Bismillahirrahmanirrahim
Kenangan masa kecil kadang kala seperti petir yang menyambar, namun
kadang pula menjadi penghangat hati di tengah cuaca dingin yang mendera. Ketika
mengenang masa kecil, entah mengapa tak banyak hal yang mampu terrekam kembali.
Adakah kejadian masa lalu yang membuat diri ini lupa akan masa-masa di usia
yang menggemaskan? Otak ini rasanya sudah terputar berbagai arah mecoba menemui
ingatan itu, namun hanya inilah yang tersisa.
Boneka Panda
Boneka Panda ini adalah kenangan indah yang tak bisa terlupakan.
Boneka pertama yang menjadi hak milik yang diberikan oleh Ayah tercinta. Boneka
yang dapat duduk karena ada ekor yang menahannya. Setiap hari saya menghabiskan
waktu bersamanya. Dahulu saya sangat senang bila bersama Ayah.
Adanya boneka ini merepresentasikan dirinya yang membuat hari-hari
terasa begitu menyenangkan. Namun semua itu luntur, tak kala ekor boneka ini
terlepas. Ia tak bisa duduk lagi. Masih teringat bagaimana diri ini menangis
meraung-raung karenanya.
Sering ke Sawah
Keluarga kami adalah keluarga petani. Saya dan kakak-kakak sering
diajak ke sawah untuk membantu Ayah menggarap sawahnya. Kadang kala jika musim
kering tiba, terik matahari sungguh menyengat tubuh kami tetap harus ke sawah
untuk membantu Ayah. Meski begitu, rasanya kami tetap dapat tersenyum bahagia
bersama menikmati pemandangan langit biru yang cerah dengan awan putih
bergelombang.
Hal yang paling menyenangkan ke sawah adalah memandang lagit biru. Di
daerah kami tidak ada laut biru. Oleh karenanya, saya senantiasa
mengimajinasikan langit yang dihiasi awan putih itu sebagai hamparan laut yang
bergelombang. Rasanya sungguh mendamaikan dan memanjakan mata.
Bermain di Bawah
terik sinar mentari
Sewaktu kecil, saya termasuk anak yang sangat aktif. Meski di siang
bolong, kalian akan dengan mudah mencari saya di sebuah tanah lapang atau sawah
kering di dekat rumah. Yup! Di sanalah diri ini sering bermain bersama
teman-teman lainnya. Saya suka sekali bermain layangan, lari-lari, petak umpet,
dan lompat tali. Paling tidak masa kecil ini menyisakan cerita masa kecil yang
penuh dengan tawa.
Ditertawakan se-isi
Kelas
Memasuki
kelas empat SD adalah momen yang paling ingin saya lupakan seumur hidup.
Sayangnya, tak mudah menghapusnya dalam ingatan. Trauma di masa kecil memang
senantiasa membekas lama.
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, saya adalah anak yang aktif. Selain itu saya
juga percaya diri untuk tampil di depan umum bahkan bisa dibilang over. Sering sekali diri ini diundang
untuk bernyanyi mengisi acara ulang tahun anak-anak tetangga dan mewakili
sekolah dalam lomba tari. Namun, suatu kejadian di kelas empat ini sungguh
menciutkan nyali untuk tampil di depan umum.
Kala
itu, saya mengangkat tangan untuk menjawab sebuah pertanyaan. Saya lupa
pertanyaannya apa. Yang jelas saya menyebutkan jawaban yang salah. Mungkin hal
itu sangat sederhana dan saya menjawabnya benar-benar salah. Oleh karenanya,
se-isi kelas mentertawakan bahkan guru saya pun ikut tertawa.
Entah
angin apa yang merasuki jiwa, saya tak tahan dengan mimik wajah dan suara tawa
mereka. Ia selalu terngiang di kepala dan menciutkan nyali. Ingin rasanya diri
ini menangis namun tak bisa jua. Kondisi ini berangsur memburuk. Masa-masa
sekolah pun saya lewati dengan rasa ketidakpercayaan diri. Saya tak berani lagi
mengungkapkan pendapat di depan umum. Meski sering saya dapati pendapat itulah
yang benar dan yang terpilih.
Memasuki
dunia blogger adalah kesyukuran terbesar bagi saya. Menuliskan ide dan gagasan
yang mungkin dapat diterima menjadikan diri ini sedikit-demi –sedikit mampu
bangkit kembali. Rasa percaya diri kadang muncul di saat yang diperlukan.
Namun, trauma ini kadang muncul di saat yang benar-benar kurang tepat.
Huftttt..
Bagaimana pun juga, saya harus tetap bersyukur dengan segala kejadian ini. Hal
ini membuat saya banyak belajar. Jika kalian mendapati saya adalah orang yang
paling cuek sedunia, mungkin ini adalah salah satu alasannya. Di mana diri ini
sesungguhnya tak mau lagi memperdulikan pendapat orang lain yang kurang positif
bagi perkembangan diri sendiri.
Tulisan ini diikutkan dalam #BPN30DayChallenge2018
#bloggerperempuan #Day25
Alhamdulillahirabbil`alamin
Makassar-Antang,
16 Desember 2018,
11:37PM!
kalo aku sih, kenangan masa kecil itu main pletokan ama main tamiya
BalasHapusseru kali keknya
Pletokan itu apa kak? hahaha.. duh kok kayaknya beda jaman. Tamiya emang banyak dimainin sama cowok kak. Dulu tuh hits banget, tapi yah gitu deh.. mahal, jadi ngga mau dibeliin, plus katanya saya perempuan, dan sepupu saya yang cowok dibeliin. Hmm.. :D
Hapus