku bertemu dengannya, namanya Aflaha.
“Tidak. Kenapa? Ada yang bisa dibantu?” jemariku memencet keyboard HP, send. OK, Message send.
“Mau temani cari baju untuk kemenakan? bisa?” smsnya lagi.
”Iya, insya Allah bisa. Dimana? saya lagi nda ada kerjaan.” balasku.
”Hmm.. dimana di’? mungkin di butung atau mp. Tapi memilihka dulu.” smsnya lagi.
”Oh, masih bisa memilih? katanya harus pake form A5” tanyaku.
”Temanku juga bilang begitu. Tapi coba saja.” balasnya.
”Oh iya, mauka juga ke kantor dulu. Sebenarnya hari ini saya stand by on Call. Mau ikut? bisa online-online di sana.” smsnya lagi.
”hm.. janganmi deh. Langsungma saja ke TKP. Belumpa mandi solanya.hehehe.. smsma saja di mana tempatnya, biar mandi memangma” jawabku dalam sms yang aku kirim.
”Oke, di MPmi saja deh. Jauhki di Butung.”
“Oke deh. Mandika dulu.” sms ini mengakhiri pembicaraan saat itu.
Akupun beranjak dari tempatku menuju kamar mandi. Selesai mandi langsung bersiap. Saat mau berangkat, kakakku menyuruh untuk menjemur pakaian terlebih dahulu. “Masih ada waktu, ya sudah menjemur saja dulu” gumamku dalam hati. Di tengah menjemur pakaian aku masuk sebentar untuk mengambil jepitan pakaian. Aku menyempatkan diri melihat HP. Rupanya Ia sudah menelfon 2x tapi tak kuangkat. sms-nya pun masuk.
”Saya telfon kenapa nda diangkat?” tanyanya.
”Sorry la, lagi menjemurka. Tunggu nah, sedikit lagi. Disuru menjemur dulu baru pergi.” jawabku.
”Oke, adama di kantor. Sudahma juga memilih.” Wah cepat sekali pikirku, ketika selesai menjemur dan kini menbaca smsnya.
”Oke. selesaima. Berangkatma.” lalu aku pun mengambil tas dan go…
Ditengah perjalananku menuju ke arah kantornya ia me-messenge lagi.
”Vi sudah di mana? Ketemu di mana? soalnya di usirka bos ku dari kantorku.” Ucapnya
”Ketemu di MPmi saja. Dijalanma ini.” Jawabku.
”Oke, ketemu disanami nah. Berangkatma ini?” Ucapnya lagi.
”Iya, duluanmi. Tapi nanti agak lama dikit menunggu, soalnya masih jauh. hehehe” Jawabku.
”Oke deh.”
Dan aku pun masih di angkot. Entah mengapa angkot ini sangat lama nangkrin di sini. Jadi agak kurang enak deh sama aflaha. Hanya bisa bersabar menunggu. Kini sudah ada 2 penumpang lagi yang naik. Alhamdulillah, setelah itu angkot pun jalan.
“Vi, saya sudah di MP nah”
”oh oke.” cepat sekali, pikirku. Perasaan baru beberapa menit yang lalu ia berangkat. Tapi wajar sih, kantornya tak terlalu jauh dari MP (Mall Panakukang).
Aku menikmati perjalanan dengan sedikit cemberut dan was-was. Angkotnya sedikit-sedikit berhenti dan kadang agak lama. Tapi wajar sih, memang mereka cari penumpang untuk mengais rejeki setiap hari. Walau agak jengkel tapi diam sajalah. Memang begitulah angkot, kalau nga mau naik kendaraan pribadi aja atau naik taksi. Bisa dibayangkan akan dijawab seperti itu jika protes. Yah, jalani sajalah. Nanti juga sampai.
Pagi menjelang siang, aku sedang berbaring menunggu adzan dzhuhur. Waktu menunjukkan pukul 11.30am. Oh iya, hari itu adalah moment bersejarah bagi indonesia. Pemilihan umum Presiden RI 2014-2019 yang akan menentukan masa depan Indonesia 5 tahun mendatang. Sangat ingin pergi, menggunakan hak suaraku hari itu. Namun apa daya, aku kekurangan informasi dan tak lagi di kampung di mana undangan pemiluku berada disana. Sedih rasanya tak mampu berpartisipasi. Tapi hari itu aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Moment itu aku abadikan dalam tulisan ini.
“Vi, hari ini sibuk?” tiba-tiba sebuah text message masuk. Dari seorang teman yang baru beberapa hari yang lalu aku bertemu dengannya, namanya Aflaha.
“Tidak. Kenapa? Ada yang bisa dibantu?” jemariku memencet keyboard HP, send. OK, Message send.
“Mau temani cari baju untuk kemenakan? bisa?” smsnya lagi.
”Iya, insya Allah bisa. Dimana? saya lagi nda ada kerjaan.” balasku.
”Hmm.. dimana di’? mungkin di butung atau mp. Tapi memilihka dulu.” smsnya lagi.
”Oh, masih bisa memilih? katanya harus pake form A5” tanyaku.
”Temanku juga bilang begitu. Tapi coba saja.” balasnya.
”Oh iya, mauka juga ke kantor dulu. Sebenarnya hari ini saya stand by on Call. Mau ikut? bisa online-online di sana.” smsnya lagi.
”hm.. janganmi deh. Langsungma saja ke TKP. Belumpa mandi solanya.hehehe.. smsma saja di mana tempatnya, biar mandi memangma” jawabku dalam sms yang aku kirim.
”Oke, di MPmi saja deh. Jauhki di Butung.”
“Oke deh. Mandika dulu.” sms ini mengakhiri pembicaraan saat itu.
Akupun beranjak dari tempatku menuju kamar mandi. Selesai mandi langsung bersiap. Saat mau berangkat, kakakku menyuruh untuk menjemur pakaian terlebih dahulu. “Masih ada waktu, ya sudah menjemur saja dulu” gumamku dalam hati. Di tengah menjemur pakaian aku masuk sebentar untuk mengambil jepitan pakaian. Aku menyempatkan diri melihat HP. Rupanya Ia sudah menelfon 2x tapi tak kuangkat. sms-nya pun masuk.
”Saya telfon kenapa nda diangkat?” tanyanya.
”Sorry la, lagi menjemurka. Tunggu nah, sedikit lagi. Disuru menjemur dulu baru pergi.” jawabku.
”Oke, adama di kantor. Sudahma juga memilih.” Wah cepat sekali pikirku, ketika selesai menjemur dan kini menbaca smsnya.
”Oke. selesaima. Berangkatma.” lalu aku pun mengambil tas dan go…
Ditengah perjalananku menuju ke arah kantornya ia me-messenge lagi.
”Vi sudah di mana? Ketemu di mana? soalnya di usirka bos ku dari kantorku.” Ucapnya
”Ketemu di MPmi saja. Dijalanma ini.” Jawabku.
”Oke, ketemu disanami nah. Berangkatma ini?” Ucapnya lagi.
”Iya, duluanmi. Tapi nanti agak lama dikit menunggu, soalnya masih jauh. hehehe” Jawabku.
”Oke deh.”
Dan aku pun masih di angkot. Entah mengapa angkot ini sangat lama nangkrin di sini. Jadi agak kurang enak deh sama aflaha. Hanya bisa bersabar menunggu. Kini sudah ada 2 penumpang lagi yang naik. Alhamdulillah, setelah itu angkot pun jalan.
“Vi, saya sudah di MP nah”
”oh oke.” cepat sekali, pikirku. Perasaan baru beberapa menit yang lalu ia berangkat. Tapi wajar sih, kantornya tak terlalu jauh dari MP (Mall Panakukang).
Aku menikmati perjalanan dengan sedikit cemberut dan was-was. Angkotnya sedikit-sedikit berhenti dan kadang agak lama. Tapi wajar sih, memang mereka cari penumpang untuk mengais rejeki setiap hari. Walau agak jengkel tapi diam sajalah. Memang begitulah angkot, kalau nga mau naik kendaraan pribadi aja atau naik taksi. Bisa dibayangkan akan dijawab seperti itu jika protes. Yah, jalani sajalah. Nanti juga sampai.
---
Alhamdulillah, akhirnya sampai juga. Segera aku membayar angkot dan memasuki mall. Aku pun meng-sms Aflaha menanyakan lokasinya dimana. Hmm.. ia belum menjawab. Dalam Mall banyak sekali orang. Tak sama seperti biasa. Ini sepertinya terlalu full. Jadi pusing. Ini kali pertamanya aku memasuki Mall ini lagi. Sudah lama sekali tak berkunjung ke sini. Aku hanya akan mengunjunginya jika ada perlu. Mungkin karena lokasinya yang jauh dari rumah, jadi hanya buang waktu untuk mengunjunginya tanpa keperluan.
Aflaha belum membalas. Aku pun menelfonnya, namun tak tersambung. Hm, bagaimana ini? Aku menaiki tangga eskalator menuju lantai 2. Aku berjalan saja. Siapa tahu bisa bertemu dengannya dijalan. Kemana harus pergi? gumamku dalam hati. Aku terus berjalan dan berjalan.
Sms dari aflaha masuk. Ia berada di lantai 3 matahari. Telfonnya pun tersambung, tapi aku tak bisa mendengar apa yang di ucapkannya. Kusuruh dia meng-sms lagi. Aku pun naik ke lantai 3. Yang kutemukan adalah toko buku dan area permainan. Aduh kemana ini? Rasa-rasanya aku tersesat. Mall ini terlalu besar untuk di jelajahi. Aku terus berjalan mengikuti orang di depanku. Siapa tahu menemukan jalan yang benar.
Aku jadi was-was. Sekali-kali aku melihat sekeliling. Baru pertama kali aku melihat kawasan ini di Mall. Sepertinya baru dibangun. Benar-benar lama ya tidak mengunjunginya. Sudah banyak tempat baru dan sambungannya pun makin banyak. Mall ini sudah tersambung dengan hotel disampingnya. Ia juga memiliki 2 gedung yang dihubungkan oleh jembatan. Di jembatan itu adalah restauran dimana kita bisa menikmati suasana jalan raya di sekitarnya.
Terus saja berjalan mengikuti orang didepanku. Pura-pura tak khawatir. Seakan-akan menikmati perjalanan. Akhirnya, Alhamdulillah, menuai titik cerah. Seakan ada cahaya di ujung sana dari lorong gelap yang kulewati. Aku kini keluar dari lorong itu. Di sini banyak sekali orang. kepalaku pusing melihatnya. Aflaha tak dapat lagi dihubungi. Aku sudah sampai di toko yang ia maksud. Ia tetap tak terlihat. Terlalu banyak orang. Promo discont pemilu dan discont ramadhan membuat orang-orang mengunjunginya.
Aku harus mencari tempat yang sepi agar mudah kelihatan. Aku pun memberitahu posisiku. Aku memintanya untuk mendatangiku. Karena aku yakin ia lebih tahu tempat ini. Ketika menunggu, sesorang mendekatiku.
”Maaf musholahnya dimana ya?” Ucap laki-laki yang memakai topi dan kacamata itu.
Sejenak aku terdiam, tak dapat berpikir jernih ”Nga tau juga mas” jawabku. Aku melihat jam. Waktunya sholat ashar. Dimana ya musholahnya? Ah, sudahlah Aflaha pasti tahu nih. Alhamdulillah, aku melihat sosok mungil yang kukenal. Aku melambaikan tangan sambil tersenyum. Ia pun juga tersenyum padaku. Akhirnya kamipun dipetemukan di dekat eskalator tempatku menunggu saat ini.
”Maaf musholahnya dimana ya?” Ucap laki-laki yang memakai topi dan kacamata itu.
Sejenak aku terdiam, tak dapat berpikir jernih ”Nga tau juga mas” jawabku. Aku melihat jam. Waktunya sholat ashar. Dimana ya musholahnya? Ah, sudahlah Aflaha pasti tahu nih. Alhamdulillah, aku melihat sosok mungil yang kukenal. Aku melambaikan tangan sambil tersenyum. Ia pun juga tersenyum padaku. Akhirnya kamipun dipetemukan di dekat eskalator tempatku menunggu saat ini.
“hahhhh… mengecewakan. Namanya saja discont tapi mahal. harganya tak seperti hari biasa. Discontnya cuman +10%. Agak kecewa. Banyaknya lagi orang” Ucapnya tiba-tiba setelah selesai bersalaman.
”ohh.. bukanya 50%+20%” ucapku dengan nada agak heran.
”Ahhh.. tidak. 10%ji.” ucapnya lagi.
”eh, tadi ada orang tanya. Musholah dimana? tapi tidak tahu ka.” ucapku.
”eh, sholat ashar di’ ayo ke mushollah.” Ucapnya sambil melihat jam tangan.
Kami pun pergi meninggalkan tempat itu. Mencari dimanakah mushollah itu berada. Tak lama kami pun menemukannya. Dibayangan kami akan ada banya orang, dan musholahnya itu sempit. Seperti biasa akan sangat sesak. Dulu pernah antri hingga di tangga karena banyaknya orang dan volume mushollah yang sempit. Ketika memasukinya ternyata sudah berubah. Mushollahnya sudah agak besar begitu pula dengan tempat wudhunya. Hmm… baguslah. Alhamdulillah. Walau bayak orang tapi tak terasa sesak.
”ohh.. bukanya 50%+20%” ucapku dengan nada agak heran.
”Ahhh.. tidak. 10%ji.” ucapnya lagi.
”eh, tadi ada orang tanya. Musholah dimana? tapi tidak tahu ka.” ucapku.
”eh, sholat ashar di’ ayo ke mushollah.” Ucapnya sambil melihat jam tangan.
Kami pun pergi meninggalkan tempat itu. Mencari dimanakah mushollah itu berada. Tak lama kami pun menemukannya. Dibayangan kami akan ada banya orang, dan musholahnya itu sempit. Seperti biasa akan sangat sesak. Dulu pernah antri hingga di tangga karena banyaknya orang dan volume mushollah yang sempit. Ketika memasukinya ternyata sudah berubah. Mushollahnya sudah agak besar begitu pula dengan tempat wudhunya. Hmm… baguslah. Alhamdulillah. Walau bayak orang tapi tak terasa sesak.
SEtelah sholat ashar, kami duduk-duduk sebentar melepas lelah. Kaki ini rasanya sudah nyut-nyutan gara-gara berjalan dari tadi. padahal hanya berjalan di dalam Mall.
“Kita duduk dulu sebentar. istirahat dulu, sakit kaki.” ucap aflaha yang tengah meihat spase kosong di area belakang mushollah cewek.
“Iya, capek habis keliling.” ucapku sambil melangkahkan kaki ke tempat istirahat. Ah.. enaknya.. bisa bersandar untuk sementara. Alhamdulillah.. Di sana kami bertemu dengan junior semasa kuliah. Kini dia telah melanjutkan s2. kami pun bercerita banyak hal. Mulai dari kabar, kuliah, dan ke mall sama siapa sampai akhirnya tentang diskon.
“Kita duduk dulu sebentar. istirahat dulu, sakit kaki.” ucap aflaha yang tengah meihat spase kosong di area belakang mushollah cewek.
“Iya, capek habis keliling.” ucapku sambil melangkahkan kaki ke tempat istirahat. Ah.. enaknya.. bisa bersandar untuk sementara. Alhamdulillah.. Di sana kami bertemu dengan junior semasa kuliah. Kini dia telah melanjutkan s2. kami pun bercerita banyak hal. Mulai dari kabar, kuliah, dan ke mall sama siapa sampai akhirnya tentang diskon.
“Banyak sekali orang di Mall maklum diskon pemilu” kata cha wanita berkacama dan berbaju kuning yang ada di depan kami. Ia juga duduk bersama kami.
”Iya, tapi agak mengecewakan. Diskonnya +10%ji” ucap aflaha.
”Oh, iye kah?”Cha menunjukkan nada heran sedikit kaget.
”iya, harganya toh tidak sama seperti hari biasa. Baru di diskonmi”Ucap aflaha lagi. aku hanya senyum sambil mendengarkan.
”ohh begitu. eh, jadi dari tadimi di sini? Banyakmi kita beli pasti?” Tanya cha.
”tidakji. Dariji Hypermart beli sesuatu.” jawab aflaha.
”Tadi toh pas di sana banyak sekali orang,bapak-bapak, yang duduk di dekat eskalator melantai kayak begini” Ucap aflaha lagi sambil sedikit tertawa kecil.
”Masa kak? Iye? pasti capek mi itu” Ucap cha.
”Pasti dia mengantar istrinya terus capekmi. Jadi diad dudukmi disitu. Istrinya saja pergi belanja.” Ucapku menambahkan. Kami bertiga pun tertawa kecil.
”Iya, tapi agak mengecewakan. Diskonnya +10%ji” ucap aflaha.
”Oh, iye kah?”Cha menunjukkan nada heran sedikit kaget.
”iya, harganya toh tidak sama seperti hari biasa. Baru di diskonmi”Ucap aflaha lagi. aku hanya senyum sambil mendengarkan.
”ohh begitu. eh, jadi dari tadimi di sini? Banyakmi kita beli pasti?” Tanya cha.
”tidakji. Dariji Hypermart beli sesuatu.” jawab aflaha.
”Tadi toh pas di sana banyak sekali orang,bapak-bapak, yang duduk di dekat eskalator melantai kayak begini” Ucap aflaha lagi sambil sedikit tertawa kecil.
”Masa kak? Iye? pasti capek mi itu” Ucap cha.
”Pasti dia mengantar istrinya terus capekmi. Jadi diad dudukmi disitu. Istrinya saja pergi belanja.” Ucapku menambahkan. Kami bertiga pun tertawa kecil.
Keluarga cha sudah selesai sholat. Ia pun berpamitan lalu pergi. Kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali. Aku melihat jam yang kukenakan di tangan, waktu sudah pukul setengah 5. Kami berdua lalu menuju ke tempat yang Alfaha mau. Aku hanya menemaninya saja. Kami harus melanjutkan perjuangan mencari baru lebarang untuk ponakan.
“Tadi ada saya liat murah di Hypermart. Ayo kesana.” Ucap aflaha sambil berjalan. Dan kami pun menuju ke sana. Kami memasuki kawasan hyper lalu menitikan tas sebelum masuk berbelanja. ketika masuk, kami langsung menuju ke area baju anak-anak.
”Ini tadi yang saya bilang murah. Lebih murah toh?”Ucapnya.
”Ia lebih murahji” ucapku sambil melihat-lihat baju yang tergantung di depanku. Kami pun melihat-lihat model-model baju.
”Ini bagaimana?” aku menunjukkan sebuah baju padanya.
”Hmm.. jelek” ucapnya. aku pun mencari lagi.
”saya suka yang ini menurutmu?” Ucapnya sambil memperlihatkan baju ungu berbunga-bunga. Baju tersebut cocok untuk digunakan lebaran dan ngaji, layaknya baju muslim anak perempuan.
”Hmm.. bisaji juga. kalau yang ini?” Aku menunjuk ke sebuah baju ungu polkadot. Warna dan modelnya terlihat stylish dan enak dipandang.
“Kita liat-liat dulu yang lain siapa tahu masih ada di sebelah” saranku. Kami pun menelusuri 2 – 3 lorong yang terdapat baju anak. Kami menemukan beberapa yang bagus.
“Menurutmu ini bagaimana?” Ia menunjukkan sebuah baju kembali.
”Hmm… kalau yang ini?”aku pun menunjukkan sebuah baju.
”Hmm.. jangan. Jangan yang seksi.” Kami mencari lagi dan akhirnya kembali ke tempat pertama. Lalu pilihan jatuh kepada baju mungil untuk anak usia 3 tahun.
”Ini saja, tidak ada samanya lagi. lebih bagus dilihat.” saranku. Akhirnya ia memutuskan mengambil baju itu. Lalu memilih untuk anak ke 2 lagi. Kemudian memilih untuk anak laki-laki yang juga masih kecil. kami pun berjalan sambil memegang baju tersebut. Lalu kami sampai ke sebuah baju anak-anak lagi. Baju muslim untuk anak. Ia pun memutuskan mengganti baju cowok yang awalnya T-shirt polo menjadi baju koko. Agak lama juga menemukan motif bagus tapi pilihan akhirnya ditetapkan.
”Ini tadi yang saya bilang murah. Lebih murah toh?”Ucapnya.
”Ia lebih murahji” ucapku sambil melihat-lihat baju yang tergantung di depanku. Kami pun melihat-lihat model-model baju.
”Ini bagaimana?” aku menunjukkan sebuah baju padanya.
”Hmm.. jelek” ucapnya. aku pun mencari lagi.
”saya suka yang ini menurutmu?” Ucapnya sambil memperlihatkan baju ungu berbunga-bunga. Baju tersebut cocok untuk digunakan lebaran dan ngaji, layaknya baju muslim anak perempuan.
”Hmm.. bisaji juga. kalau yang ini?” Aku menunjuk ke sebuah baju ungu polkadot. Warna dan modelnya terlihat stylish dan enak dipandang.
“Kita liat-liat dulu yang lain siapa tahu masih ada di sebelah” saranku. Kami pun menelusuri 2 – 3 lorong yang terdapat baju anak. Kami menemukan beberapa yang bagus.
“Menurutmu ini bagaimana?” Ia menunjukkan sebuah baju kembali.
”Hmm… kalau yang ini?”aku pun menunjukkan sebuah baju.
”Hmm.. jangan. Jangan yang seksi.” Kami mencari lagi dan akhirnya kembali ke tempat pertama. Lalu pilihan jatuh kepada baju mungil untuk anak usia 3 tahun.
”Ini saja, tidak ada samanya lagi. lebih bagus dilihat.” saranku. Akhirnya ia memutuskan mengambil baju itu. Lalu memilih untuk anak ke 2 lagi. Kemudian memilih untuk anak laki-laki yang juga masih kecil. kami pun berjalan sambil memegang baju tersebut. Lalu kami sampai ke sebuah baju anak-anak lagi. Baju muslim untuk anak. Ia pun memutuskan mengganti baju cowok yang awalnya T-shirt polo menjadi baju koko. Agak lama juga menemukan motif bagus tapi pilihan akhirnya ditetapkan.
Alhamdulillah, sudah selesai. Tinggal satu lagi, tapi di toko ini tak ada yang pas untuknya. Kami pun menuju kasir. Aku memilih menunggu di tempat duduk dekat kasir. Kakiku tambah capek. Memang ia selalu cepat lelah jika berjalan.
---
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 lewat. Harus segera menentukan tempat buka puasa. Kami pun memilih untuk ke mama cafe. Awalnya kami pikir takkan sempat. Tapi tak mengurungkan niat. Tujuan awal memanglah ke sana. Ini kali pertama aku mengunjungi tempat itu. percakapan yang sempat terdengar bahwa cafe itu memiliki suasana nyaman, makanan terjangkau, dan tradisional.
Sesampainya di sana, kami pun segera masuk. Aflaha memilih lantai 2. hmm.. sepertinya sudah full. Kami melihat-lihat tempat duduk yang kosong. Di dekat tangga ada kosong namun ada yang duduk di sofa yang beersambung dengan meja sebelah.
“Disini kosong” kata lelaki yang duduk di meja sebelah itu.
“Oh tidak adaji orangnya. di sini maki vi” ucap aflaha.
”Tapi nitip cas nah.” kata lelaki itu.
”Oh iya, tidak apa-apaji” lalu kami pun duduk.
“Disini kosong” kata lelaki yang duduk di meja sebelah itu.
“Oh tidak adaji orangnya. di sini maki vi” ucap aflaha.
”Tapi nitip cas nah.” kata lelaki itu.
”Oh iya, tidak apa-apaji” lalu kami pun duduk.
Seorang pelayan datang dan memberi menu. Aku memandangi menu itu. Aku belum mengerti. Terus harganya juga lumayan wow bagiku. Mungkin bagi yang sudah bekerja harganya akan terjangkau. Tapi bagi yang kerjanya tak tetap sepertiku, hmmm… menurutku agak menguras dompet. Lama kau berpikir. Harus pesan apa nih?? apa yahhhh?? hmmm…. Sang pelayan masih setia menunggu. Karena sepertinya aku terlalu lama berpikir Aflaha berinisiatif menawarkan sebuah makana, aku pun berkata ya. Itu saja untuk sementara. Masih pusing mau makan apa.
Sambil menunggu berbuka kami pun bercerita sedikit. Terus bertanya apa yang aku kerja sekarang? Bagaimana kehidupan kantornya aflaha? sesekali mengomentari tentang tempat itu. Lalu makanan pesanan kami satu persatu datang. Agak gimana ya perasaan ini. Melihat hidangan itu rasanya tak sebanding harga, pikirku. Tapi entahlah mungkin aku saja.
Akhirnya beduk terdengar dari radio. Kami pun menikmati hidangan berbuka puasa di depan kami. Es Cincau, Es Pisang Ijo, Es TEh, dan Barongko menjadi santapan berbuka kala itu. Alhamdulillah, rejeki berbuka hari ini. Aku pun bersiap untuk sholat magrib. Karena musholah yang kecil, jadi harus bergantian dengan aflaha untuk sholat. Setelah kami berdua sholat, kami berdua melanjutkan makan dan memakan santapan utama yaitu Gado-gado ala Mama Cafe.
Makan di selingi dengan cerita, curhat, berbagi pengalaman. Banyak hal yang kami ceritakan. Mulai dari pengalaman kerja hingga pengalaman pribadi dan kemacetan jalur jakarta ke Bandung. Canda dan tawa kadang mengiringi, tak pernah lepas dari bibir ini. Hal yang paling seru ketika membicarakan tentang pengalaman naik taksi. Kami menceritakan masing-masing pengalaman naik taksi ketika berkunjung ke jakarta. Aku pernah naik taksi malam-malam sendirian. Dan itu kali pertamaku naik taksi sendiri di tempat asing & pertama kali ku kunjungi, Jakarta selatan. Kala itu entah mengapa tak ada rasa khawatir. Aku menunjukkan ketegaranku. Hingga taksi pun aku tawar demi berjaga-jaga agar pembayaran taksi tak membludak dan tak di bohongi. Pengalaman yang jarang ditemui.
Pengalaman aflaha jauh lebih berbeda. Namun, ini adalah pengalaman yang sering sekali aku dengar. Memang taksi di jakarta sering sekali terjadi “penipuan” oleh tukang taksi. Biasanya taksi biru yang paling banyak. Dalam ceritanya, ia menyebutkan kadang sang supir pura-pura tak tahu arah & jalan yang di maksud atau biasa juga pura-pura salah dengar. Sang supir jadinya mutar-mutar atau mengambil jalan yang jauh ataupun macet. Argo taksi pun meningkat drastis. Perjalanan yang harusnya singkat menjadi jauh. Hmm.. Sungguh perlu berhati-hati dalam memilih taksi di jakarta. Ia pun memberikan tips untuk memilih taksi yang bertuliskan express atau low price sahabat blubird (bukan blubird ya). Tips lain Bagi orang makassar atau dari manapun, jangan menggunakan logat asli/bahasa daerah di dalam taksi. Itu akan membuat supir taksi melancarkan aksi tadi. Gunakan saja bahasa indonesia atau logat jakarta sekalian. “Wah, tipsnya boleh juga nih” pikirku.
Selanjutnya pembicaraan beralih ke kegiatan kami dan kerjaan. Aku sering sekali nongkrong atau sekedar jalan-jalan ke gramedia untuk melihat buku. Tapi jarang sekali membeli buku.
”Kenapa?” dengan spontan ia bertanya.
”Mau apa lagi? Nda ada uang.”jawabku spontan sambil mengaduk makanan. Jadinya cuma bisa melihat-lihat. Hitung-hitung hunting buku dan memasukkanya dalam daftar buku yang harus dibeli. Aku punya banyak list buku yang akan dibeli. Berharap suatu saat bisa membeli semuanya.
”Kenapa?” dengan spontan ia bertanya.
”Mau apa lagi? Nda ada uang.”jawabku spontan sambil mengaduk makanan. Jadinya cuma bisa melihat-lihat. Hitung-hitung hunting buku dan memasukkanya dalam daftar buku yang harus dibeli. Aku punya banyak list buku yang akan dibeli. Berharap suatu saat bisa membeli semuanya.
“Eh, nda daftar-daftar lagi?”Tanyanya ketika selesai menyantap makanan.
“Belum.” ucapku singkat.
”Nda daftar telkomsel?” tanyanya lagi.
”Tidak. Saya kira harus dari jurusan telekomunikasi?” ucapku.
”Tidakji, coba saja. Nda apa-apa di coba toh. siapa tau rejeki. Siapa yang tahu. Saya berusaha cari-cari beasiswa, tapi ternyata nasibnya kerja dulu. Tapi di telkomsel ada program beasiswa untuk karyawannya keluar negri sekolah S2. Ada juga yang haji.” Ucapnya.
”Nanti deh saya coba.” Ucapku meng-iya-kan.
“Belum.” ucapku singkat.
”Nda daftar telkomsel?” tanyanya lagi.
”Tidak. Saya kira harus dari jurusan telekomunikasi?” ucapku.
”Tidakji, coba saja. Nda apa-apa di coba toh. siapa tau rejeki. Siapa yang tahu. Saya berusaha cari-cari beasiswa, tapi ternyata nasibnya kerja dulu. Tapi di telkomsel ada program beasiswa untuk karyawannya keluar negri sekolah S2. Ada juga yang haji.” Ucapnya.
”Nanti deh saya coba.” Ucapku meng-iya-kan.
Suatu pelajaran berharga hari ini. Pelajaran dari seorang teman yang kini membuktikan bahwa Allah swt. memang senantiasa memberikan apa yang kita butuhkan. Coba saja semuanya, karena kita takkan tahu jalan mana yang ALLAH swt. pilihkan untuk mencapai impian kita. Kini ia memiliki kesempatan S2 ke luar negeri sebagai salah satu pegawai Telkomsel. Subhanallah. Sungguh “Allah takkan mengubah nasib suatu kaum sebelum ia mengubahnya sendiri” yang tandanya bahwa manusia itu memang harus berusaha dan tak putus harapan untuk menggapai cita.
“Jangan pernah putus asa, tetaplah berusaha, berharap dan bertawakkal. Karena kita takkan tahu jalan mana yang ALLAH swt. pilihkan untuk menggapai cita kita. Tetaplah Berusaha & Berdoa teman”
Kami berdua kekenyangan. Kami duduk-duduk sebentar. Waktu sudah menunjukkan jam 8 waktunya untuk pulang. Kami naik angkot bersama. Arah rumah kami sama walau ia akan duluan turun.
“Assalamualaikum. sampai jumpa lagi” ucapnya ketika turun dari angkot.
”Wa’alaikum salam. Makasih yaa..” Ucapku sambil memberikan senyum perpisahan.
“Oke..” ia pun membayar angkot memberi senyum dan berlalu pergi.
Aku membalas senyum itu lagi.
“Assalamualaikum. sampai jumpa lagi” ucapnya ketika turun dari angkot.
”Wa’alaikum salam. Makasih yaa..” Ucapku sambil memberikan senyum perpisahan.
“Oke..” ia pun membayar angkot memberi senyum dan berlalu pergi.
Aku membalas senyum itu lagi.
Makasih yaa untuk traktiran dan pelajaran hari ini. Insya Allah bermanfaat. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)
Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)