Bismillahirrahmanirrahim
Malam itu saya berdiri di
depan sebuah rumah makan. Di kiri saya adalah pintu masuk sekaligus pintu
keluar rumah makan tersebut. Kala itu saya menengok ke arah kanan. Mata saya terus
mencari-cari sosok orang-orang yang akan saya temui. Seketika saya menengok ke
arah kiri. Terlihat beberapa orang yang masuk. Kemudian ada lagi yang keluar.
Kadang dua hingga tiga orang masuk bersamaan selanjutnya satu hingga
serombongan orang keluar dari pintu. Pertanda tempat ini cukup ramai
pengunjung.
Dahi ini makin lama makin
mengkerut. Saya pun mulai menggerak-gerakkan badan dan kaki sambil menekan
tombol call dilayar HP. Mata ini
terus melihat ke arah kanan masih mencari-cari orang-orang tersebut. Dalam hati
pun saya berkata “Duh.. kenapa lama sekali?”. Sesekali saya menghela nafas
panjang, mengsilangkan kaki, dan menelfon kembali jika tak di angkat.
Dari kejauhan saya sudah
menemukan sosok yang dicari-cari. Mereka menuju tempat parkir yang jaraknya
sekitar lima meter ke kanan dari tempat saya berdiri. Saya pun membalik badan
dan menunggu mereka di depan pintu. Huftt…
Dahi ini kembali berkerut.
“Kenapa biar di parkiran
lama?” kata saya dalam hati. Saya benar-benar dongkol harus menunggu sekitar 30
menit. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kakak saya kali
ini. Ingin rasanya saya berteriak “LAMAAAANYA…” tapi apa daya saya hanya
seorang adik yang mencoba menyenangkan hati kakaknya malam itu. Saya kembali
menekan tombol call di HP. Kali ini
kakak mengangkatnya.
“Hallo. Kakak dimana maki?” kata
saya dengan logat khas Makassar.
“Di parkiran” ucapnya.
“Saya di depan pintu mi nah.
Ke sini maki” kata saya lagi lalu menutup telfon.
Hmm.. tapi akhirnya saya
bilang juga “Kenapa lama sekali?” ketika salah seorang kakak saya sudah
menghapiri di depan pintu. Dia hanya berkata “Putra (nama kemenakan saya) singga berwudhu dulu di parkiran” sambil
tersenyum. Hati saya pun luluh ketika mendengar ucapan itu.
Akhirnya, saya dan empat
orang lainnya yang terdiri dari dua kakak dan dua kemenakan saya berkumpul di
depan pintu. Kami pun masuk melalui pintu dan langsung belok ke kiri. Lalu
berjalan lurus sekitar empat meter. Kami melewati beberapa deretan kursi di
sebelah kanan dan kiri.
Ketika melewati sederetan
kursi di lantai satu. Terdengar suara-suara tawa. Sesekali terdengar suara
percakapan orang-orang yang berkumpul di kursi-kursi itu namun hanya terdengar
samar. Setelah melewati sederetan kursi, kami pun belok kiri menuju tangga
sekitar dua meter. Setelah itu belok kanan menaiki tangga pertama. Lalu belok
kanan lagi menaiki tangga kedua. Taraa..
sampailah kita di lantai dua.
Sesampainya di lantai dua,
kami berusaha mencari tempat terbaik untuk duduk bersama. Sementara itu,
kemenakan saya lari kesana-kemari memutari deretan sofa hijau yang tertata
rapih di bagian tengah. Sementara ada beberapa kursi juga di sebelah kiri dan
kanan yang berjarak sekitar satu meter dari kursi hijau itu. Deretan sofa itu
berjumlah sekitar enam meja persegi panjang dengan 2 sofa panjang di bagian panjang
meja dan dua sofa pendek di masing-masing meja yang di tata layaknya meja
makan. Ukurannya sesuai dengan panjang dan lebar meja.
Kami pun memutuskan untuk
memilih sofa urutan keempat. Tidak ada yang special dari pemilihan ini. Langsung
saja saya duduk di tempat itu dan kakak saya hanya mengikutinya. Kemenakan saya
masih saja tak bisa tenang. Sesekali ia menuju duduk di sofa panjang di depan
saya atau duduk di sofa meja lain.
Oh iya, sebelumnya saya
berkata bahwa malam ini saya ingin menyenangkan hati kakak-kakak saya. Jadi,
saya dan kakak-kakak saya Alhamdulillah memiliki kebiasaan saling berbagi satu
sama lain dalam hal rejeki. Jika salah seorang diantara kami memiliki rejeki
lebih maka kami pun akan saling berbagi. Entah itu makan bersama di rumah atau
di luar, ke pantai, bermain bersama di pusat permainan bersama
kemenakan-kemenakan saya, atau sekedar berkumpun bersama dirumah sambil nonton
dan makan makanan ringan. Bagi kami, bukan masalah berapa banyak yang dapat
kami bagi namun lebih kepada keinginan untuk berbagi. Jadi sebenarnya dimanapun
tempat berkumpul kami takkan pernah menjadi masalah. Berkumpul bersama sambil
berbincang-bincang tentang kehidupan sehari-hari adalah salah satu rahmat tiada
tara dari-Nya.
Akhir pekan kali ini pun
menjadi salah satu momen berbagi kami. Selang 20 menit kemudian kakak saya yang
ketiga pun datang bersama sang suami. Setelah mereka duduk, kami pun memesan
makanan. Raut mukanya agak cerah dan dia nampak bahagia malam itu. Ternyata
mereka berdua baru saja mengunjungi gerai HP. Sebuah smartphone baru kini
berada di tangannya.
“Cieee.. Ciee.. HP Baru” ucap
kakak saya yang duduk di sofa kecil samping kanan saya. Saya juga ikut-ikutan
mengucapkan hal yang sama untuk menggoda kakak ketiga saya yang duduk di
samping kiri saya. Ia pun menyerahkan HP baru kepada saya.
Seperti biasa, ketika ada HP
baru kami akan langsung mencoba kamera yang ada. Saya dan kakak –kakak berfoto
bersama. Tak lupa juga untuk selfie-selfie bersama. Sementara kemenakan saya
masih saja berlarian kesana kemari. Kadang kami mencarinya sesekali.
Selang lima belas menit,
makanan pun datang. Aroma makanan membuat perut saya berbunyi. Kami pun
langsung melahap hidangan pizza yang sudah berada di atas meja ditemani dengan
alunan lagu. Alunan lagu itu berasal dari lantai satu bercampur dengan
suara-suara cekikikan sesekali dari enam orang yang duduk di kursi sebelah kiri
kami.
Canda dan tawa malam itu pun
sangat saya nikmati. Untung saja kelakuan berebut makanan tidak keluar. Kadang
jika ada makanan kami akan saling berebut. Hehehe.. begitulah sedikit kisah
dari saya dan sebagian kecil kelakuan jika berkumpul.
Saya
sangat bersyukur atas kesempatan berbagi malam itu. Walau hanya sebagian
keluarga yang berkumpul, paling tidak kekosongan dan kerinduan hati ini
perlahan terisi kembali. Senyum kembali mengembang dan pikiran dapat kembali
bekerja dengan lapang. Terima kasih atas nikmat yang tiada tara ini. Semoga
kita bisa menikmati saat seperti ini dilain waktu. Intinya! Selalu bersyukur
atas apa yang Allah swt. berikan karena Dia mencintai orang-orang yang
bersyukur.
Satu
lagi, jangan lupa berbagi rejeki khususnya kepada keluarga. Karena keluarga
salah satu harta yang sangat berharga selain teman yang baik. Smile
Alhamdulillahirabbil`alamin
Makassar-BTP, 2 Maret 2017
Semakin banyak bersyukur, semakin banyak berbagi. Nice share kak Evhy :)
BalasHapus