Bismillahirrahmanirrahim.
What they think about me?
Dari hasil pembicaraan ifha kemarin, saya ini anaknya harus lebih peka. Hmm… saya pun mengangguk-angguk tanda memahami. Tiba-tiba saja diri ini nyeletuk.
”Ohh.. memangnya peka itu bagaimana?”
GUBRAKKKK!!!
“wah.. masalah memang.. dari tadi kita bicara masalah peka, tapi ternyata orangnya ngga ngerti apa itu peka” ucap ifha sambil nyetir mobil.
Hahahahha.. maaf deh ifha.. maklum, kadang-kadang otak ini lemotnya kambuh. Jadi bisa sangat-sangat lola alias loading lama… hehehhe
Setelah pembicaraan itu, saya mulai bertanya ke teman-teman. Maklumlah ya, teman itukan cerminan kita. So, tanya aja. Kan mereka yang melihat, merasakan dan memahami adanya keberadaan kita disampingnya. Merekalah yang merasakan sikap kita. Berarti merekalah yang paling tahu.
1. Ifhaaa
”Fha, mam yuni bilang saya peka lho orangnya. Gimana?” ucapku pada ifha. Kami sedang tidur-tidur santai menunggu mata ini terpejam. (gimana mau terpejam ya.. orang ngomong terus dari tadi.. hahahaha)
”Hmm.. kalau mam yuni yang bilang. Itu berarti kita itu pekanya masalah kerjaan” kata ifha..
hmmm.. yayayaya. Oke!
2. Fikar
kalau fikar bilangnya saya ini anaknya peka. Pas saya menjelaskan tentang apa yang ifha bilang. Dia agree sama ifha. Yah.. mungkin memang saya pekanya cuma di masalah pekerjaan kali ya.
3. Mam Sri
Katanya saya ini peka, tapi kurang paham. Maksudnya, saya ini biasa peka, namun kadang-kadang tidak memahami maksud dari hal tersebut. Ia memberikan contoh. Contohnya masih seputar pekerjaan.
4. Mam Yuni
Ia bilang kalau saya ini terlalu peka. Saking pekanya, jadinya terlalu over dan tidak dewasa. Hmm.. bisa dibilang terlalu perasa atau sensitive.
5. Mam Nia
Beliau bilang kalau saya ini peka nda’ (read: tidak) peka.
“Maksudnya? Jelakan!” ucapku.
“Nantilah kalau ketemu langsung saya jelaskan” ucap mam nia.
”Oke then” ucapku dan pembicaraan tentang ini pun selesai sampai disitu.
Hmm… mendengar komentar-komentar mereka soal peka ini membuat saya berpikir. Memang peka itu apa sih? Masih dengan pertanyaan yang sama. Akhirnya saya pun mengambil kesimpulan sederhana bahwa peka itu sensitive tapi harus dibarengi dengan pemahaman yang tepat. Untuk sementara inilah persepsi peka saya. Bagaimana dengan kalian?
Alhamdulillahirabbil`alamin
Makassar, 31 Dec 2015
#MemoryAkhirTahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)
Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)