Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 6:45 WITA. Rasanya sama. Detik-demi detik kulalui tiada berarti. Aku disini menemani si kecil PUTRA yang masih berumur 3 bulan. Lucu memang perangainya. namun ia terkadang tak henti menangis. aku kadang bingung. Harus bagaimana lagi untuk membuatnya terdiam. Untunglah ada tetangga kamarku yang bersedia menemaninya jika ia menangis. Si kecil lugu yang banyak di sukai dan di cintai. Berpikir ke masa lalu. Apakah seperti itu juga? ketika aku kecil sepertinya apakah seperti itu? dicintai dan disukai banyak orang??
“Ya” hati kecilku berkata. “Pasti” katanya lagi. Si kecil adalah anugrah terindah yang diberikan ALLAH untuk seorang ibu dan ayah. Buah hati yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Ketika kecil pasti kau dimanja, dibesarkan dengan kasih sayang hingga terbentulah dirimu kini.
Kadang kenakalanmu ketika kecil membuat orang jengkel. Hingga mencapai puncaknya. Kau akan dipukul. Tapi tenanglah, itu adalah pukulan kasih sayang darinya. Ia ingin melihatmu melakukan perbuatan yang baik. Ia mengajarkan mana yang baik dan mana yang tidak. Maka terimalah kasih sayangnya itu dengan sepenuh hati. Dulu memang diri ini tak mengerti. Tapi suatu saat kan kau akan mengerti. Seperti diriku kini. Walaupun belum semuanya. Biarlah waktu yang akan menjawab.
Inilah yang aku rasakan ketika melihatnya. terkadang senyum tergores di wajahnya. Orang lainpun ikut tersenyum melihatnya. Begitu pula diriku. Terkadang tawapun muncul, membuat orang lainpun ikut tertawa. Si kecil PUTRA yang bersinar dimasa kini.
Sekarang teringat masa lalu. Sejarah hidupku begitu rumit. itu menurutku. Dalam hidup ini memang tak ada yang pasti, tapi yang pasti adalah Kematian itu akan datang. Ya Allah… dulu ketika pertama kali aku datang ke kota ini. Begitu senang. Mata ini berbinar-binar melihat kemilau lampu-lampu kota yang mengagumkan. Itu tidak ada di Kampung. Ketika itu aku masih SD dan liburan kesana, sekaligus mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota sejak dulu. Berharap dapat kembali lagi ke kota itu dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi hingga menetap disana.
Kini aku berada di kota itu. Makassar. Itulah kota terindah yang ada. Itu pikirku dulu. Namun setelah menjalani kehidupan disini rasanya seperti ingin keluar. Pergi jauh ketempat yang lebih indah. Yah.. itulah sifat manusia. Mata anugrah yang diberikan tuhan untuk melihat keindahan yang dibuatnya. Campur tangan manusia kadang membuat keindahan itu lebih indah. Namun terkadang memudarkan keindahan itu atau bahkan menghilang sama sekali. Tak tersisa kareana kerusakan oleh manusia.
Pikiranku sekarang melayang ketempat tinggal ketika pertama kali aku datang ke kota ini. Rumah kos yang dekat dengan kampus. Dengan berjalan kaki hanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Tempat yang terdiri dari 10 kamar. Salah satunya adalah kamar tempatku tinggal. Kamar sempit berukuran 3x3 M.
Kamar sempit itu menemaku hingga beberapa bulan. Ditemani pula bersama kakakku yang waktu itu masih menempuh bangku kuliah di universitas yang sama denganku. Yah, menyimpan banyak kenangan. Ada pahit, menyenangkan, tawa, canda, dan sedih. Kadang bercampur jadi 1. Ketika aku sendiri. Terpikir olehku tentang ibu yang berada disana. Ibu sedang sakit sekarang. Tapi aku tak mampu menemaninya. Ibu aku merindukanmu. Ucapku dalam hati.
Tak lama aku pindah ke tempat kakak yang satu lagi. Oh iya, aku punya 3 kakak yang tinggal di kota ini. Semua tinggal terpisah. Aku bisa memilih ingin tinggal dimana. Disana aku tinggal di sebuah rumah yang terdiri dari 3 lanti. Aku tinggal di lantai 3.Disana terdiri dari 3 kamar dan satu dapur. Dapur dipakai bersama oleh orang-orang yang tinggal di lantai 2.
Kamarnya lumayan luas dibandingkan yang pertama. Aku tinggal di salah satu kamar dan kakakku biasanya di kamar sebelah. Dan kamar lainya kosong. Disini aku lebih sering sendiri. Kakak biasanya pergi dipagi hari dan pulang jam 10 malam. Terkadang dia pulang besoknya lagi. Terutama di tahun baru.
Dalam kesepian aku biasanya berada didapur. Didapur??? Ya, didapur. Di dapur ada sebuah teras kecil. Dari teras itu aku bisa melihat awan. Aku bisa melihat matahari terbenam. Aku juga bisa merasakan angin segar di pagi hari dan angin sejuk di sore hari yang berasal dari laut. Ehm, rumahku tidak terlalu jauh dari pantai. Tapi jika ingin berjalan kaki kesana yah lumayan membuat kaki pegal-pegal.
heh.. sedikit mendesah. Disana aku benar-benar merasa sejuk dan nyaman. Suasana yang selalu kurasakan. angin, langit, membuatku selalu dapat bersyukur atas apa yang IA berikan padaku. Sangat-sangat bersyukur. Setiap pagi aku berjalan kaki. Menikmati udara pagi hari dan langit yang cerah. Letih tak terasa hingga sampai ke tempat mengambil angkot. Angkot yang akan membawaku menuju tempat menimba ilmu.
Sedih, canda, tawa, dan marah tidak akan bisa dipisahkan dari hidup. Hanya bisa dicontrol. Sama halnya ditempat pertama. itu juga terjadi disini. Hal yang sangat membuatku sedih adalah ketika kakakku menangis baik itu olehku ataupun orang lain. Hal lain yang membuat menangis adalah ketika mereka memarahiku, membentak, dan meninggikan suara mereka. Benar-benar membuat hati ini terasa sakit. Yang lainnya, ketika teringat akan ayah dan ibu, teringat hal sedih, sedang ada masalah yang tak mampu terselesaikan.
Hei, semuanya. Dengarkan baik-baik, aku ini adalah orang yang sangat sensitif. Perasaanku mudah tersakiti oleh kalian. Kalian para saudara-saudara dan keluargaku, ayah dan ibu. Kalianlah yang senantiasa menyakitkan hatiku. Aku tidak pernah peduli apa kata orang lain terhadapku. Tapi jika itu keluar dari mulut kalian, itu terkadang sangat-sangat menyakitkan. Ketika emosi itu tak mampu lagi terkontrol. Kalian akan melihatku marah seperti anak kecil. Tolonglah kalian mengerti sedikit. Aku hanya ingin melepas penat dalam dadaku.
Tahukah kalian setelah marah itu terjadi?? Aku pasti akan menangis. Maaf atas perlakukanku tadi, Itu benar-benar emosi yang tak terkontrol. Tolonglah mengerti dan berhenti berbicara setelah itu terjadi. Aku benar-benar tidak suka. Biarkanlah aku menentramkan hatiku. Aku hanya ingin melepaskan segalanya. Aku minta maaf jika melampiaskannya kepada kalian. Kalian pasti juga punya saat-saat dimana kalian benar-benar marah. Jika itu belum pernah terjadi, aku mengucapkan selamat padamu. Selamat atas keberhasilanmu. Keberhasilan mengontrol emosi yang terpendam dalam hati.
Kembali ke kamar. Kini aku terdiam sendiri. Bangun melakukan sholat Tahajjut. Beribadah menghadap kepada yang Maha Kuasa. Semoga IA senantiasa melindungi diri ini, mengampuni segala dosa, dan menerima segala amal yang telah dilakukan begitu pula untuk keluargaku semuanya. Itulah doaku selalu untuk kalian. Jangan lupa mendoakanku juga ().
Seperti yang sebelumnya aku katakan, aku bisa memilih dimana tempat aku tinggal. Aku akan tinggal di tempat yang nyaman bagiku. Suatu hari terjadi beberapa masalah di rumah. Dan kami harus pindah dari rumah tersebut. Sempat terpikir dalam benakku akan hal itu. Disini sungguh tak nyaman rasanya. Ini semua karena orang yang dilantai dua itu yang membuatnya kurang nyaman. Aku terkadang takut dibuatnya. Segan rasanya berada dirumah. Dan akhirnya itu terjadi kami pindah. Oh iya, dirumah ini kami sempat tinggal bersama empat bersaudara. Rasanya indah tapi menyedihkan juga. Yah sudahlah.. itu wajar dalam hidup.
Kami akhirnya pindah dan terpisah lagi. Saya dan kakakku yang masih se-universitas denganku pindah bersama. Kami pindah ke rumah temannya yang tinggal sendirian. Anggap saja untuk menemani kesendiriannya. Untuk menjaga rumah tanntenya. Tante tinggal jauh dari Makassar. Dia hanya sesekali datang ketika ada uras pekerjaan atau membawa anak-anak beserta suaminya berlibur.
Rumah ini terdiri dari dua lantai. lantai 1 terdiri dari 2 kamar, ruang keluarga, ruang makan, ruang tamu, kamar mandi, dan dapur. Sedang lantai atas hanya ada 1 kamar. Kamar sempit berukuran 4x4 m. Disanalah kami tidur bersama. Kakak adik yang kompak kelihatannya. Tapi takl selalu begitu. Kami rasanya sering bertengkar. Namun sering pula bercanda satu sama lain. Dan sering melindungi dan mengasihani adiknya. Walau aku sering menyakiti hatinya (maaf ya kak.. terkadang aku sengaja melakukannya. karena kau terlihat lucu.. hehehehe… evil mode on). Inilah saudaraku satu-satunya yang aku perlakukan seperti teman, tampak tidak terlalu menghormatinya (tenang saja aku selalu menghormati saudara-saudaraku). Tapi itu membuatku lebih dekat dengannya walau tidak sedekat yang kalian kira.
Ehm, waktu sudah menunjukka pukul 1:45 WITA. Aku masih terjaga. Terpikir olehku kejadian tidak mengenakkan di rumah itu. Aku benar-benar merasa tidak nyaman. Komunikasi yang buruk yang membuat semuanya seperti itu. Aku ini adalah orang yang tidak terlalu tau akan mengerjakan apa di rumah orang lain? Walau aku tinggal di situ tapi tetap saja merasa tak tau harus berbuat apa. Aku ini adalah tipe yang harus diberi tau dari awal tentang apa yang harus aku kerjakan. Aku harus punya jadwal rutin untuk itu. Agar semua pekerjaanku terselesaikan dengan baik. Itulah aku, orang yang suka terhadap keteraturan dan disiplin. Walaupun terkadang pelanggaran sering terjadi(peace.. hehehe).
Akhirnya karena rasa tak nyaman itu, aku pindah kerumah kakakku yang sudah berkeluarga. Kakakku sudah memiliki suami dan mamiliki empat orang anak. Dua laki-laki dan dua perempuan selang seling. Yang pertama adalah laki-laki. Disini terdiri dari dua kamar. Rumah yang agak kecil dengan banyak penghuni. Aku tinggal disalah satu kamar, dan kamar lain ditempati kakak beserta keluarga. Disini sama saja. Dan mungkin agak parah. Aku benar-benar merasa terpuruk. Di rumah inilah semua bermula. Sikapku yang pemurung dan tidak ceria lagi. Disinilah tempatnya memudar.
Aku jarang sekali bicara dirumah. Hal ini karena kami memang jarang bicara. Hanya pada saat menonton bersama. Itupun hanya sesekali saja. Setiap hari mereka bekerja, setelah pulang ke rumah mereka menghabiskan waktu untuk istirahat. Disini rasanya benar-benar seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Lepas tanpa arah tak tau kemana.
Dia pasti sangat jengkel padaku. Dia pasti benar-benar melihatku seperti anak yang tak tau diri. Terkadang kami bertengkar. Dia benar-benar jengkel padaku. Karena depresi dan tekanan batin sehingga terkadang emosiku benar-benar keluar batas. Itu terlampiaskan kepada anak-anak mereka. Anak-anak yang sebenarnya tak tau apa-apa. Mereka sangat sabar. Ayah ibu mereka semua bekerja dan meninggalkan mereka. Bahkan untuk belajar saja mereka kadang tak sempat mengajari anak-anaknya. Itu karena lelah setelah bekerja.
Itu harusnya tugasku. Tugasku mengajari mereka. Aku tidak melakukannya. Karena beberapa kesibukan dan anak-anak itu sangat susah untuk di beri tau sesuatu. Hal ini kadang membuatku jengkel dan malas mengajari mereka. Aku kadang membiarkannya melakukan apapun yang mereka inginkan. Karena ketika aku marah pun mereka tidak mengindahkan kata-kataku. Itu membuatku langsung memberi tindakan tanpa berkata-kata.
Kejadian ini juga membuatku sakit. Sakit kareana harus menyakiti orang lain. Sakit karena emosi yang tak mampu di kontrol. Sekali lagi aku berkata, komunikasi yang beruk bisa menghancurkan segalanya. Untuk menghindari semua terjadi lagi. Aku kadang tinggal di rumah temanku. Hanya sesekali aku pulang. Suasananya tak berubah dan tak akan pernah beerubah. Tak kan pernah jika mereka terus bekerja seperti itu.
Keadaan rumah benar-benar sering berantakan. Karena anak-anak itu membuatku tak tahan tinggal di rumah. Ada baiknya aku ke kampus saja. Berapa kalipun dibersihkan dalam hitungan menit saja pasti sudah berantakan. Ini benar-benar membuat lelah. Tak tahan rasanya.
Kaadaan dirumah bertambah parah. Itu karena emosi kami benar-benar tak tertahankan. Padahal aku tak bermaksud begitu. Ia menyuruhku pergi dari rumah. Tak sanggup aku menahan tangis. Ini sering terjadi tapi inilah puncaknya. Aku tak tahan lagi. Rasanya sakit sekali. Sambil menangis aku merapikan semua barang-barangku. Aku meminta tolong ke temanku untuk mengangkut semua barang.
Tak tahu sebenarnya harus kemana. Tak enak rasanya kembali kerumah sebelumnya. Aku menyimpan barang-barangku di rumah sebelumnya. Mengambil beberapa pakaian dan buku yang akan aku gunakan. Aku tinggal di rumah temanku. Kebetulan beliau cuman sendiri dirumah. Rumah yang tidak besar namun suasana yang nyaman. aku nyaman berada disana. Benar-benar santai rasanya. Suasana hati mulai membaik.
Tiba-tiba air kotor melanda daerah tempat tinggalku saat itu. Airnya kotor dan berbau. Sangat susah bagiku untuk mendapatkan air bersih. Sehingga aku kembali tinggal di rumah tempatku menitipkan barang-barang. Rencana semula hanya sampai airnya bersih kembali. Namun ternyata keterusan, tak sanggup lagi rasanya berpindah. Ini membuat temanku berkata “Habis manis sepah dibuang”. Walaupun ini hanya bercanda, tapi tetap saja menyakitkan. Aku akhirnya sesekali ke rumahnya. Hingga ia sibuk dan melupakan itu.
Aku menjalani hari-hariku di rumah ke 3. Aku bertemu dengan sebuah usaha. Usaha MLM. Kalian pasti tau itu. Usaha ini benar-benar luar biasa. Benar-benar cara sukses orang China dan Jepang. Ingatlah!! Kalian Tidak akan pernah sukses dengan hanya Ongkang-ongkang kaki. Semua orang sukses di dunia. Sukses dengan cara bekerja, bekerja keras. Pantang menyerah, bangkit ketika jatuh. Itu yang aku pelajari dari usaha ini. Semangatku membara mencari tujuan hidupku. Yang paling menentukan kesuksesan adalah IMPIAN. Tujuan hidup yang membuat hidup ini terarah. INGATLAH ITU.
Aku agak lupa dengan kakaku yang satunya lagi. Padahal dia yang membiayai sebagaia biaya kuliahku. Tak bermaksud melupakan dengan sengaja. Namun benar-benar hilang di pikiranku. Ia kembali muncul ketika ayah menelfonku. Ayah memang yang terbaik. Ayah selalu mengingat anak-anaknya. Justru kamilah yang terkadang melupakannya. Maafkan aku ayah. Ayah menyuruhku untuk melihat keadaan kakak.
Aku pun sadar akan perbuatanku itu. Aku pun pergi mengunjunginya. Terlihat perutnya sudah membesar. Ternyata kakak sudah hamil beberapa bulan. Tinggal 2 bulan lagi akan melahirkan. Sejak itu aku sesekali datang melihat keadaannya. Dia tinggal sendiri. Suaminya sedang bekerja di luar negri. Tahun depan baru kembali.
Bulan penuh suci dan iman datang. Rasanya tak sama dengan tahun sebelumnya. Yang ini rasanya hampa. Semangat itu pasang surut karenanya. Tapi alhamdulillah masih dapat memperoleh bulan suci Ramadhan. Rasa syukur yang sangat tak ternilai harganya.
Dua bulan kemudian, kakak melahirkan. Aku pun mengunjunginya. Menemaninya di rumah tempatnya tinggal. Kini aku menetap di rumah ini. Rumah dimana aku menulis tulisan ini. Dalam sebuang kamar sempit berukuran 5x5 m. Kelihatnnya lumayan besar dari sebelumnya. Namun ruangan ini di isi oleh 5 penghuni. Lima penghuni termasuk diriku ini membuatnya terlihat sempit dan sangat sempit dari sebelumnya. Di ruang sempit inilah aku menuliskan semuanya. Mengingat masa lalu yang timbul seketika si otakku. Merasakan betapa sempitnya ruang yang aku tinggali.
Sekarang sudah pukul 3:07 WITA. Mataku masih terjaga dan tetap melanjutkan tulisanku. Tulisan tentang sederet kisah yang di torehkan Sang Pencipta untukku. Aku yakin ada hikmah dan maksud dari semua ini. Semoga aku dapat melihatnya. Show me the way potongan lirik lagu InsyaAllah yang dinyanyikan oleh maher zain.
Ya Allah… inilah bagian hidup yang Kau torehkan padaku.
Ruang sempit itukah dunia?
Ruang sempit apakah kamar itu?
Ruang sempit apakah maksudnya?
Ruang sempit apakah itu hatiku??
rasanya dimanapun berada
kau selalu mengikutiku
kau bisa berjalan, ya?
mengapa mengikutiku??
apa yang membuatmu seperti itu???
kau membuat hidupku sempit
sesak rasanya…
aku bertanya-tanya dalam hatiku. Dalam kondisi terjaga hingga kini. Ditemani para penghini yang kini sudah tertidur lelap. Hujan deras terdengar pula. Kerasnya membasahi seluruh atap rumah membuat suara yang bising. Itu membuatku tak mampu tertidur pula. Angin kencang mengikuti hujan itu. Tampaknya badai. Tapi di ruang sempit ini aku terlindung darinya. Syukur Alhamdulillah..
Wahai ruang sempit…
apakah engkai yang mengikutiku??
apakah benar itu adanya??
aku mulai curiga..
kaukah atau aku membuat semuanya terlihat sempit?
atau hatiku yang sempit?
atau pikiranku begitu sempit?
Yah.. sepertinya begitu
akulah yang membawamu bersamaku..
berharap itu tak terjadi lagi..
“Ya” hati kecilku berkata. “Pasti” katanya lagi. Si kecil adalah anugrah terindah yang diberikan ALLAH untuk seorang ibu dan ayah. Buah hati yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Ketika kecil pasti kau dimanja, dibesarkan dengan kasih sayang hingga terbentulah dirimu kini.
Kadang kenakalanmu ketika kecil membuat orang jengkel. Hingga mencapai puncaknya. Kau akan dipukul. Tapi tenanglah, itu adalah pukulan kasih sayang darinya. Ia ingin melihatmu melakukan perbuatan yang baik. Ia mengajarkan mana yang baik dan mana yang tidak. Maka terimalah kasih sayangnya itu dengan sepenuh hati. Dulu memang diri ini tak mengerti. Tapi suatu saat kan kau akan mengerti. Seperti diriku kini. Walaupun belum semuanya. Biarlah waktu yang akan menjawab.
Inilah yang aku rasakan ketika melihatnya. terkadang senyum tergores di wajahnya. Orang lainpun ikut tersenyum melihatnya. Begitu pula diriku. Terkadang tawapun muncul, membuat orang lainpun ikut tertawa. Si kecil PUTRA yang bersinar dimasa kini.
Sekarang teringat masa lalu. Sejarah hidupku begitu rumit. itu menurutku. Dalam hidup ini memang tak ada yang pasti, tapi yang pasti adalah Kematian itu akan datang. Ya Allah… dulu ketika pertama kali aku datang ke kota ini. Begitu senang. Mata ini berbinar-binar melihat kemilau lampu-lampu kota yang mengagumkan. Itu tidak ada di Kampung. Ketika itu aku masih SD dan liburan kesana, sekaligus mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota sejak dulu. Berharap dapat kembali lagi ke kota itu dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi hingga menetap disana.
Kini aku berada di kota itu. Makassar. Itulah kota terindah yang ada. Itu pikirku dulu. Namun setelah menjalani kehidupan disini rasanya seperti ingin keluar. Pergi jauh ketempat yang lebih indah. Yah.. itulah sifat manusia. Mata anugrah yang diberikan tuhan untuk melihat keindahan yang dibuatnya. Campur tangan manusia kadang membuat keindahan itu lebih indah. Namun terkadang memudarkan keindahan itu atau bahkan menghilang sama sekali. Tak tersisa kareana kerusakan oleh manusia.
Pikiranku sekarang melayang ketempat tinggal ketika pertama kali aku datang ke kota ini. Rumah kos yang dekat dengan kampus. Dengan berjalan kaki hanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Tempat yang terdiri dari 10 kamar. Salah satunya adalah kamar tempatku tinggal. Kamar sempit berukuran 3x3 M.
Kamar sempit itu menemaku hingga beberapa bulan. Ditemani pula bersama kakakku yang waktu itu masih menempuh bangku kuliah di universitas yang sama denganku. Yah, menyimpan banyak kenangan. Ada pahit, menyenangkan, tawa, canda, dan sedih. Kadang bercampur jadi 1. Ketika aku sendiri. Terpikir olehku tentang ibu yang berada disana. Ibu sedang sakit sekarang. Tapi aku tak mampu menemaninya. Ibu aku merindukanmu. Ucapku dalam hati.
Tak lama aku pindah ke tempat kakak yang satu lagi. Oh iya, aku punya 3 kakak yang tinggal di kota ini. Semua tinggal terpisah. Aku bisa memilih ingin tinggal dimana. Disana aku tinggal di sebuah rumah yang terdiri dari 3 lanti. Aku tinggal di lantai 3.Disana terdiri dari 3 kamar dan satu dapur. Dapur dipakai bersama oleh orang-orang yang tinggal di lantai 2.
Kamarnya lumayan luas dibandingkan yang pertama. Aku tinggal di salah satu kamar dan kakakku biasanya di kamar sebelah. Dan kamar lainya kosong. Disini aku lebih sering sendiri. Kakak biasanya pergi dipagi hari dan pulang jam 10 malam. Terkadang dia pulang besoknya lagi. Terutama di tahun baru.
Dalam kesepian aku biasanya berada didapur. Didapur??? Ya, didapur. Di dapur ada sebuah teras kecil. Dari teras itu aku bisa melihat awan. Aku bisa melihat matahari terbenam. Aku juga bisa merasakan angin segar di pagi hari dan angin sejuk di sore hari yang berasal dari laut. Ehm, rumahku tidak terlalu jauh dari pantai. Tapi jika ingin berjalan kaki kesana yah lumayan membuat kaki pegal-pegal.
heh.. sedikit mendesah. Disana aku benar-benar merasa sejuk dan nyaman. Suasana yang selalu kurasakan. angin, langit, membuatku selalu dapat bersyukur atas apa yang IA berikan padaku. Sangat-sangat bersyukur. Setiap pagi aku berjalan kaki. Menikmati udara pagi hari dan langit yang cerah. Letih tak terasa hingga sampai ke tempat mengambil angkot. Angkot yang akan membawaku menuju tempat menimba ilmu.
Sedih, canda, tawa, dan marah tidak akan bisa dipisahkan dari hidup. Hanya bisa dicontrol. Sama halnya ditempat pertama. itu juga terjadi disini. Hal yang sangat membuatku sedih adalah ketika kakakku menangis baik itu olehku ataupun orang lain. Hal lain yang membuat menangis adalah ketika mereka memarahiku, membentak, dan meninggikan suara mereka. Benar-benar membuat hati ini terasa sakit. Yang lainnya, ketika teringat akan ayah dan ibu, teringat hal sedih, sedang ada masalah yang tak mampu terselesaikan.
Hei, semuanya. Dengarkan baik-baik, aku ini adalah orang yang sangat sensitif. Perasaanku mudah tersakiti oleh kalian. Kalian para saudara-saudara dan keluargaku, ayah dan ibu. Kalianlah yang senantiasa menyakitkan hatiku. Aku tidak pernah peduli apa kata orang lain terhadapku. Tapi jika itu keluar dari mulut kalian, itu terkadang sangat-sangat menyakitkan. Ketika emosi itu tak mampu lagi terkontrol. Kalian akan melihatku marah seperti anak kecil. Tolonglah kalian mengerti sedikit. Aku hanya ingin melepas penat dalam dadaku.
Tahukah kalian setelah marah itu terjadi?? Aku pasti akan menangis. Maaf atas perlakukanku tadi, Itu benar-benar emosi yang tak terkontrol. Tolonglah mengerti dan berhenti berbicara setelah itu terjadi. Aku benar-benar tidak suka. Biarkanlah aku menentramkan hatiku. Aku hanya ingin melepaskan segalanya. Aku minta maaf jika melampiaskannya kepada kalian. Kalian pasti juga punya saat-saat dimana kalian benar-benar marah. Jika itu belum pernah terjadi, aku mengucapkan selamat padamu. Selamat atas keberhasilanmu. Keberhasilan mengontrol emosi yang terpendam dalam hati.
Kembali ke kamar. Kini aku terdiam sendiri. Bangun melakukan sholat Tahajjut. Beribadah menghadap kepada yang Maha Kuasa. Semoga IA senantiasa melindungi diri ini, mengampuni segala dosa, dan menerima segala amal yang telah dilakukan begitu pula untuk keluargaku semuanya. Itulah doaku selalu untuk kalian. Jangan lupa mendoakanku juga ().
Seperti yang sebelumnya aku katakan, aku bisa memilih dimana tempat aku tinggal. Aku akan tinggal di tempat yang nyaman bagiku. Suatu hari terjadi beberapa masalah di rumah. Dan kami harus pindah dari rumah tersebut. Sempat terpikir dalam benakku akan hal itu. Disini sungguh tak nyaman rasanya. Ini semua karena orang yang dilantai dua itu yang membuatnya kurang nyaman. Aku terkadang takut dibuatnya. Segan rasanya berada dirumah. Dan akhirnya itu terjadi kami pindah. Oh iya, dirumah ini kami sempat tinggal bersama empat bersaudara. Rasanya indah tapi menyedihkan juga. Yah sudahlah.. itu wajar dalam hidup.
Kami akhirnya pindah dan terpisah lagi. Saya dan kakakku yang masih se-universitas denganku pindah bersama. Kami pindah ke rumah temannya yang tinggal sendirian. Anggap saja untuk menemani kesendiriannya. Untuk menjaga rumah tanntenya. Tante tinggal jauh dari Makassar. Dia hanya sesekali datang ketika ada uras pekerjaan atau membawa anak-anak beserta suaminya berlibur.
Rumah ini terdiri dari dua lantai. lantai 1 terdiri dari 2 kamar, ruang keluarga, ruang makan, ruang tamu, kamar mandi, dan dapur. Sedang lantai atas hanya ada 1 kamar. Kamar sempit berukuran 4x4 m. Disanalah kami tidur bersama. Kakak adik yang kompak kelihatannya. Tapi takl selalu begitu. Kami rasanya sering bertengkar. Namun sering pula bercanda satu sama lain. Dan sering melindungi dan mengasihani adiknya. Walau aku sering menyakiti hatinya (maaf ya kak.. terkadang aku sengaja melakukannya. karena kau terlihat lucu.. hehehehe… evil mode on). Inilah saudaraku satu-satunya yang aku perlakukan seperti teman, tampak tidak terlalu menghormatinya (tenang saja aku selalu menghormati saudara-saudaraku). Tapi itu membuatku lebih dekat dengannya walau tidak sedekat yang kalian kira.
Ehm, waktu sudah menunjukka pukul 1:45 WITA. Aku masih terjaga. Terpikir olehku kejadian tidak mengenakkan di rumah itu. Aku benar-benar merasa tidak nyaman. Komunikasi yang buruk yang membuat semuanya seperti itu. Aku ini adalah orang yang tidak terlalu tau akan mengerjakan apa di rumah orang lain? Walau aku tinggal di situ tapi tetap saja merasa tak tau harus berbuat apa. Aku ini adalah tipe yang harus diberi tau dari awal tentang apa yang harus aku kerjakan. Aku harus punya jadwal rutin untuk itu. Agar semua pekerjaanku terselesaikan dengan baik. Itulah aku, orang yang suka terhadap keteraturan dan disiplin. Walaupun terkadang pelanggaran sering terjadi(peace.. hehehe).
Akhirnya karena rasa tak nyaman itu, aku pindah kerumah kakakku yang sudah berkeluarga. Kakakku sudah memiliki suami dan mamiliki empat orang anak. Dua laki-laki dan dua perempuan selang seling. Yang pertama adalah laki-laki. Disini terdiri dari dua kamar. Rumah yang agak kecil dengan banyak penghuni. Aku tinggal disalah satu kamar, dan kamar lain ditempati kakak beserta keluarga. Disini sama saja. Dan mungkin agak parah. Aku benar-benar merasa terpuruk. Di rumah inilah semua bermula. Sikapku yang pemurung dan tidak ceria lagi. Disinilah tempatnya memudar.
Aku jarang sekali bicara dirumah. Hal ini karena kami memang jarang bicara. Hanya pada saat menonton bersama. Itupun hanya sesekali saja. Setiap hari mereka bekerja, setelah pulang ke rumah mereka menghabiskan waktu untuk istirahat. Disini rasanya benar-benar seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Lepas tanpa arah tak tau kemana.
Dia pasti sangat jengkel padaku. Dia pasti benar-benar melihatku seperti anak yang tak tau diri. Terkadang kami bertengkar. Dia benar-benar jengkel padaku. Karena depresi dan tekanan batin sehingga terkadang emosiku benar-benar keluar batas. Itu terlampiaskan kepada anak-anak mereka. Anak-anak yang sebenarnya tak tau apa-apa. Mereka sangat sabar. Ayah ibu mereka semua bekerja dan meninggalkan mereka. Bahkan untuk belajar saja mereka kadang tak sempat mengajari anak-anaknya. Itu karena lelah setelah bekerja.
Itu harusnya tugasku. Tugasku mengajari mereka. Aku tidak melakukannya. Karena beberapa kesibukan dan anak-anak itu sangat susah untuk di beri tau sesuatu. Hal ini kadang membuatku jengkel dan malas mengajari mereka. Aku kadang membiarkannya melakukan apapun yang mereka inginkan. Karena ketika aku marah pun mereka tidak mengindahkan kata-kataku. Itu membuatku langsung memberi tindakan tanpa berkata-kata.
Kejadian ini juga membuatku sakit. Sakit kareana harus menyakiti orang lain. Sakit karena emosi yang tak mampu di kontrol. Sekali lagi aku berkata, komunikasi yang beruk bisa menghancurkan segalanya. Untuk menghindari semua terjadi lagi. Aku kadang tinggal di rumah temanku. Hanya sesekali aku pulang. Suasananya tak berubah dan tak akan pernah beerubah. Tak kan pernah jika mereka terus bekerja seperti itu.
Keadaan rumah benar-benar sering berantakan. Karena anak-anak itu membuatku tak tahan tinggal di rumah. Ada baiknya aku ke kampus saja. Berapa kalipun dibersihkan dalam hitungan menit saja pasti sudah berantakan. Ini benar-benar membuat lelah. Tak tahan rasanya.
Kaadaan dirumah bertambah parah. Itu karena emosi kami benar-benar tak tertahankan. Padahal aku tak bermaksud begitu. Ia menyuruhku pergi dari rumah. Tak sanggup aku menahan tangis. Ini sering terjadi tapi inilah puncaknya. Aku tak tahan lagi. Rasanya sakit sekali. Sambil menangis aku merapikan semua barang-barangku. Aku meminta tolong ke temanku untuk mengangkut semua barang.
Tak tahu sebenarnya harus kemana. Tak enak rasanya kembali kerumah sebelumnya. Aku menyimpan barang-barangku di rumah sebelumnya. Mengambil beberapa pakaian dan buku yang akan aku gunakan. Aku tinggal di rumah temanku. Kebetulan beliau cuman sendiri dirumah. Rumah yang tidak besar namun suasana yang nyaman. aku nyaman berada disana. Benar-benar santai rasanya. Suasana hati mulai membaik.
Tiba-tiba air kotor melanda daerah tempat tinggalku saat itu. Airnya kotor dan berbau. Sangat susah bagiku untuk mendapatkan air bersih. Sehingga aku kembali tinggal di rumah tempatku menitipkan barang-barang. Rencana semula hanya sampai airnya bersih kembali. Namun ternyata keterusan, tak sanggup lagi rasanya berpindah. Ini membuat temanku berkata “Habis manis sepah dibuang”. Walaupun ini hanya bercanda, tapi tetap saja menyakitkan. Aku akhirnya sesekali ke rumahnya. Hingga ia sibuk dan melupakan itu.
Aku menjalani hari-hariku di rumah ke 3. Aku bertemu dengan sebuah usaha. Usaha MLM. Kalian pasti tau itu. Usaha ini benar-benar luar biasa. Benar-benar cara sukses orang China dan Jepang. Ingatlah!! Kalian Tidak akan pernah sukses dengan hanya Ongkang-ongkang kaki. Semua orang sukses di dunia. Sukses dengan cara bekerja, bekerja keras. Pantang menyerah, bangkit ketika jatuh. Itu yang aku pelajari dari usaha ini. Semangatku membara mencari tujuan hidupku. Yang paling menentukan kesuksesan adalah IMPIAN. Tujuan hidup yang membuat hidup ini terarah. INGATLAH ITU.
Aku agak lupa dengan kakaku yang satunya lagi. Padahal dia yang membiayai sebagaia biaya kuliahku. Tak bermaksud melupakan dengan sengaja. Namun benar-benar hilang di pikiranku. Ia kembali muncul ketika ayah menelfonku. Ayah memang yang terbaik. Ayah selalu mengingat anak-anaknya. Justru kamilah yang terkadang melupakannya. Maafkan aku ayah. Ayah menyuruhku untuk melihat keadaan kakak.
Aku pun sadar akan perbuatanku itu. Aku pun pergi mengunjunginya. Terlihat perutnya sudah membesar. Ternyata kakak sudah hamil beberapa bulan. Tinggal 2 bulan lagi akan melahirkan. Sejak itu aku sesekali datang melihat keadaannya. Dia tinggal sendiri. Suaminya sedang bekerja di luar negri. Tahun depan baru kembali.
Bulan penuh suci dan iman datang. Rasanya tak sama dengan tahun sebelumnya. Yang ini rasanya hampa. Semangat itu pasang surut karenanya. Tapi alhamdulillah masih dapat memperoleh bulan suci Ramadhan. Rasa syukur yang sangat tak ternilai harganya.
Dua bulan kemudian, kakak melahirkan. Aku pun mengunjunginya. Menemaninya di rumah tempatnya tinggal. Kini aku menetap di rumah ini. Rumah dimana aku menulis tulisan ini. Dalam sebuang kamar sempit berukuran 5x5 m. Kelihatnnya lumayan besar dari sebelumnya. Namun ruangan ini di isi oleh 5 penghuni. Lima penghuni termasuk diriku ini membuatnya terlihat sempit dan sangat sempit dari sebelumnya. Di ruang sempit inilah aku menuliskan semuanya. Mengingat masa lalu yang timbul seketika si otakku. Merasakan betapa sempitnya ruang yang aku tinggali.
Sekarang sudah pukul 3:07 WITA. Mataku masih terjaga dan tetap melanjutkan tulisanku. Tulisan tentang sederet kisah yang di torehkan Sang Pencipta untukku. Aku yakin ada hikmah dan maksud dari semua ini. Semoga aku dapat melihatnya. Show me the way potongan lirik lagu InsyaAllah yang dinyanyikan oleh maher zain.
Ya Allah… inilah bagian hidup yang Kau torehkan padaku.
Ruang sempit itukah dunia?
Ruang sempit apakah kamar itu?
Ruang sempit apakah maksudnya?
Ruang sempit apakah itu hatiku??
rasanya dimanapun berada
kau selalu mengikutiku
kau bisa berjalan, ya?
mengapa mengikutiku??
apa yang membuatmu seperti itu???
kau membuat hidupku sempit
sesak rasanya…
aku bertanya-tanya dalam hatiku. Dalam kondisi terjaga hingga kini. Ditemani para penghini yang kini sudah tertidur lelap. Hujan deras terdengar pula. Kerasnya membasahi seluruh atap rumah membuat suara yang bising. Itu membuatku tak mampu tertidur pula. Angin kencang mengikuti hujan itu. Tampaknya badai. Tapi di ruang sempit ini aku terlindung darinya. Syukur Alhamdulillah..
Wahai ruang sempit…
apakah engkai yang mengikutiku??
apakah benar itu adanya??
aku mulai curiga..
kaukah atau aku membuat semuanya terlihat sempit?
atau hatiku yang sempit?
atau pikiranku begitu sempit?
Yah.. sepertinya begitu
akulah yang membawamu bersamaku..
berharap itu tak terjadi lagi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bermanfaat selalu :) Amin.
Jangan lupa komentarmu ya, karena komentarmu adalah semangatku untuk terus berbagi ^^)
Komentar yang mengandung SARA, link hidup, dan spamming akan dihapus ya.. Terima kasih atas perhatiannya :)