Silaturrahim ke rumah ija

Bismillahirrahmanirrahim.

Usai magrib, saya segera menuju ke parkiran. HPku berdering. Ada panggilan masuk. Saya berusaha mengangkatnya.
"Hallo.. Assalamualaikum ija" ucapku di telfon.
"Hallo.. wa'alaikum salam" ucapnya. "Dimanami?"tanyanya.
"Saya sudah di parkiran. tunggu.. saya sudah mau berangkat ke sana" ucapku.
"Ya? Hallo.. dimana?" tanyanya ulang. Nampaknya suaraku tak kedengaran. Saya pun mengulang ucapanku. Saya harus mengulang ucapannya hingga 3 kali. Sinyal amat jelek, mungkin ada gangguan.

Kami pun menutup telfon. Saya buru-buru mencari motorku. Saya berjalan di sepanjang parkiran. Dimana ya motornya tadi? ucapku dalam hati. Aha! Itu dia! Akhirnya ketemu. Alhamdulillah..

Dengan segera saya melajukan motorku. Ingin rasanya cepat-cepat sampai. Tak sabar ingin bertemu ija chan. Saya pun menuju ke rumahnya.

Perjalanan masih lumayan lama. Semoga saja tak macet jam segini. Biasanya ada kemacetan di beberapa titik. Semoga saja tak parah. Aamiin.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit, sampailah saya di rumah yang dituju. Meski sebelumnya harus nyasar dulu. Entah apa yang kupikirkan. Saya melaju terus dengan kencangnya. Hingga akhirnya memasuki daerah yang agak gelap dan tak ku kenali. Oh.. sepertinya saya melewatinya. Saya pun berjalan perlahan dan berhenti. Untunglah masih rame jalanan. Akhirnya saya memutar balik. Huffttt.. ternyata memang terlewatkan.

Assalamualaikum.. ucapku dari luar pagar. Seseorang terlihat keluar dari dalam rumah dan mengintip sejenak di jendela. Aku tak begitu tahu. Mungkin ija chan. Hingga akhirnya ornag tersebut keluar. Yup! itu ija chan.

Dengan senyum lebarnya ia menyambutku. ia membuka pagar. Aku pun masuk dan memarkir motor di depan rumahnya. Lalu memasuki rumahnya perlahan.
"Assalamualaiku" ucapku kala memasuki rumah.
"Wa'alaikum salam" ucap ija chan yang berada di depanku dan lebih dulu masuk ke rumahnya.

Saya pun duduk di kursi kayu sebelah kiri dari pintu masuk. Disana sudah berjejer kursi kayu dengan rapih. Terdapat 1 meja di depan kursi. Di meja ada kue 1 toples coklat dan 1 toples kue warna kuning kecoklat-coklatan di balut coklat di pinggirannya.
"Alhamdulillah.. sampai juga" ucapku kala duduk di kursi.

"Evhy sudah makan?" tanya ija chan dari arah dalam ruang keluarga.
"Belum" ucapku spontan.
"Kebetulan.. Dirimu datang di waktu yang tepat sekali" ucap ija chan. Iya lalu keluar dengan membawa 2 bungkusan. Isinya nasi goreng. Ya Allah.. banyaknya. Alhamdulillah.. isinya banyak sekali. Tak bisalah diri ini menghabiskannya.
Ija pun mengambilkan piring dan sendoknya. Saya memindahkan isinya sebagian ke piring lalu kusantap sesuai porsi yang bisa kumakan. Kami pun menyantap makanan bersama.

Sambil makan, ija chan bercerita tentang kisahnya kemarin dan hari ini. Saya mendengarkan dengan seksama. Senang sekali memiliki percakapan malam ini. Makan pun selesai. Tak lama seseorang datang. Rupanya ibunya ija.
"Malam tante. Apa kabar?" ucapku kala.melihat tante masuk. Tak lupa kami cipika cipiki.

Tante duduk juga bersama kami. Ia lalu bercerita juga. Seakan tak mau kalah dari ija. Tante bercerita banyak hal. Kami juga sempat membahas masalah jodoh. hehehe... Dan kami semua setuju bahwa pacaran itu tak perlu dan tak ada gunanya. Banyak kasus pacaran yang berujung pernikahan, namun akhirnya pernikahannya kurang bahagia. Bahkan ada yang berujung perceraian. Kasus ini lebih banyak sedihnya dari pada yang bahagia berhasil mempertahankan rumah tangga. Kalau misalnya sudah begini, yaa.. kita harus mengambil pelajaran. So, kami sepakat :"Tak perlu pacaran".

Banyak hal yang kami perbincangkan. Terima kasih untuk waktunya hari ini ija chan dan tante. Terima kasih telah mempercayakan ceritanya padaku. Terima kasih telah berbagi cerita denganku. Terima kasih telah menerimaku sebagai teman curhat kalian malam ini. Sudah larut malam, ija tidur duluan. Saya masih berkutat dengan HPku. saya masih harus menyelesaikan cerita yang belum sempat kutulis.

Alhamdulillahirabbil'alamin

Makassar-Ija's house, 20 Juli 2015