Bismillahirrahmanirrahim.
Hujan begitu derasnya. Saya dan kawan-kawan masih terjebak dikantor. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kami masih setia disini menunggu.
Kami belum juga menyantap makan malam. Lapar pun menyerang. Sebenarnya kami ingin pergi makan sedari tadi. Keadaan yang memaksa kami untuk menundanya sementara. Namun pada akhirnya, lapar ini tak dapat ditunda. Hujan masih saja turun. Kali ini tak begitu deras.
Untung ada payung dikantor. Denganya kami pun menerobos hujan. 1 payung berdua. Itu temanya malam ini. Yahh.. lumayan romantislah jika diromantis-romantiskan. hahahaha.. (alay deh.. padahal biasa aja).
Saya dan mam nia, teman cewekku, berteduh dalam naungan payung yang sama. Fikar dan agung pun berbagi bersama. Sir jamal sendiri. Yah, kebetulan payung memang cuma ada 3 buah. Jadinya, yang lebih tua memegang payungnya sendiri. hehehe.. pieeceee deh sir.. tapi memang beneran kan? eh.. hahaha (apa sih geje sendiri)
Kami pun melangkahkan kaki menuju tempat makan. Tempat makannya tak jauh dari kantor. Hanya di halangi sekitar 3 rumah sampailah kita di warung minak djinggo. Disana adalah tempat favoriteku dan kakak untuk membeli ayam krispi. Alhamdulillah, enak dan lumayan menghemat kantong. Maklumlah, anak kosan. Jadi cocok sekali tempat itu sebagai destinasi bagi yang mau makan enak tapi sedang menghemat.
Akhirnya dengan beberapa langkah yang kami tempuh, sampailah di tempat itu. Masing-masing memesan menu sendiri-sendiri. Setelah itu, kami meilih meja yang berada di sudut kanan. Berlima kami duduk di meja yang sama. Sambil menunggu, kami berbincang-bincang. Entah apa yang kami bicarakan kala itu. Saya lupa. Yang jelas fikar dan agung duduk berdampingan. saya dan mam nia pun begitu. Lagi-lagi kami menyimpan tempat spesial untuk sir jamal di bagian samping. Yah, kalau mau dibayangkan layaknya di meja makan, sang bapak duduk memimpin.
Saya memesan ayam krispi, begitu pun mam nia dan sir jamal. Sedangkan fikar memesan ayam goreng lalapan. Nah, satu menu yang sangat menarik perhatian kami yaitu menu yang dipesan oleh agung. Disana tersedia nasi, dilumuri cumi-cumi tumis, dan tempe. Waahh… sangat terlihat enak. Ini karena cumi-cumi. Cumi-cumi tumis dengan kuah khas warna hitam yang keluar dari cumi-cumi itu sendiri di tambah aromanya yang semerbak mewangi sangat menggugah selera. Apa boleh buat, makanan ku kini sudah ada. Iri rasanya diri ini… AAAAAA.. MAAAUUUUU…..
Evhy, nikmati saja makanan yang ada di depanmu. Tak usah iri dan berekecil hati. Semua makanan jadi enak jika kita mampu menikmatinya dengan penuh rasa syukur. INgat!!! Syukuri apa yang ada, karena itu adalah karunia dan pemberian-Nya. Segala pemberian-Nya pasti yang terbaik, Yakin lah!
Canda tawa menemani malam kami di meja makan seakan itu adalah rumah kami. Ribut sekali kita. Apalagi agung dan fikar. Rasanya mereka tak mau berhenti ngomong. Padahal lagi makan. Pas makan sih ngga ngomong juga. Hmmm… ah.. sudahlah.. intinya malam itu kami makan. hahaha
Usai makan, kami kembali ke kantor dengan formasi yang sama. Hujan masih saja mengguyur daerah BTP (Makassar) dan sekitarnya. Dingin menyapa. Namun kehangatan bersama teman-teman tercinta pun tercipta. Saling bercanda tawa riang gembira dan banyak berbagi cerita lebih jauh mengenal satu sama lain.
Hay teman, walau saya tak mampu mengingat pembicaraan kita kala itu. Paling tidak saya tahu bahwa kita pernah menghabiskan beberapa waktu bersama. Terima kasih telah mengisi hari dan ruang kala itu. Yang paling saya ingat adalah:
”Ahh.. maumi ini. dekat-dekatmi” ujar fikar dengan nada bercanda. Saya dan yang lain pun ikut tersenyum. Namun sebenarnya saya tidak tahu maksud dirinya berbicara seperti itu. Maaf ya fikar. hehehehe…
Alhamdulillahirabbil`alamin
Makassar-BTP, 17 Desember 2015 (5 Rabi al-awwal 1437 H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)
Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)