Bismillahirrahmanirrahim.
“Kak, ayok ikut pengajian” ucapku pada kakak yang masih berleye-leye di tempat tidur. Saya tengah bersiap-siap untuk berangkat. Kakak hanya tersenyum. Senyumnya menyiratkan bahwa ia tak mau, seakan anti dengan kata itu.
”Dirimu saja” ucapnya.
”Ayolah…” Ucapku lagi dengan nada memelas. “Kalau begitu antar aku saja” lanjutku.
”Kamu sajalah” ucapnya lagi. Saya terus memintanya namun ia tetap besikukuh dengan jawabannya. Lama kelamaan saya sedikit dongkol. Akhirnya nada bicaraku berubah dari memelas menjadi sedikit memaksa.
”Ayolah kak. Saya ngajaknya untuk kebaikan kok. Masa nda mau. Saya kan ngga ngajak buat maksiat” ucapku dengan kedongkolan.
”Terus kalau saya ke sana saya bikin apa?” tanyanya.
”Ya.. ikut sekalian kan. Dari pada tidak bikin apa-apa” jawabku. Aiishhh.. aku medengar ia sedikit menggerutu tanda tak mau.
”Kalau begitu antar saja saya. Tapi di tunggu. Kalau mau ikut silahkan. Kalau tidak mau ikut juga tidak apa-apa. Terserah nanti di sana mau bikin apa” ucapku lagi.
”sama saja saya ikut kalau begitu” ucapnya.
”Kalau mau pulang, pulang saja. Tapi nanti saya dijemput” Ucapku lagi.
”Aih.. tak usah di jemput pulang saja sendiri” ucapnya.
”Ih.. Masa saya pulang sendiri” ujarku.
Dengan tersungut-sungut, akhirnya kakak bangkit dari tenpat duduknya. Saya tahu ia pasti sedikit kesal juga. Karena saya mulai kesal. Kulihat ia mengganti pakaian. Saya pun hampir selesai mendandani diri tanpa make up. Yah, cukup dengan lipbalm biar bibir tak kering dan wajah nampak tak pucat. Jadi ngga membuat orang jengkel duluan ngeliat wajah kita. Selain mengganti baju, kulihat kakak mengambil pakaian dinasnya. Nampaknya, ia benar-benar hanya akan mengantarku dan meninggalkanku. Ia akan ke Antang. Jika saya pergi, maka takkan ada yang mengantarku pulang. Saya pun tak sanggup menahan amarah.
“Nda usah antar saya. Nanti saya pergi sendiri” ucapku sambil mengambil kunci motor, masker, dan sarung tangan. Lalu melangkahkan kaki menuju pintu. Segera diri ini keluar dengan membawa kedongkolanku.
Astagfirullah… Astagfirullah.. Mencoba menepis kedongkolan dan amarah ini.
Saya berjalan menuruni tangga. Kamarku berada di lantai 2. Saya pun menuju ke lantai satu dan langsung menuju pintu keluar. Di depan rupanya banyak orang. Ada teman-teman kantor. Maklum, saya tinggal di mesh kantor bersama dengan kakak dan 1 orang teman kantor. Jadi walaupun hari libur tetap ada orang di kantor. Lumayan ramai kali ini.
“Hallo mam” sapa salah seorang diantaranya.
”Hallo” balasku lalu tersenyum. Saya mencoba menepis kemarahan dari wajahku. Saya mencoba senyum selebar mungkin kepada teman-temanku itu. Saya pun membuka pintu depan lalu mengeluarkan motorku. Saya hanya mengeluarkannya saja kali ini. Lalu berlalu pergi setelah pamitan dengan teman-teman.
Saya menuju ke sebuah warung depan kantor.
”Mas, pesan kwetiaunya 1 ya” ucapku pada mas penjaga warung. Kulangkahkan kaki menuju sebuah kursi di sudut depan. Saya duduk sendiri di sana. Saya masih saja menyimpan sedikit kesal. Diri ini jadi tak enak hati. Saya mengambil sebuah buku yang kubawa. Sambil menunggu, saya membaca buku itu.
Tak lama kemudian makananku pun datang. Saya tetap menikmati membaca sambil makan. Eh, lebih tepatnya makan sambil membaca. Sesekali kulihat jam di HP. Sudah hampir pukul 2. “Pergi tak ya.. pergi nda ya..” pikiranku dipenuhi dengan pertanyaan itu. Rasa jengkel ini belum hilang. Percuma rasanya bila pergi dengan perasaan tak karuan begini. Tak enak rasanya. Saya pun memutuskan kembali ke kantor.
”Mam, ada di rumah? Boleh nda kerumahnya? Mau membaca di tempat yang tenang” smsku kepada seorang teman. Ia adalah guru di tempatku bekerja. Saya menunggu namun tak ada jawaban. Akhirnya saya pun menelfonnya. Alhamdulillah.. tak lama di angkat.
”Mam lagi dimana? Boleh kerumahnya?” tanyaku.
”Lagi dirumah. Mau kesini atau saya kesitu. Rencana saya mau kesitu. Tunggu saya disitu” jawabnya.
”Oh.. mau kesini? oh.. oke” ucapku lalu kututup telfon.
“Hmm.. mam, ada sesuatu yang mau di bikin di kantor ya?” tanyaku lagi di telfon. Saya menelfonnya kembali.
“Tidak sih. Cuma mau kesitu saja” jawabnya.
”Oh.. saya kira ada sesuatu yang ingin dikerjakan. Bagaimana kalau saya kesitu saja. Saolnya di kantor banyak orang. Mending di rumanya mam saja biar tenang” ucapku.
“Oh, oke kalau begitu. Oh iya, jangan lupa bawakan buku yang warna biru untuk kelas pre-intermediate ya. Oke” ucapnya lagi ditelfon.
”Oke. siiip” ucapku dengan senang lalu kututup telfon kembali. Perasaan ini sedikit lega. Sungguh, saya ingin bepergian meninggalkan kantor ini. Lama sekali saya berada disini dan jarang sekali keluar. Mumpung hari libur, manfaatkan saja untuk berkunjung.
Akhirnya jadilah kunjungan akhir pekan ini berlabuh di rumah mam nia. Disana saya cukup senang dan tenang. Dijamu dengan baik oleh tuan rumah. Alhamdulillah.. Karena tenang dan senangnya, saya pun memutuskan untuk menginap. Saya menikmati waktu sharing dan membaca di sana. Benar-benar membuat hari ini cerah kembali. Terima kasih mam nia atas tumpangannya di akhir pekan. LOVE IT!!! ^^
“Eh, dimana? Kenapa belum pulang” chat kakak lewat BBM. Eh, iya sampai lupa saya ngga bilang-bilang kalau nginap. Ternyata dicariin juga. hehehehe.. Maaf deh kakak.. Siapa suru ngebikin jengkel perasaan hari ini. Tapi yah.. ada hikmahnya juga sih. Saya jadi lebih dekat dan memiliki sahabat baru yang rela menampungku di rumahnya kali ini hehehe.. Saya jadinya bisa sharing lebih banyak. Wah, rahasia ada banyak sama mam nia nih… Mam, jangan bilang-bilang yaa ^^
Alhamdulillahirabbil`alamin
Makassar, 13 Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)
Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)