Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah,
Makassar-Barombong,
22 Juni 2019, 11.21 PM
Teman-teman, masih sering ngga
sih mendapatkan berita bohong atau yang lebih dikenal dengan Hoax? Seiring
perkembangan jaman dan kecepatan internet, masyarakat dengan gampang membagikan
berita ataupun kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar. Meski ini suatu
hal yang baik which is sharing is caring.
Namun, ini juga bisa menjadi momok menakutkan bagi lingkungan kita.
Mengapa?
Hal ini bisa dikarenakan beberapa
faktor berita yang disebarkan. Salah satunya adalah banyaknya berita diluar
sana yang tersebar cukup luas dan cepat alias viral tanpa diikuti sumber yang
jelas. Kita coba ingat-ingat pas jaman kita membaca berita dari sosial media
utamanya facebook ketika jaman facebook baru pertama kali masuk Indonesia dan
jadi paling hits saat itu.
Banyak berita yang tersebar di sana dan menyajikan
judul yang menarik atau paling tidak membuat kita penasaran untuk membacanya. Kita pun dengan sendirinya mengklik berita tersebut dan membacanya hingga akhir. Ada yang membacanya serius, ada pula yang hanya membacanya sekilas.
Bagi yang menganggap berita
tersebut masuk akal ataupun menyukai berita itu, bisanya tidak tahan untuk langsung menekan tombol
share atau bagikan tanpa melihat atau memeperhatikan dari mana sumber berita itu berasal.
Adakah sumber yang tertera di artikel? Apakah sumber berita ini terpercaya dan bisa diverifikasi kebenarannya? Ini kadang luput dari perhatian. Padahal
belum tentu berita ataupun artikel yang dibaca berasal dari sumber yang tepat.
Pola ini sering dilakukan oleh
banyak dari kita. Saya salah satunya (dulu hehehehe). Jarang sekali mencoba
mengecek kembali sumber berita yang ada. Kadang pula hanya melihat atau membaca
judul tanpa membaca isi artikel. “Wah, keren judulnya” kemudian tekan tombol
share berikan emotikon.
Huftt…. Belum juga tahu isinya apa.
Huftt…. Belum juga tahu isinya apa.
Lalu, bagaimana
anak-anak jaman sekarang menghabiskan waktunya di internet? Pernahkah terpikirkan oleh kita, apa yang mereka buka? Apa yang mereka baca? Lalu
terheran-heran mendengar ocehan mereka di mana kita menemukan ada persepsi yang
salah dan tertanam di kepala mereka. Dari manakah mereka mengetahui hal
tersebut?
Tentu saja dari apa yang mereka
lihat, dengar, dan baca. Nah, coba bayangkan jika artikel atau berita yang
kita share yang sumbernya kurang jelas itulah yang mereka baca. Bagaimana jika
itu yang mereka cerna, pahami, dan anak-anak yang masih polos serta belum mampu
membedakan mana yang benar dan yang salah dengan sigap mencernah apa saja yang baru saja mereka baca? Kemudian kita terlambat
mengetahuinya? Apa yang terjadi selanjutnya? Coba bayangkan sendiri!
Oleh karena itu, please No More
Hoax! Lihat video gadis cilik ini yang di wawancarai tentang bagaimana ia
membaca atau menangkap hal-hal yang ia baca dari internet. Semoga kita bisa
lebih bijak dalam memilih berita mana yang layak untuk di share.
Yuk, terapakan BPC! Baca, Pahami,
dan Check Sumbernya. Jika berasal dari sumber yang baik, benar, dan beritanya
bermanfaat, positif, serta layak untuk dibagikan, maka silahkan dibagikan. Gunakan
internet dengan bijak, ya!
iya, mesti hati2 dengan kabar hoax yang beredar di sosmed.
BalasHapusSaya punya pedoman khusus utk memfilter Hoax. Kalau ada yg memforward berita cenderung tuduhan, saya selalu tanya, apakah sudah pernah klarifikasi dari ybs?
Misalnya, ada yg bilang "Genteng kampus Unhas warnanya biru jelek" - ini akan saya tanya balik si penyebar berita, apakah anda pernah kuliah di Unhas, atau pernah ke Unhas melihat sendiri bentuk dan warna gentengnya, atau pernah bertanya langsung ke orang yg kuliah atau mengajar di Unhas. Dengan begitu saya bisa melakukan filter dari akurasi pembawa berita.
Ini sangat relevan untuk berita soal politik, agama (terutama soal issue kafir mengkafirkan), dan hal lain..
Betul sekali ini, salah satu cara untuk memfilter berita dengan baik. Thanks for sharing kak
HapusMemang ya mendidik untuk jangan gampang share hoax harus dari diri Kita lalu mengajarkannya ke anak. Tantangan besar di masa kini.
BalasHapusIya kak, saya pun kadang masih belum bisa memfilter berita dengan benar. Memang harus diajarkan, kalau perlu diajarkan juga di sekolah
HapusDi zaman keterbukaan dan derasnya arus informasi sekarang ini, hoax memang gak bisa dihindari. Bisa saja kita terpapar.
BalasHapusUntuk itu filternya ya dari kita sendiri, harus bijaksana sebelum menyebarkan informasi yang kita dapat. Cek dulu kebenarannya.
Betul mams eryy sepakat 100%
HapusHoax sangat memberi dampak buruk.. Apalagi yang mengujar kebencian, fitnah dll,, Seharusnya kita saring dulu sebelum sharing.. Apalagi Sebar hoax bisa terjerat UU ITE, bkn kepada pembuat konten, tetapi kena kepada yang membagikan hoax tersebut..
BalasHapusIninjuga perlu banget kak edukasi bahwa menyebar hoax itu masuk ke ranah hukum
HapusKajian media makin meningkat di negara berkembang, pun di Indonesia. Kemarin saya baca kajian media dari buku Kuasa Media Di Indonesia karya Ross Tapsel, menampakkan bahwa media2 di Indonesia selain memang dikontrol oleh pemilik, disisi lain media independen pun juga dapat mengatur atmosfer dalam ruang publik (menggiring opini dan narasi). Persis yang sering terjadi, seperti kasus Audrey misalnya.
BalasHapusSaya nda ngerti sih ini kasus Audrey hahahha.. ngga ikut-ikutan nyebar soalnya belum paham semuanya
HapusHoax kyknya sdh jadi musuh bersama kita saat ini . Susah mi membedakan mana yg benar mana yg salah
BalasHapusSangat! susah sekali membedakan, tapi bisa pake caranya Daeng Rusli biar bisa terfilter di kita
HapusBener banget nih kak, untuk bisa terhindar dari ikut-ikutan menyebar berita hoax paling tidak kita harus Bijak menggunakan internet dan harus tahu jelas sumbernya, biar tidak asal share.
BalasHapusYup kak, iniji saya yang kutahu dan untuk menghidari hoax saya jarang sebar2 berita :"D
Hapus