Bismillahirrahmanirrahim.
Jika ditanya kenapa harus jadi penulis? Hmm… terkadang saya bingung menjelaskannya. Kenapa ya? Menerut kamu? Tapi mari kita coba untuk merunutkannya.
Berdasarkan pendapat teman-teman penulis, kebanyakan mereka mengatakan bahwa menulis itu salah satu cara mereka berkomunikasi dan mengeluarkan hal terpendam baik pikiran maupun perasaan yang tak mampu mereka keluarkan dalam bahasa ucapan alias berbicara. Cara ini di yakini mampu membuat hati dan pikiran menjadi lebih ringan. Karena ide-ide ataupun perasaan yang tertampung mampu diluapkan dan dilimpahkan dalam sebuah wadah yang disebut tulisan.
Ada juga yang mengatakan bahwa menulis itu kelihatannya gampang tapi susah. Atau sebaliknya, susah-susah gampang karena membutuhkan tenaga extra. karena selain harus berpikir, kita juga harus bisa menggerakkan jari jemari. Bergeraknya entah di atas kertas atau menekan tuts-tuts keyboar komputer. Karena sejatinya tulisan sudah pastinya berupa sesuatu yang terlihat bukan hal yang abstrak,tak terlihat.
So, bisa dibilang, sebenarnya penulis itu bukan orang-orang yang pandai. Tapi karena tulisan-tulisan yang mereka coba utarakan membuatnya memiliki intelektualiatas yang tinggi. Penulis mampu merangsang imajinasi seseorang terlepas dari baik atau buruknya imajinasi tersebut. Ia mampu membawa seseorang menjadi lebih baik ataupun sebaliknya. Segala sesuatu bergantung pada apa yang ia tulis.
Oleh karenanya, saya pun kemudian berpikir, jika memang tulisan mampu menuntun seseorang dan mempengaruhi hidup mereka. Mengapa tak kujalani profesi ini? Profesi ini mampu membawa kebaikan jika di gunakan dalam konteks yang baik. Ini akan memberi manfaat yang baik bagi setiap orang yang membacanya dan semoga saja menjadi amal jariah kebaikan di akhirat kelak. Aamiin.
Menulis juga menjadi salah satu media aktualisasi diri. Medium ini membuktikan bahwa kita pernah ada di sini, di dunia ini. Ada sejarah kehidupan yang tertulis. Ada warisan ilmu dan pengetahuan, terkhusus untuk orang-orang tercinta. Sebagian memori di otak bisa saja terhapus, namun selama tulisan tentang memori itu ada maka selama itu pula keabadian memori itu.
Bagi penulis seperti diriku, tulisanku adalah memori external. Walau kutahu memori otakku sudah dirancang secanggih mungkin oleh Sang Pencipta. Namun, saya tetap memilih menapungnya di luar. Karena kutahu manusia itu tempatnya lupa.
Jadi seperti itulah diriku yang terobsesi untuk menjadi penulis. Kamu bagaimana?? Kenapa diri ini harus menjadi penulis? itu tergantung dari diri masing-masing. Banyak motivasi di luar sana yang bisa diraih untuk ditanam dalam hati. Namun banyak pula yang tak dapat tumbuh subur karena ia lupa bahwa ia sudah menanam sebuah motivasi di dalamnya. Ia kemudian terlupakan hingga lenyap tanpa sisa. Untuk itulah tulisan adalah pengingatnya!!!!
Jika tak bisa mengucapkan, ada tulisan yang mampu berbicara.
-E.K. 3 Maret 2016-
Alhamdulillahirabbil`alamin
Makassar-BTP, 3 Maret 2016
Benar mbak, menulis adalah salah satu cara untuk "berbicara" tanpa suara.
BalasHapusAku menulis kadang juga untuk curhat hehe. Masih butuh belajar banyak...
iya benar mba' berbicara tanpa suara.. sama.. kadang2 sy juga nulisnya buat curhat.. saya upload juga.. hehehe
Hapus