Senin, 17 Desember 2018

Kenangan Masa Kecil yang Masih Tersisa

Bismillahirrahmanirrahim

Kenangan masa kecil kadang kala seperti petir yang menyambar, namun kadang pula menjadi penghangat hati di tengah cuaca dingin yang mendera. Ketika mengenang masa kecil, entah mengapa tak banyak hal yang mampu terrekam kembali. Adakah kejadian masa lalu yang membuat diri ini lupa akan masa-masa di usia yang menggemaskan? Otak ini rasanya sudah terputar berbagai arah mecoba menemui ingatan itu, namun hanya inilah yang tersisa.

Boneka Panda

Boneka Panda ini adalah kenangan indah yang tak bisa terlupakan. Boneka pertama yang menjadi hak milik yang diberikan oleh Ayah tercinta. Boneka yang dapat duduk karena ada ekor yang menahannya. Setiap hari saya menghabiskan waktu bersamanya. Dahulu saya sangat senang bila bersama Ayah.

Adanya boneka ini merepresentasikan dirinya yang membuat hari-hari terasa begitu menyenangkan. Namun semua itu luntur, tak kala ekor boneka ini terlepas. Ia tak bisa duduk lagi. Masih teringat bagaimana diri ini menangis meraung-raung karenanya.

Sering ke Sawah

Keluarga kami adalah keluarga petani. Saya dan kakak-kakak sering diajak ke sawah untuk membantu Ayah menggarap sawahnya. Kadang kala jika musim kering tiba, terik matahari sungguh menyengat tubuh kami tetap harus ke sawah untuk membantu Ayah. Meski begitu, rasanya kami tetap dapat tersenyum bahagia bersama menikmati pemandangan langit biru yang cerah dengan awan putih bergelombang.

Hal yang paling menyenangkan ke sawah adalah memandang lagit biru. Di daerah kami tidak ada laut biru. Oleh karenanya, saya senantiasa mengimajinasikan langit yang dihiasi awan putih itu sebagai hamparan laut yang bergelombang. Rasanya sungguh mendamaikan dan memanjakan mata.

Bermain di Bawah terik sinar mentari

Sewaktu kecil, saya termasuk anak yang sangat aktif. Meski di siang bolong, kalian akan dengan mudah mencari saya di sebuah tanah lapang atau sawah kering di dekat rumah. Yup! Di sanalah diri ini sering bermain bersama teman-teman lainnya. Saya suka sekali bermain layangan, lari-lari, petak umpet, dan lompat tali. Paling tidak masa kecil ini menyisakan cerita masa kecil yang penuh dengan tawa.

Ditertawakan se-isi Kelas

Memasuki kelas empat SD adalah momen yang paling ingin saya lupakan seumur hidup. Sayangnya, tak mudah menghapusnya dalam ingatan. Trauma di masa kecil memang senantiasa membekas lama.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, saya adalah anak yang aktif. Selain itu saya juga percaya diri untuk tampil di depan umum bahkan bisa dibilang over. Sering sekali diri ini diundang untuk bernyanyi mengisi acara ulang tahun anak-anak tetangga dan mewakili sekolah dalam lomba tari. Namun, suatu kejadian di kelas empat ini sungguh menciutkan nyali untuk tampil di depan umum.

Kala itu, saya mengangkat tangan untuk menjawab sebuah pertanyaan. Saya lupa pertanyaannya apa. Yang jelas saya menyebutkan jawaban yang salah. Mungkin hal itu sangat sederhana dan saya menjawabnya benar-benar salah. Oleh karenanya, se-isi kelas mentertawakan bahkan guru saya pun ikut tertawa.

Entah angin apa yang merasuki jiwa, saya tak tahan dengan mimik wajah dan suara tawa mereka. Ia selalu terngiang di kepala dan menciutkan nyali. Ingin rasanya diri ini menangis namun tak bisa jua. Kondisi ini berangsur memburuk. Masa-masa sekolah pun saya lewati dengan rasa ketidakpercayaan diri. Saya tak berani lagi mengungkapkan pendapat di depan umum. Meski sering saya dapati pendapat itulah yang benar dan yang terpilih.

Memasuki dunia blogger adalah kesyukuran terbesar bagi saya. Menuliskan ide dan gagasan yang mungkin dapat diterima menjadikan diri ini sedikit-demi –sedikit mampu bangkit kembali. Rasa percaya diri kadang muncul di saat yang diperlukan. Namun, trauma ini kadang muncul di saat yang benar-benar kurang tepat.

Huftttt.. Bagaimana pun juga, saya harus tetap bersyukur dengan segala kejadian ini. Hal ini membuat saya banyak belajar. Jika kalian mendapati saya adalah orang yang paling cuek sedunia, mungkin ini adalah salah satu alasannya. Di mana diri ini sesungguhnya tak mau lagi memperdulikan pendapat orang lain yang kurang positif bagi perkembangan diri sendiri.

Tulisan ini diikutkan dalam #BPN30DayChallenge2018 #bloggerperempuan #Day25

Alhamdulillahirabbil`alamin

Makassar-Antang,

16 Desember 2018, 11:37PM!

2 komentar:

  1. kalo aku sih, kenangan masa kecil itu main pletokan ama main tamiya

    seru kali keknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pletokan itu apa kak? hahaha.. duh kok kayaknya beda jaman. Tamiya emang banyak dimainin sama cowok kak. Dulu tuh hits banget, tapi yah gitu deh.. mahal, jadi ngga mau dibeliin, plus katanya saya perempuan, dan sepupu saya yang cowok dibeliin. Hmm.. :D

      Hapus

Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)

Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)