Bismillahirrahmanirrahim
Guys, guys, saya mau cerita.
Tahukan kalau Kate Middleton sama saya itu sebenarnya punya relasi dan
kemiripan?
Ah, masa iya? Ngga percaya (tanya pembaca)
Ngga percaya? Saya juga baru tahu. Jadi
gini, kalian sudah baca beritakan tentang masa sekolahnya tante Kate ini yang
agak kelam?
Belum?
Oke, jadi saya akan ceritakan ya! Seperti yang diberitakan di beberapa media online bahwa tante Kate pernah
mengalami masa-masa sulit di sekolah. Ketika ia berusia sekira 13 atau 14
tahun, beliau pernah masuk ke salah satu sekolah swasta khusus perempuan.
Ternyata di sekolah itu dia mengalami bullying.
Pada akhirnya ia pun harus pindah sekolah dan sempat mengalami kondisi
emosional yang kurang stabil.
Terus..
terus..
Terus.. Setelah pindah sekolah, beliau
menjadi lebih pendiam meski akhirnya bisa beradaptasi dan kemudian sangat
senang dan menyukai sekolah itu.
Pada saat berada di usia yang sama. Seorang gadis menunjukkan sikap yang mirip, yakni menjadi lebih pendiam dari biasanya. Kisah
ini berawal sejak diri ini memasuki tahun ajaran baru di kelas 4 sekolah dasar.
Kala itu, saya tengah mengikuti salah satu
pelajaran. Di ruang segi empat yang kursinya diatur berjejeran tiga baris di
depan dan empat baris ke belakang. Seorang anak perempuan duduk di bangku ke
empat deretan paling ujung sebelah kiri dari pintu masuk. Ia ditemani oleh
seorang teman sebangku yang juga perempuan.
Suasan kelas cukup panas. Terik matahari
yang entah berapa derajat cukup membuat keringat bercucuran dan punggung
teman-teman terlihat basah. Sang guru kemudian mengajukan sebuah pertanyaan. Gadis tadi kemudian dengan semangat yang ditunjukkan dengan acungan
tangan lurus ke atas dengan sempurna seakan ingin menjangkau langit-langit. Seperti biasa, ia memang gadis yang
semangat dan penuh percaya diri.
Ia benar-benar terlihat ingin menjawab
pertanyaan tersebut. Sang guru pun mempersilahkannya. Dengan penuh keyakinan, si gadis pun menjawab. Tiba-tiba suara ledakan tawa menambah kebisingan siang itu.
Matanya pun melihat ke kanan dan ke kiri
megikuti gerakan kepalanya. Dahinya berkerut. Ia tentu saja heran mengapa
semuanya tiba-tiba tertawa. Apakah jawabannya salah? Hmm..
Selama ini, anak ini perangainnya selalu
ceria cukup punya keberanian tampil di depan umum. Menari, jadi pembawa acara,
menyanyi, dan beberapa aktivitas lainnya ia lakukan dengan penuh percaya diri
tanpa ada gugup dan takut. Namun, kejadian ini sepertinya sedikit
mengguncang sanubari. Ada pemikiran aneh bertengger dan mulai menancapkan
akarnya di ruang memori yang terdalam. Guncangan ini seakan membesar hingga
menciutkan nyali bahkan untuk sekedar berbicara di depan umum ataupun menjawab
pertanyaan.
Parahnya, suara tawa itu kerap kali ia
dapatkan ketika bertemu dengan teman-teman di sekolah untuk beberapa saat lamanya.
Meski ia tak menanggapi, namun suara itu akhirnya bergema di kepala tiap kali
ingin mengungkapkan pendapat. Gadis yang kulitnya sawomatang ini pun memilih bungkam dari pada harus menjawab pertanyaan. Meski sebenarnya ia yakin bahwa itu benar.
Ia pun menjadi pribadi yang cukup pendiam.
Teman pun hanya seorang, yang kemudian meninggalkan dirinya kala lingkungan
sekolah tak lagi sama. Sang gadis akhirnya lulus sekolah dasar. Sementara sang
sahabat masih sibuk menyelesaikan tugas-tugas di bangku sekolah dasar.
Kondisi ini kian berakar. Di sekolah menengah
pertama, ia tak begitu berprestasi begitu pun di sekolah menengah atas. Walau
begitu anak yang kini lebih banyak menutup mulut berhasil masuk ke kelas
khusus. Kelas di mana semua siswa-siswi pandai dikumpulkan.
Mendaftar di sekolah menengah atas, para
siswi yang masuk di kelas khusus sebelumnya ini akan ditawarkan langsung untuk memasuki
kelas unggulan tanpa tes apapun. Anehnya, gadis ini menolak. Ia tak ingin masuk
dalam kumpulan orang-orang pandai. Dalam pikirannya, ia hanya akan menghadapi
persaingan ketat dan tak bisa menikmati indahnya masa sekolah.
"Jangan sampai hal yang terjadi ketika di SMP terulang lagi." Pikirnya.
"Jangan sampai hal yang terjadi ketika di SMP terulang lagi." Pikirnya.
Saat menempuh pendidikan di kelas
khusus dulu, persaingan cukup ketat. Apalagi di sekolah ada genk terpopuler dan favorit yang
terdiri dari sepuluh orang. Ia merasakan sesuatu yang tidak adil, karena genk
ini diperlakukan cukup istimewa oleh para guru. Sebenarnya wajar saja. Karena para
kumpulan anak-anak popular ini adalah para siswa-siswi yang bergabung di
organisasi pramuka sekolah dan OSIS yang menyumbangkan segenap prestasi atas
nama sekolah.
Oleh karenanya, ia tak ingin berada di lingkungan
yang sama di sekolah ini. Baginya, masa SMA adalah masa yang harus dinikmati
dengan penuh semangat.
"Sekolah baru, semangat baru!" Teriaknya dalam hati.
"Sekolah baru, semangat baru!" Teriaknya dalam hati.
Di sini, ia pun mencoba memasuki beberapa
organisasi seperti Pramuka, Palang Merah Indonesia tingkat SMA, dan Marching Band. Namun, itu tak berlangsung lama. Ternyata ia lebih tertarik dengan pelajaran. Pada akhirnya terpilih untuk mewakili
sekolah mengikuti Olimpiade Fisika tingkat kabupaten. Keberuntungan pun
berpihak padanya. Ia mendapatkan Juara I dan mewakili kabupaten ke
tingkat provinsi.
Jika diingat-ingat, masa sekolah SMA ini
cukup membuat rasa gelisahnya berkurang. Meski demam panggung tetap saja belum
bisa ia kontrol dengan baik dan percaya dirinya juga belum sepenuhnya pulih, namun segalanya terasa lebih baik. Hal
yang ia syukuri adalah ia akhirnya memutuskan untuk menutup auratnya dengan berhijab.
---
Nah, tahukah kalian siapa gadis itu? Yup! Itu
adalah segelintir kisah dari seorang gadis pemilik blog evhykamaluddin.com.
Kisah yang terjadi di masa-masa sekolah dasar hingga lulus S3 (SD, SMP, SMA) hehehe.
Eh, eh, dari tadi kita membicarakan soal bullying. Kali aja ada yang belum tahu. Jadi, bullying dalam bahasa indonesia disebut juga penindasan, penganiayaan, perundungan, perisakan, pengintimidastian. Bisa juga dikatakan sebagai segala bentuk perlakuan yang dilakukan oleh seseorang atu lebih untuk menyakiti orang lain secara kasar baik secara verbal atau lisan maupun dengan fisik seperti memukul atau mendorong dengan sengaja.
Eh, eh, dari tadi kita membicarakan soal bullying. Kali aja ada yang belum tahu. Jadi, bullying dalam bahasa indonesia disebut juga penindasan, penganiayaan, perundungan, perisakan, pengintimidastian. Bisa juga dikatakan sebagai segala bentuk perlakuan yang dilakukan oleh seseorang atu lebih untuk menyakiti orang lain secara kasar baik secara verbal atau lisan maupun dengan fisik seperti memukul atau mendorong dengan sengaja.
Kembali ke topik utama! Sekarang sudah
bisa disimpulkan bahwa persamaan antara saya dan Kate Middleton adalah
sama-sama pernah mengalami bullying
di masa sekolah. Sama-sama pernah mengalami depresi atau masa-masa sulit yang
membuatnya menjadi pribadi yang pendiam.
Sayangnya, bullying yang didapatkan oleh Kate Middleton cukup berbeda. Tahukah
kalian mengapa ia di-bully? Itu
karena ia adalah sosok yang baik, cerdas, dan cantik. Ia mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan karena
dianggap sempurna oleh orang-orang yang tak suka dengan kesempurnaan yang ia
miliki. Bandingkan dengan saya, yang di-bully atau diejek karena kesalahan semata.
Kenyataannya, ternyata perbedaan kami
terlalu banyak dibandingkan kesamaannya. Sekarang ia sangat cantik, penyayang,
dikagumi banyak orang, bahkan menikah dengan seorang pangeran. Meski sama-sama
pernah di-bully, tapi nyatanya saya tetap saja banyak kurangnya, tak secantik
beliau, pandainya pun tak sepadan, dan masih berjuang untuk memulihkan kepercayaan diri serta menghilangkan demam panggung, bahkan belum menikah apalagi sama seorang pangeran.
Hufffttttttt
Well, saya sesungguhnya hanya ingin menyampaikan bahwa perilaku ini cukup banyak ditemukan khususnya di sekolah. Oleh karena ini, orang tua dan guru hendaknya memeriksa kondisi anak-anak yang mengalami perubahan drastris dalam bersikap sesegera mungkin. Siapa tahu ternyata ia baru saja mengalami tindakan yang cukup menggangu jiwanya dan terjadi terus menerus hingga menimbulkan trauma mendalam di fikirannya. Hal ini dikarenakan proses untuk recovery atau mengembalikan kepercayaan diri setelah mengalami trauma mendalam cukup menyita waktu yang lama.
Well, saya sesungguhnya hanya ingin menyampaikan bahwa perilaku ini cukup banyak ditemukan khususnya di sekolah. Oleh karena ini, orang tua dan guru hendaknya memeriksa kondisi anak-anak yang mengalami perubahan drastris dalam bersikap sesegera mungkin. Siapa tahu ternyata ia baru saja mengalami tindakan yang cukup menggangu jiwanya dan terjadi terus menerus hingga menimbulkan trauma mendalam di fikirannya. Hal ini dikarenakan proses untuk recovery atau mengembalikan kepercayaan diri setelah mengalami trauma mendalam cukup menyita waktu yang lama.
Alhamdulillahirabbil`alamin
Makassar-Barombong,
11 Mei 2019, 11:30 PM
Eh, yang di paragraf awal itu ceritanya kenapa Evhy diketawain sama teman2 sampai mengubah kepribadian Evhy yang tadinya ceria jadi introvert?
BalasHapusKulupami apa pertanyaannya dan apa jawabanku. Pokoknya kayak bego sekali waktu itu wkkkkkkkk sampe sampe diketawiii luar biasa dan nda tau kenapa itu bisa mengubah duniaku. Setlah kupikir2, begoku di'. Bisa-bisanya saya down waktu itu, astagfirullahhhh.. Tapi balik lagi, Allah Maha Membolak-balikkan hati. So, mungkin ini titik balik yang cukup besar tapi tetap harus disyukuri 😘
Hapushahahaha kak evhy. kalau kita mengaku mirip Kate biarlah saya mengaku mirip maudy ayunda wkwkwkwk. Memang masa-masa sekolah itu banyak mengubah kita. Saya jaman sekolah juga banyak sekali hal menakjubkan yg mengubah saya yang sekarang
BalasHapusHahaha.. kulupai itu maudy ayunda nah. Padahal salah satu orang yang kukagumi juga itu. Entah mengapa saya jadi kepikiran sama Kate Middleton pas nulis ini.
HapusAh... iya masa-masa sekolah banyak sekali memberikan pelajaran. Saya menulis ini biar suatu saat saya tidak lupa kalau pernah mengalami ini dan inilah hal yang mengubah cara pandang saya tentang kehidupan