Kamis, 31 Desember 2015

Perjalanan Menuju Bandara

Bismillahirrahmanirrahim.

Telfon kakak berdering. Panggilan dari tante. Saya sudah setengah tidur dari tadi berbaring diatas kasur empuk.
”Hallo, Assalamualaikum. Saya sudah di depan kosan” ucap sepupuku di telfon. Waktu itu kamar sunyi, percakapan di telfonpun bisa terdengar.
Saya menyadari kakak membuka pintu. Mata ini sudah tak sanggup melek. Tak lama pintu terbuka kembali.
”Astaga tidurki (red: dia tidur)” ucap sepupuku. Saya mendengarnya dengan jelas kali ini  dan saya pun membuka mata. Aaahhhh… masih ngantuk sekali. Kala membuka mata terlihat senyum di wajah sepupuku itu. Saya pun membalas senyumannya dengan raut muka yang masih mengantuk.

Ahh.. tiba-tiba saja malam itu terserah lapar. Ada titipan buras, tempe, dan ayam dari tante yang baru saja datang bersama sepupuku. Tante menginap di rumah anaknya yang tak jauh dengan tempat tinggaku. Yeahh.. kami bertiga pun makan bersama. UUEEENAKKKK sekaliiii.. Ya Allahh.. terima kasih atas nikmat-Mu. Sumpah! Saya seakan-akan baru kali ini makan enak. Rasanya tak mau berhenti. Namun ayamnya keburu habis. Ouhhh… Alhamdulillah…

***

Ke esokan harinya, telfon kembali berdering.
”Assalamualaikum” ucapku di tefon.

“Walaikum salam. Nak, siap-siap nah. Sekarang sudah mau berangkat. saya jemput baru jemput kakak lina mu di rumahnya” ucap tante di telfon.
”Oh iya. Tunggu.. Baru mau mandi.. hehehe” ucapku. Lalu telfon pun ditutup. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Ya Allah.. tidurku nampaknya nyenyak sekali pagi ini. Sangat-sangat mengantuk akibat kurang tidur tadi malam. Dengan segera, saya pun beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi. Cukup 15 langkah dari tempa tidurku sampailah kita di pintu kamar mandi di ujung kiri sudut ruangan.

Setelah selesai mandi, terdengar tefon berdering kembali. Saya sudah mengenakan pakaian hanya saja belum mengenakan jilbab. Sementara sepupuku baru akan mandi.
”Sudah siap? KIta sudah mau berangkat ini” ucap tante.
”Eeeee.. Masih mandi. Tunggu sebentar” ucapku.
”Hah? Hmm.. cepat-cepat kalau begitu. Karena baru mau pergi menjemput kakakmu dan check tiket. Belum tahu yang mana tiket yang betul” ucapnya lagi.
”Oh iya.. segera” ucapku lalu menutup telfon. Kami berdua pun bergegas siap-siap. Tak lama terdengar suara ketukan pintu. Tante sudah ada, hehehe.. sementara kami masih bersiap-siap.
“Kalau begitu saya masuk kamar mandi dulu” ucap tante yang kini berada 5 langkah di depan pintu kamar mandi dalam kamar.
“Tidak jalan airnya. Tidak ada air” ucapku dengan segera.

Kami pun selesai dan bergegas menuju mobil lalu berangakatlah kami ketujuan selanjutnya. Pertama, kami menuju ke PK-4 rumah sepupuku yang akan menemani tante untuk umroh kali ini. Sesampainya disana, ternyata orangnya tak ada. Akhirnya ditelfonlah dia.
“Hallo, iccang? iccang bagaimana tiketnya mamaku?” ucap wiwing, sepupuku yang tengan duduk di kursi supir.
“Nanti kita berangkat jam 4” jawab iccang.
“Oh.. jadi hari ini jam 4. Astaga hampir salah. Karena ada tiket dikirim ke wahyu. Tiket apa itu? Tiketnya tertulis kalau besok subuh berangkat” ucap wiwing lagi.
”Aih, tidak tahu itu. Tiketnya ada disaya sebentar berangkat jam 4” ucap iccang lagi. Telfon pun ditutup setelah beberapa percakapan terjadi.

Kami pun bergegas menuju ke Barombong. Disanalah kakak tinggal. Kami harus menjemputnya. Perjalanan lumayan jauh. Bisa memakan 1-2 jam apalagi jika macet, bisa lebih dari itu. Karena salah tiket, beberapa planning kami hari ini tak dapat terlaksana. Awalnya, kami menjemput kak lina. Setelah itu, kami akan jalan-jalan dan belanja beberapa kebutuhan tante untuk dibawa ke riyad. Sebelum melaksanakan umroh. Tante akan tinggal bersama om dulu untuk sementara. Om ku sangat baik, beliau benar-benar menggunakan uangnya untuk kebaikan dan berbagi bersama keluarga. Ia bekerja di salah satu sekolah indonesia di riyad, arab saudi. Tahun ini ia memberangkatkan, tanteku dan salah seorang adik iparnya. Beberapa bulan lalu semua anak-anak dan menatunya juga berangkat kesana. Wah, sungguh beruntung yah keluarga ini. YA.. Allah.. kapan ya hamba bisa ke sana juga bersama ayah. Ingin sekali diri ini bisa memberangkatkan ayah haji ataupun umroh. Ingin sekali diri ini, ayah bisa mengunjungi Baitullah.. Semoga Engkau memberikan rezeky dan memperkenankan kami juga sekeluarga mengunjungi baitullah-Mu Ya Allah untuk melaksanakan ibadah Haji dan Umroh. Aamiin..

SEtelah sampai di rumah kakak, kami pun buru-buru berangkat lagi. Kami harus kembali ke BTP lagi untuk mengambil barang-barang tante. Ditengah perjalanan sebuah chat di BBM masuk.
”Dek, ada kuitansi kartu jaga di kita?”tulis kak fatma, sepupuku juga.
Ia pun menelfonku.
”Hallo, yang mana ya kak?” tanyaku balik.
”Itu yang warna pink. Yang bersamaan saya kasi waktu kita yang menjaga malam-malam sendiri” jawabnya. Hmmmm… saya berpikir sejenak.
”Oh iya. Ahh… Ada disaya. sebentar saya kasi singgah. Saolnya saya lagi di perjalanan ini baru jemput kak lina di barombong. Memangnya sudah mau keluar dari rumah sakit eky?” ucapku.
”Iya. Itu nda bisa diambil uanga jaminannya. Lumayan toh.. 50 ribu buat beli bakso. hehehe” ucapnya.
“Oh iya. Sebentar saya singgah di rumah sakit” ucapku.Telfon pun di tutup setelah mengucapkan terima kasih dan salam.
Kami menikmati perjalanan ini. Kami mencoba untuk tak buru-buru agar tak ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Walau sebenarnya, kami sedang diburu waktu. Namun, sepupuku mencoba untuk tetap tenang. Insya Allah.. masih sempat.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 3. Saya pun singgah di rumah sakit. Saya turun dengan membawa kwitansi dan HP untuk berkomunikasi. Segera saya hubungi ibu pasien.
”Ibu, dimana? Saya ada di rumah sakit” ucapku di telfon.
”Masih di kamar 4. Sudah mau pulang ini” ucapnya.
”Oh iya, ini ada kuitansi jaga. Mana kak fatma?” tanyaku.
”Sudah pergi tadi, tidak tahu kemana?” jawabnya.
“hmm… atau saya kesitu saja. saya bawa kuitansinya di kamar saja” ucapku. Saya pun bergegas menuju ke kamar 4, lontara 3.
”Mau kemana dek?” tanya salah satu pak satpam yang menjaga pintu.
”Mau kasi ini pak” jawabku sambil memperlihatkan kuitansi yang kupegang.
”Apa itu?” tanyanya lagi.
”Kuitansi jaga..” ucapku.
”Oh.. silahkan masuk” ucap satpam yang satunya yang duduk di pos penjagaan. Ia pun menjelaskan kepada satpan yang berdiri di samping pintu tentang apa yang saya bawa. Saya pun segera melunjur ke kamar. Buru-buru sekali diri ini.

Akhirnya sampai juga, disana masih terlihat eky tengah berbaring di tempat tidur. Saya menghampiri tempat tidur itu.
”Bagaimana keadaannya ibu?” tanyaku pada ibunya yang masih setia menemani anak sulungnya itu.
”Masih pusing. Tapi Alhamdulillah kata dokter sudah bisa pulang” jawabnya.
”Alhamdulillah.. jadi pulang kemana?” tanyaku lagi.
”pulang ke NTI. Biar dekat-dekat. Siapa tahu nanti mau kontrol” jawabnya lagi.
”Ini kuitansinya. Mana kak fatma?” ucapku.
”Oh, di depan. Lagi urus pembayaran” ucapnya.
”Jadi, berapa pembayarannya?”tanyaku lagi.
”4 juta 500 ribu. Yang menyerempet cuma tanggung 3 juta” ucapnya.
”Ohh.. berarti kita tanggung 1 juta 500 ribu ya. Hmm…” ucapku. Saya hanya bisa turut prihatin tanpa mampu membantu apa-apa.
Saya menunggu jemputan. Sebelum singga di rumah sakit saya sudah menghubungi kakak untuk menjemputku segera.

Sambil menunggu, tak lupa saya mengunjungi pasien bernama rajab. Pasien anak-anak yang terkena penyakit hidrosipalus.
“Bagaimana keadaannya nek? Sudah di operasi?” tanyaku pada nenek yang menjaga rajab.
”Iya sudah kemarin” ucap nenek sambil mencoba menidurkan rajab.
“Hmm.. jadi selangnya di ganti ya?” tanyaku lagi.
”Iya. diganti. Nanti 5 tahun baru diganti lagi” kata seseorang laki-laki yang tengah baring di lantai di samping kasur pasien. Nampaknya itu adalah ayahnya.
“Ohh.. Hmm.. Semangat Rajab” ucapku menutup pembicaraan.

Kak fatma datang> kuserahkan kwitansi itu padanya. Ia pun berlalu pergi. Saya duduk di sudut kanan bawah di atas kasur pasien. Saya tengah menunggu datangnya jemputan. Untung saja saya melihat ke HP, ternyata jemputanku sudah datang.
”Kalau begitu saya pamit dulu ibu. Mau antar tante ke bandara. Jemputanku sudah datang” ucapku pamitan pada ibunya eky.
“Iya. Makasih ya evhy” ucapnya padaku dibarengi dengan senyuman.

Saya pun berlalu pergi. Di tengah perjalanan saya bertemu dengan kak fatma. Ia berada tepat di depanku. Langkah ini kupercepat untuk menyusulnya.
“Mau kemana kak? Saya temani” ucapku padanya ketika kami sudah sejajar.
“Ahh.. kagetku. Terima kasih sayang. Repotnya itu temanika. Jauh” ucapnya.
‘hehehe.. saya mau ke depan. Jemputanku sudah datang” ucapku.
”Oh.. kirainn.. “ucapnya.
”hehehe… saya belok sini kak. Assalamualaikum”
”Wa’alaikum salam”
Kami pun berpisah disitu. Segera kupercepat lagi langkah kaki ini. saya harus segera pulang agar mobil tak terlambat menjemput kami. Saya pun menemukan lokasi kakak menungguku.

Sampai di konator, kami berencana untuk pergi ke rumah sepupuku. Pas mau berangkat, tiba-tiba saja hujan deras menyapa. Terpaksa motor ini mutar balik dan kami pun jadinya menetap di kantor sambil menunggu jemputan.

Tak lama waktu berselang. Jemputan datang. Kami segera naik ke mobil dan mobil pun melaju. Ya.. Allah.. sebentar lagi tante akan berangkat. Kali ini masih ke jakarta. Di sana ia akan tinggal beberapa hari sambil menunggu visanya keluar. Selamat menikmati perjalanan deh tante. Semoga perjananannya kali ini penuh berkah dan di ridhoi oleh Allah swt. Aamiin.

Kala di bandara, sebelum berangkat kami sempat menitipkan doa masing-masing.
“Jangan lupa doakan saya tante. Apa coba doa untuk saya?” ucapku.
Kami pun berpelukan dan dia membisikkan doanya padaku. Saya hanya bisa tersenyum bahagia. Aamiin. Makasih doanya tante.

Alhamdulillahirabbil`alamin

Makassar-BTP, 19 Dec 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)

Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)