Bismillahirrahmanirrahim.
Karena kerusuhan kemarin, aku pun menginap di rumah temanku. Pagi-pagi sekali, aku sudah angkat kaki dari sana. Tak lupa untuk berterima kasih lalu mengucapkan salam dan pergi. Dengan motorku, aku menikmati perjalan pagi ini. Menikmati udara pagi yang cerah. Walau memang tak terlalu segar, paling tidak udara pagi ini masih menyegarkan dan mendinginkan badanku.
Hari ini ija chan akan ke rumah. Ia baru saja balik dari pelatihan pra-Jabatan PLN di luar kota. Sekarang ia menunggu jadwal untu OJT. Kami sudah janjian untuk bertemu hari rabu. Maka dari itu, aku tak ke kantor hari ini. Kebetulan kakak juga mau keluar, aku pun menjaga kemenakanku.
“Assalamualaikum” suara seorang cewek mengucapkan salam. Ya, itu ija chan.
”Wa’aalaikumsalam. Masuk ija” ucapku sambil mempersilahkan dia masuk. Ia pun duduk di tikar yang kugelar di tembok. Di rumah masih belum ada ruang tamu dan sofa. Oleh karenanya, setiap tamu yang berkunjung pasti duduk di tikar yang di gelar di depan TV.
Aku pun membuat kue untuk ija chan. Ia juga ikut mebantu me-mixer. Aku mencampur bahan-bahannya sambil mengurusi kemenakanku. Ija sangat suka sama kemenakanku yang cowok. Putra namanya. Jika dulu aku harus mengurus putra saja, kini aku harus mengurus 2 anak. Putra dan diva, adiknya. Ia baru saja lahir bulan lalu.
Siang itu, udara sangat panas. Aku pun membuatkan minuman untuk ija. Minuman seadanya yang bisa kusuguhkan terus menerus. MInumannya mulai dari es teler, jus, sirup dan ditemani kue brownis yang baru saja kami buat. Alhamdulillah, percobaan pertama lumayan berhasil. Hanya saja kurang manis. Walau begitu kami menyukainnya.
Sore menjelang, waktunya ija pulang. IA berpamitan. Maaf ya, tak bisa menemani dirimu hari ini. Kakakku juga tumben hari ini keluar. Tak tahu juga jam berapa pulang. Sebenarnya ija ingin di temani untuk mencari gedung diklat. Ia akan masuk kembali ke diklat sabtu nanti. Tapi apa boleh dikata, kakaku belum pulang. Akhirnya ia pun pergi sendiri mencarinya.
Tak lama setelah kepulangan ija, kakak pulang. “Ah, coba tadi ija mau menunggu sebentar lagi. Tuh kan udah pulang” ucapku dalam hati. Sebenarnya ingin sekali aku menghubungi kakak. Namun HPnya sedang berada di kak Linda untuk di update. Aku belum sempat mengambilnya kemarin. Jadinya ia sama sekali tak bisa dihubungi.
Aku pun keluar untuk mengambil HP kak. Aku menuju ke JILC. SEbelum keluar, aku mengajak ija chan untuk makan pisang epe. lama tak makan pisang epe. Siipp.. ija chan setuju. Namun aku harus ke rumahnya.
Sesampainya di JILC, aku pun menghubunginya lagi. Aku hanya ingin memastikan apakah kami jadi makan pisang epe atau tidak. Alhamdulillah, jadi. Kami pun bertemu di tempat janjian. Aku segera meninggalkan JILC setelah mengambil HP.
***
“Kita duduk dimana?” tanya ija padaku setelah kami turun dari motor. Kami memarkir motor di dekat mesjid yang dekat dengan penjual pisang epe yang terkenal enak.
“Hmmm.. terserah” ucapku yang keliatan sedikit bingung. Aku berdiri di samping ija chan.
”disitu saja” ucap ija sambil menunjuk ke suatu tempat di depan kami. Aku pun duduk berhadapan dengan ija chan. Kami juga di temani oleh nisa, adik ija. Nisa duduk di sampingku. Aku dan ija sudah seperti keluarga sendiri. Jadi aku bisa membullynya bersama nisa.
“Mau pesan apa?” tanya ija lagi.
”Mau pesan keju coklat. Nisa iya?” Ucapku. Aku memberikan menu kepada nisa.
”Hmm.. Keju saja” ucap nisa.
”Minumnya apa?” tanya ija lagi.
”Saya lemon tea” jawabku.
Ija menyerahkan kertas pesanan kami. Kami sedikit bercakap-cakap seputar kehidupan masing-masing. Makanan datang sekitar 10 menit. Sambil makan kami tetap bercakap-cakap. kadang juga kami membicarakan tentang gosip terhangat di kalangan teman-temanku. Sebenarnya ternyata itu sudah lama, namun aku masih saja belum yakin dengan itu. Gosip itu di tegaskan oleh ija chan. Jadi kini bukan gosip lagi.
Ah, sudahlah. Lupakan tentang gosip itu. Mari kita makan^^
Makasih traktirannya ija chan ^^
Alhamdulillahirabbil`alamin :)
Makassar, 19 November 2014
Asiknya... Quality time with best friend ya :))
BalasHapusIya.. Alhamdulillah kak :)
Hapus